18

3.1K 453 14
                                    

https://play

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

https://play.google.com/store/books/details?id=QmmFEAAAQBAJ
(Link on beranda wattpad ya)

Halo_Halo, ARKANSA sudah komplet on playbook, yang mau baca maraton, biar ngga makin penasaran bisa melipir ya.
Untuk Wattpad Mama Alva akan publish sampai part 25 seperti biasa.
Terima kasih

Subuh berlalu perlahan, gelapnya langit malam perlahan memudar berganti dengan semburat indah matahari yang mulai bangkit dari peraduan bersamaan dengan geliat penghuni asrama Pondok Al-Mukmin yang bersiap menghadapi hari.

Damai dan begitu tenang, setiap lakon para penghuninya begitu tertata membuat siapapun akan betah untuk berada di tempat ini, tidak heran jika banyak orang memilih Pondok Pesantren Al-Mukmin menjadi tempat untuk menyembuhkan diri dari sakitnya kecewa duniawi, Pondok Pesantren ini adalah tempat paling nyaman memulai perjalanan indah untuk mencapai cinta pada Allah Azza Wa Jalla.

Sama seperti para penghuninya yang bergegas untuk memulai kegiatan sekolah formal, baik siswa maupun para pengajarnya, tiga orang Militer yang dua di antaranya adalah Perwira Tentara dan Polisi ini pun sudah segar dalam seragamnya seolah mereka pulas tertidur semalaman tanpa ada tanda-tanda mereka kelelahan tidak memiliki waktu sekedar untuk memejamkan mata, baik Arka, Arya, dan Chandra, mereka bertiga bersiap untuk membantu program sekolah yang membutuhkan tenaga dan pikiran mereka.

Beberapa tentara dan polisi yang merupakan anggota dari Arka dan Arya pun kini mulai datang, menerima instruksi dari kedua pemimpin mereka ini tentang apa saja yang akan mereka lakukan untuk program Bela Negara, secara garis besar Tentara yang di pimpin oleh Arya akan mengajari para siswa menengah pertama dan menengah atas program Ketarunaan dan Polisi yang ada di bawah Arka akan lebih mengambil peran pembinaan diri Bela Negara Cinta Tanah Air serta pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.

Satu hal yang berbeda hari ini lepas semuanya sudah mendapatkan instruksi kegiatan apa yang akan mereka lakukan hari ini dan akan menjadi program tetap seminggu sekali, jika Arya melipir untuk sarapan bersama dengan anggotanya maka Arka yang kini berpisah sendiri justru menuju rumah sederhana milik Sang Pemilik Yayasan Pondok Pesantren Al-Mukmin.

Seperti halnya Arka yang mengenal baik Aji Pramana, sahabat sang Papa dan Ayah kandung dari Kansa, Arka pun mengenal Abi Rudi secara personal dengan baik, siapapun tidak menyangka, bahkan Arka sendiri, seorang Pemimpin Pondok yang tekun dan pandai mendalami agamanya serta penuh welas asih ini adalah seorang pria yang menurut Papanya pernah terjebak dalam gelapnya Pasukan Elite Bayangan sebelum akhirnya pensiun dini dan mengabdikan hidup beliau untuk pondok pesantren yang sebelumnya di kelola oleh mertuanya.

Selama ini Arka selalu mencari tahu kemana perginya Kansa usai penolakan yang dia lakukan di malam mereka di jodohkan, namun Arka sama sekali tidak berpikir jika Kansa akan pergi ke Pondok Abi Rudi, sungguh rasanya Arka ingin menertawakan dirinya sendiri karena selama tiga tahun semenjak insiden di mana penyesalan seolah menjadi makanan sehari-hari untuknya, Arka kerap kali menyambangi pondok ini dan ajaibnya sama sekali tidak pernah bertemu dengan Kansa. Dan saat mendengar dari Mamanya berbicara mengatakan jika Kansa ada di pondok pesantren ini, tanpa berpikir panjang Arka mengajukan mutasi demi mendekat pada seorang namanya tertoreh begitu dalam di hatinya. Kansa begitu dekat dengannya namun rasa malu dan gengsi membuat Arka tidak memiliki keberanian untuk menemuinya.

Ya, perempuan tersebut terlalu berubah hingga Arka nyaris tidak mengenalinya. Baik dari penampilan maupun dari sikapnya. Jika dulu Arka di buat geleng-geleng kepala campuran jengkel dan kesal mengingat setiap lekuk tubuh indah tersebut di pamerkan, kini Arka di buat ternganga kagum dengan kesungguhan Kansa dalam menjaga hijrahnya.

Kansa, layaknya sebuah mutiara, dia berhasil melewati sebuah tempaan yang membuatnya kini berkilau begitu memukau akan keindahannya.

Arka tahu kesempatannya untuk memperbaiki segalanya akan lenyap jika sampai Kansa menerima lamaran dari Arya, keseriusan sahabat sekaligus rivalnya dalam mencintai tersebut benar-benar membuat Arka gentar di buatnya, karena itulah Arka mengumpulkan seluruh keberaniannya hendak menemui Abi Rudi untuk membicarakan masalah hati dan masa depannya.

Dan di saat Arka tengah mondar-mandir di depan pintu rumah sederhana milik Sang Kiai, nyaris saja Arka di buat terjungkal karena serangan jantung mendadak saat tiba-tiba saja pintu rumah terbuka.
"Assalamualaikum, Arka!" Belum sempat Arka memberikan salamnya, Abi Rudi yang tampak segar dalam balutan gamis sederhana warna putih tulang segera menyapa Arka membuat pria ini meringis malu.

"Waalaikumsalam, Abi Rudi." Jawab Arka sembari meraih tangan Abi Rudi menjawab salam yang terucap. Belum apa-apa Arka sudah dapat ulty dari salah satu penjaga hati Wanita yang di cintainya.

"Abi sudah tebak kamu akan menemui Abi." Untuk kedua kalinya Arka meringis, di depan pria yang nampak santai tanpa beban seolah tidak ada hal yang bisa Arka sembunyikan, bagi Arka Abi Rudi seolah bisa membaca lima langkah yang hendak di ambilnya dan itu yang membuatnya begitu segan pada Ayah angkat sekaligus paman dari Kansa ini, "mau sarapan dengan kami?"

Di persilahkan untuk bergabung dengan beliau tentu saja tidak akan di sia-siakan oleh Arka, hal ini akan mempermudah niatnya untuk berbicara secara pribadi dengan pemimpin pondok ini, dan sama seperti seorang Abi Rudi yang pembawaannya begitu bersahaja namun begitu hangat, begitu juga dengan ruang makan tempat Arka sekarang duduk.

Untuk sejenak Arka mengedarkan pandang, ruangan sederhana ini berbanding terbalik 180° dengan sosok glamor Kansa yang di kenalnya dahulu yang selalu lekat dengan barang branded dan mewah di penampilannya yang sempurna, belum cukup Arka di buat terpana oleh bagaimana bersahajanya seorang Kansa dalam mencari Tuhannya dan menanggalkan kemewahan, sosok yang memenuhi kepalanya tiba-tiba saja muncul dari balik pintu kamar dan membuat jantung Arka nyaris saja berhenti berdetak.

Memang sedari dulu Kansa adalah pemicu jantung Arka bekerja keras, dahulu saat mereka remaja dan sekolah Arka di buat was-was setiap waktunya hingga uring-uringan tanpa sebab melihat bagaimana Kansa yang tumbuh menjadi remaja yang luar biasa cantik begitu mudah dan supel dengan para lelaki, dan setelah menapaki karier sebagai model Arka pun di buat nyaris gila saat tahu bagaimana kelamnya jalan yang di pilih oleh wanita yang kini tampil begitu manis dalam balutan gamis sederhana warna baby blue di padukan hijab berwarna putih bersih, berlebihankah jika Arka mengatakan kalau dia terpesona?

Di balik wajah tenangnya membalas pandangan Kansa yang hanya sekelebatan mata sebelum wanita itu duduk di sebelahnya sembari mengucap salam untuk Ayah angkatnya, seluruh organ dalam Arka menggeliat dengan perasaan menginginkan yang begitu besar.

Arka sekarang benar-benar merutuki sikap bodohnya dahulu yang tidak percaya seorang serusak Kansa bisa berubah, karena nyatanya saat seorang sudah bertaubat dan bertekad tidak ada hal yang tidak mungkin di lakukan.

"Assalamualaikum, anak gadis Abi. Bantui Umi selesaiin masakan buat sarapan kita dulu, Nak. Abi mau sedikit ngobrol sama Nak Arka."

Arkansa Where stories live. Discover now