Prolog

8.5K 697 27
                                    

"Astaga, Papa! Bagaimana bisa Papa berpikiran untuk menjodohkan Arka dengan perempuan nakal macam dia ini? Apa nggak cukup bagi Arka selalu di olok-olok rekan Arka karena harus bertanggungjawab atas ulahnya yang liar dan sekarang Papa meminta Arka untuk menikahinya?! Bunuh Arka saja, Pa."

Suara keras dan tegas Iptu Arka Raditya bergema memenuhi ruang keluarga Pramana, tidak ada rasa risih atau tidak enak sedikit pun di diri Arka saat dia mengungkapkan penolakannya.

Bagi Arka, Papa dan Mamanya sudah tidak waras karena ingin menjodohkannya dengan wanita nakal dan liar yang duduk bersebelahan dengan Aji Pramana, teman karib Papanya. Entah apa yang mereka pikirkan saat membawa Arka datang ke rumah sahabat mereka ini karena dari segala hal yang ada di diri Kansa Pramana sangat tidak di sukai oleh Arka, bagi Arka, jika seandainya di dunia ini wanita satu-satunya hanya tinggal Kansa seorang, tanpa berpikir dua kali Arka akan memilih melajang seumur hidup.

Arka menolak bukan karena Kansa Pramana seorang wanita jelek, tidak, Kansa adalah wanita cantik dan nyaris semua orang mengenalinya karena profesinya sebagai model profesional, tapi di bandingkan mengaguminya Arka tidak suka celana pendek yang di kenakan oleh Kansa, Arka tidak suka rambut panjang tersebut di warnai pirang, dan lebih dari itu, Arka tidak bisa menikah apalagi mencintai seorang wanita yang beberapa hari lalu baru saja di tangkap olehnya dalam operasi gabungan di sebuah klub malam, memang Kansa tidak terlibat dalam tindak kejahatan narkoba atau kriminal lainnya, tapi lingkup pergaulan wanita berusia 24 tahun tersebut sudah bisa di pastikan adalah orang-orang bobrok tanpa masa depan.

Terlepas dari semua hal buruk yang seolah melekat di diri Kansa, orangtuanya tahu dengan benar bagaimana wanita idaman yang di inginkan oleh Arka, bagi Arka seorang wanita yang pantas menjadi Bhayangkarinya adalah wanita sopan, baik, dan mau menutup dirinya serta mampu menjaga nama baiknya sebagai suami kelak, sedangkan Kansa, tidak secuil pun dari bagian diri Kansa memenuhi apa yang di inginkan oleh Arka.

"Arka, yang sopan kamu! Apa Papa ngajarin kamu jadi seorang yang kurang ajar dan tidak menghargai perempuan?" Teguran dari Papanya sama sekali tidak di indahkan oleh Arka, dengan mata mendelik kesal, Polisi yang bertugas sebagai Kanit Reskrim di Polsek tersebut menatap langsung pada Aji Pramana, sahabat Papanya sekaligus Ayah dari wanita nakal yang duduk menatapnya tanpa sungkan sama sekali.

Mengabaikan jika Aji Pramana adalah salah satu atasannya di Polri, Arka memantapkan hati menolak perjodohan gila yang hendak di paksakan kepadanya ini.

"Maaf, Om Aji. Terserah Om mau ngatain saya tidak sopan atau lancang sekali pun, tapi saya benar-benar tidak bisa menerima perjodohan ini karena Kansa bukan wanita yang saya inginkan. Saya ingin wanita yang menjadi Bhayangkari saya adalah wanita yang sopan, baik, dan taat, tidak seperti anak Om yang bahkan menjaga nama baik Om saja dia tidak mau. Saya selama ini tidak keberatan berteman dengan Kansa dan melindunginya dari banyak tuduhan karena ulah liarnya, tapi untuk menikahinya, maaf om saya tidak bisa."

Tidak ada raut wajah tersinggung di diri Aji mendengarkan bagaimana frontalnya anak dari sahabatnya tersebut menolak putrinya, justru seulas senyum tampak di wajahnya yang tegas saat dia menatap Arka sebelum beralih mengusap rambut anaknya penuh dengan sayang seolah tidak terpengaruh dengan apapun ucapan Arka mengenai Kansa.

