chapter dua puluh empat

2.3K 193 63
                                    

Hayoloh siapa yang kangen sama cerita ini? Menunggu ya? Sorry bikin kalian menunggu amat sangat teramat lama.

Happy reading...

.

.

Sinar mentari pagi menyapa, hangatnya menyambut kala tirai di jendela di buka. Sepasang kelopak mata itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang berpendar masuk mata.

"Bangun tuan putri, ini sudah pagi..." ucap Tzuyu lalu mendaratkan kecupan di kedua kelopak mata Sana yang terbuka.

Sana tersenyum kecil, melingkarkan kedua tangannya di leher Tzuyu kala suaminya hendak bangkit setelah memberinya kecupan selamat pagi.

"Aku masih mengantuk, beri waktu lima menit lagi. Ayo temani aku berbaring." suara serak sang istri khas bangun tidur sangat menggemaskan kala terdengar di gendang telinga Tzuyu

Tapi Tzuyu tidak mau goyah, melepas perlahan kedua tangan Sana yang mengalung di lehernya kemudian menyelipkan tangan ke pinggang ramping itu.

"Sayang... Ayolah bangun dulu, aku sudah menyiapkan sesuatu yang spesial untukmu."

Sana memekik setelah tubuhnya terangkat ringan oleh Tzuyu.

Dengan mudah Tzuyu menggendong Sana turun dari atas ranjang. Bagai anak koala dia melingkarkan erat kedua kaki dan tangannya pada sang suami agar tidak terjatuh. Dia masih mengantuk, bahkan nyawanya serasa belum terkumpul lengkap.

"Yak mau kemana?!? Bawa aku ke kamar mandi terlebih dahulu!" ucap Sana memukuli pelan punggung belakang suaminya setelah sadar Tzuyu membawanya keluar dari kamar.

"Tidak usah, kau tetap cantik meski baru bangun tidur." balas Tzuyu sembari menciumi bahu Sana yang terekspos sebab baju tidurnya sedikit melorot. Sana sudah tidak lagi protes. Membiarkan saja Tzuyu berbuat sesukanya.

Pekerja di rumah itu menggulumkan senyum kala melihat tuan dan nyonya mudanya turun dengan adegan yang sangat menggemaskan. Tidak mau mengganggu moment manis suami istri ini, maka Bibi bergegas menyelesaikan tatanan makanan di meja makan dan ingin segera meninggalkan pasangan ini.

"Hm yaps kita sampai." Tzuyu menurunkan Sana di salah satu kursi lalu tidak ketinggalan menghadiahi kecupan singkat di kening istrinya.

"Kita akan sarapan sekarang? Hmm ayolah, ini terlalu pagi untuk kita makan Tzu, bahkan kau tidak memberiku waktu untuk sekedar mencuci muka." Sana memprotes sebal dengan mulut mengerucut.

Tzuyu tidak bisa menahan tawanya melihat Sana bertingkah menggemaskan seperti itu. Jari telunjuknya maju untuk mentoel hidung mancung milik sang istri.

"Terlalu pagi? Kau pikir ini jam berapa hum?" kedua tangannya terlipat didepan dada menatap Sana dengan salah satu alis yang  di angkat.

Sana menatap ke sekitar, "eumm jam tujuh... mungkin." balas Sana mencicit ragu.

"Tujuh? Kau pikir aku akan mengganggu tidur tuan putri bila ini masih jam tujuh? Sayang, ini sudah jam sepuluh."

"Hah benarkah?"

Jujur saja Sana panik bukan main, dia menatap bingung ke sekitar, mulutnya menganga melihat pada jam dinding yang benar benar menunjukkan kesiangan ini.

"Hehehe wah benar ternyata sudah siang, ish kenapa kau tidak membangunkanku sejak tadi sih? Hehehe.." Sana terkekeh sendiri.

Tzuyu memutar bola matanya sambil terkekeh saja mendengar ucapan dari sang istri.

"Ah sudahlah, ayo kita makan saja sekarang. Kau harus tau kalau semua ini aku yang masak khusus untuk istriku tercinta." pamer Tzuyu.

Banyak hidangan yang sudah disajikan diatas meja.

Mademoiselle - SATZU (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang