Chapter 8

218 42 19
                                    

Selesai mandi dengan sabun antiseptik yang selalu dia bawa kemana-mana, Calysta berdandan dengan membubuhkan beberapa skincare rutin ke wajahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Selesai mandi dengan sabun antiseptik yang selalu dia bawa kemana-mana, Calysta berdandan dengan membubuhkan beberapa skincare rutin ke wajahnya. Bagaimanapun dia harus menjaga penampilan agar selalu on point meski berada di tengah hutan. Juga dengan kamera-kamera yang menyorot, meski percaya diri dengan wajah alaminya yang menawan, Calysta tetap ingin tampil cantik.

Calysta mengacak-acak kopernya dan mengambil sandal yang sudah dia persiapkan lalu keluar pintu kamar. Setelah selesai menutup pintu, dia berbalik hendak berjalan namun langkahnya terhenti ketika di depan sana Cars sedang berjalan ke arahnya dengan bertelanjang dada.

Rambut basah dengan handuk yang melingkar di lehernya serta celana training panjang tanpa atasan, memamerkan dada bidang yang dilengkapi otot-otot menawan. Calysta berani bertaruh jika pria itu sering berolahraga.

Cars berjalan dengan menunduk sembari beberapa kali menyugar rambutnya yang basah. Langkah Cars terhenti ketika sepasang kaki jenjang berdiri tepat berada di depan. Pria itu menaikan tatapan dan bertemu dengan mata indah milik Calysta.

Tenggorkan Calysta rasanya kering, dia menelan salivanya dengan kasar menatap Cars di depan sana yang tanpa berkedip memperhatikannya. Tatapan Cars sangat mengganggu hingga gadis itu tanpa sadar sudah menggenggam erat ujung bajunya. Walaupun saat ini dia benar-benar sudah berada di tepian jurang yang dengan sedikit dorongan saja dapat terjatuh kapanpun, Calysta masih nekat mempertahankan adu pandang mereka. Dia bahkan lebih berani untuk mengakses seluruh wajah Cars, memperhatikan warna rambut kecokelatan itu. Jemari Calysta mendadak gatal ingin menyusuri setiap inci wajah iblis tampan sialan di depannya. Tapi lagi-lagi dia tersentil oleh kenangan buruk, jangankan untuk memegang wajah Cars, selangkah lagi dia mendekat mungkin saja suara ketus pria itu akan terdengar.

Calysta lebih memilih menunduk lalu berjalan ke arah kanan tapi saat itu juga Cars berjalan tepat ke arahnya, kembali dia bergeser ke arah kiri dan Cars mengikutinya. Gadis itu menaikan pandangannya menatap geram pada Cars yang sedang berdiri acuh tanpa terganggu sama sekali.

"Kau terlebih dahulu!" tutur Calysta memberi jalan.

"Kau saja!" Cars bergeser ke samping merapat pada tembok hingga memberi ruang lebar untuk Calysta berjalan.

Calysta menghentakan kakinya, kesal. Lalu berjalan menuju dapur. Dia berkacak pinggang menatap tumpukan piring yang berada di wastafel. Sisa-sisa makanan terlihat jelas di sana, dan dia sudah memikirkan berapa banyak kuman yang akan tersentuh saat dia mencuci piring. Dengan menggelengkan kepala, Calysta memantapkan hati untuk hidup tidak bergantung pada Cars selama di sini. Lagi pula dia mengikuti variety show ini juga untuk sedikit mengobati myshophobia-nya.

Calysta mendongak ke sebuah kabinet di atas kepala, terdapat sebuah kamera menyorot. Pasti sekarang semua orang tahu jika dia mempunyai penyakit aneh. Dengan menarik nafasnya secara perlahan, Calysta meraih botol antiseptik lalu menyemprotkannya ke sekitar tubuh. Memasang sarung tangan karet lalu mulai mencuci piring.

Calysta FinnWhere stories live. Discover now