"Maafin Arka, Ji. Dia kalau ngomong memang nggak di filter sama sekali."

Renyah tawa dari Aji Pramana semakin membumbung tinggi menanggapi permintaan maaf dari Hasan Raditya mewakili anaknya. Aaah persahabatan di antara mereka berdua sebagai seorang yang mengenal semenjak di pendidikan kepolisian membuat Aji merasa hal sepele seperti ini tidak akan mampu membuatnya marah.

"Nggak apa-apa kalau kamu menolak perjodohan ini, Arka. Om nggak akan memaksa kamu. Om hanya kecewa pada diri Om sendiri yang berharap kamu mau menjadi seorang yang bisa membuat Kansa berubah menjadi seorang yang lebih baik, anak ini, kamu tahukan dia hidup sendirian hingga kehilangan arah setelah kehilangan Ibunya, Om kira kamu adalah pria yang tepat setelah melihat bagaimana kamu melindunginya setiap kali ada operasi yang turut menjebaknya, tapi ternyata Om terlalu nggak sadar diri ya, Nak. Kamu benar, pertemanan di antara kalian tidak merubah perasaan apapun di antara kalian."

Arka menelan ludah getir, memang tidak ada makian yang membalas ucapan kurang ajarnya dari Aji Pramana, tapi kalimat sarkas dari pria yang masuk bursa Kapolri bersama Papanya ini menohoknya dengan menyakitkan.

"Maaf, Om. Saya tidak menginginkan Kansa, dia terlalu liar dan nakal untuk menjadi Bhayangkari saya." Tukas Arka pelan.

"Tidak apa, Arka. Seorang yang hebat sepertimu memang harus mendapatkan wanita yang hebat juga. Om paham itu, bukan wanita nakal dan liar seperti anak Om ini. Om yang minta maaf karena sudah lancang berani meminta hal ini kepadamu dan Orangtuamu."

Dengan takzim Aji mengangguk, membuat Arka menunduk semakin dalam merasa tidak enak dan malu karena ucapannya yang frontal di balas dengan begitu sopannya oleh seorang yang lebih tua.

Untuk beberapa saat suasana menjadi hening dalam keheningan yang canggung dan tidak menyenangkan, perjodohan yang para orangtua akan berakhir sukses nyatanya sangat jauh dari perkiraan, hingga akhirnya suasana canggung tidak nyaman tersebut pecah dengan suara datar yang terdengar dari Kansa, wanita yang sedari tadi diam membeku tidak mengacuhkan sama sekali berbagai hinaan yang terucap untuknya.

"Jika pria baik hanya untuk wanita baik? Lalu bagaimana dengan orang-orang sepertiku? Seorang yang kehilangan arah namun ingin kembali kepada jalan yang benar."

Kansa berdiri, menunduk sedikit saat dia melihat kedua orangtua Arka yang kini memberikan tatapan kesal setengah mati pada putranya yang kini buru-buru mengalihkan pandangannya dari Kansa yang membuatnya sebagai laki-laki sakit mata karena dosa.

"Terimakasih sudah mengutarakan kejujuran, Mas Arka. Kejujuran Mas Arka adalah peringatan untuk saya yang sudah berani menaruh rasa pada seorang yang begitu sempurna seperti Mas, doakan saya ya agar saya menemukan orang baik di luar sana, yang bisa membimbing perempuan nakal dan liar ini menjadi pribadi yang lebih baik dan mau menemani saya dalam perjalanan menemukan Tuhan."

".............."

"Kansa janji mulai sekarang Kansa nggak akan pernah ngrepotin, Mas Arka. Semoga Mas bisa menemukan seorang yang sesuai dengan yang Mas Arka inginkan ya, percayalah Kansa ikutan senang kok saat waktu itu datang."

Arka terdiam hanya bisa membisu mendengar apa yang terucap dari wanita yang kini berbalik tanpa menoleh ke arahnya lagi, meninggalkan dia dan semuanya dalam kecewa atas penolakan secara terang-terangan.

Arka tidak pernah tahu, jika takdir selalu penuh kejutan dalam bekerja, penolakan yang dia lakukan bukanlah akhir dari perkenalannya dengan Kansa, tapi sebuah awal dari kisah yang sangat panjang.

Kisah tentang Arkansa baru saja di mulai.

Arkansa Where stories live. Discover now