23. Malam yang menyakitkan

5 1 3
                                    

Kamu memang tak salah, hanya saja aku yang terlalu memaksakan
Hatiku padamu.

Biru yang sedang asyik tertidur, terbangunkan oleh suara telepon. Tangan Biru bergerak, hendak mengambil benda pipih kesayangannya yang ia simpan di nakas. Matanya masih terpejam, saat menerima telepon.

“Hallo.”

Seketika Biru terbangun, ia terkejut, mendengar suara mamanya dari balik teleponnya.

“Ma-mamah?”

“Biru, ini mamah, nak. Kita bisa ketemu?”

“Mama dimana?”

“Temui mama di rumah makan Solaria. Sekalian ada yang ingin mama bicarakan.”

Tanpa mengatakan apapun lagi, dengan cepat Biru meraih kunci mobilnya di meja, lalu berlari keluar dari Apartementnya. Saat bertemu dengan orang-orang di lorong apartemen-nya, banyak pandangan mata gadis yang menatapnya dengan kagum, seolah-olah Biru adalah pemadangan yang paling indah dan tak boleh dilewati.

...

Biru berjalan memasuki rumah makan Solaria, lalu matanya mencari keberadaan Elina. Tepat di bangku nomer 3, ia mendapati Elina seorang diri. Biru melangkahkan kakinya menuju meja nomer 03.

Elina yang melihat putra kesayangannya, segera beranjak, memeluk Biru.
“Mama, kangen sayang.”
“Biru juga,mah.” Jawab Biru sambil duduk di hadapan Elina.

Setelah itu mereka memesan makanan, Biru hanya memesan minuman soda, kesukaannya.

“Ma, kemarin pas Biru susulin mama ke kantor polisi. Polisi itu bilang, mama udah ada yang bawa pergi, pikiran Biru langsung tertuju ke papa.”

“Bukan papa kamu yang bebasin mama, mana mau dia bebasin mama yang ada dia sama pacarnya yang jebak mama.”

“Jebak mama? Maksud mama?”

“Karena ulah papa kamu yang gak tau diri itu, mama di kira korupsi. Padahal jelas-jelas, mama bukan koruptor yang selalu memakan hak orang. Emang salah mama, nitipin pekerjaaan mama sama dia, alasan mama nitip perusahaan mama, karena waktu itu mama harus ketemu klien penting di luar negeri, bukannya jagain dia malah seenaknya pake uang perusahaan.”

Tangan Biru mengepal, ia begitu geram kepada Brama dan juga Audi. Tak salah ia membasmi penjahat seperti wanita jalang itu, Biru tersenyum, membayangkan betapa tersiksanya Audi di neraka.

“Tapi untungnya, ada seseorang yang baik, yang mau bebasin mama.”

“Emannya siapa mah?”

“Temen deket mama. Tante Livia yang bebasin mama.”

“Biru harus ketemu sama dia,  mah, buat ngucapin makasih.”

“Nanti kita ketemu. Eh, iya, sekolah kamu gimana?”

“Baik kok, mah. Malah kemarin Biru menang kejuaraan lomba basket.”

Elina tersenyum, bangga.

“Mama bangga sama kamu, gak heran sih, karena dari dulu, kamu memang jagoan mama yang paling the best diantara lainnya.”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 26, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Astrophile Where stories live. Discover now