Mereka Dipihak Mana?

121 15 0
                                    

~ Ketika dunia tak memihak nya lagi, lalu untuk apa dirinya hidup? ~



Cahaya silau masuk ke dalam rentina matanya, membuat sang pemilik mata terusik. Dengan perlahan-lahan gadis itu mengerjab berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk. Arieanna samar-samar mendengar suara jeritan serta isak tangis orang-orang di sekitarnya.

Dengan perlahan gadis itu menoleh menatap sekitar nya, mata sayu serta bengkak itu melihat keluarganya serta keluarga calon suaminya berdiri di kanan ranjang miliknya.

"Sayang kamu udah bangun?" tanya Sari dengan raut wajah yang begitu khawatir. Namun bukan Sari yang Arieanna tatap sekarang.

Gadis itu menatap dua orang yang berdiri tidak jauh dari ranjangnya. Mata gadis itu melotot melayangkan tatapan penuh kebencian kepada mereka. Tangannya yang sedang digenggam sang mama langsung ia hentakan dengan kasar.

"Pergi kalian!" Teriakkan Arieanna memenuhi kamar nya itu.

"Yana, dengerin dulu penjelasan aku," ucap Gevan berusaha melangkah mendekat. Namun yang lelaki itu dapatkan adalah teriakan yang sama dan lebih memekakkan telinga.

"Yana aku mohon denger aku dulu ya!"

Arieanna dengan cepat mengambil gelas kaca berisi air di atas meja tempat tidurnya. "Mundur!" Ucapan Arieanna sama sekali tidak didengar oleh lelaki itu. Arieanna semakin merasa kesal karena ucapannya sama sekali tidak dituruti.

Dengan perasaan marah yang mencuat hingga ubun-ubun. Tangan gemetaran itu memegang erat gelas kaca, hingga air yang berada di dalam gelas itu bertumpahan membasahi tubuh serta kasurnya.

"Yana, tenang aku..."

"Menjauh dari saya!" Bersamaan dengan teriakkan histeris itu, Arieanna lepas kendali. Gadis itu tiba-tiba saja melemparkan gelas kaca yang ia pegang tepat ke arah Gevan.

Gevan kaget, lelaki itu spontan langsung menghindari lemparan gelas kaca itu. Namun mantan sahabatnya yang sedari tadi berdiri di belakang lelaki itu tidak sempat menghindar. Fisya terkena lemparan gelas kaca itu tepat di kepalanya, hingga menimbulkan luka berdarah yang lumayan parah.

"Astaga Yana!" pekik Sari terkejut.

"Yana tenang sayang!" ucap Danu sang papa sambil berusaha menahan tangan anak gadisnya agar tidak melemparkan barang-barang di sekitarnya.

Sari langsung mendekati Fisya. Wanita paruh baya itu tampak sangat khawatir terhadap Fisya yang baru saja terkena lemparan gelas kaca.

"Bawa Fisya keluar ma!" perintah Danu. Wanita itu langsung saja memapah Fisya keluar dari kamar putrinya untuk diobati.

Arieanna yang mendengar serta melihat semua yang terjadi merasakan sesak di dadanya bertambah berkali-kali lipat.

Ia memalingkan wajahnya sambil terkekeh pelan. Ia sangat kecewa dengan orang tuanya. Ia kecewa karena orang tuanya masih peduli dengan orang yang mengkhianati putri nya sendiri.

"Yana dengar papa ya nak, tolong tenang. Ayo kita bicarakan semua ini baik..."

"Apa? Bicarakan semua ini baik-baik?" selak Arieanna sambil menatap papanya kecewa.

"Apa yang perlu dibicarakan lagi sih pa?" Arieanna menatap mata Danu dengan begitu sendu, dia benar-benar kecewa.

"Yana, aku mohon denger penjelasan aku dulu!"

Arieanna mengalihkan pandangannya kearah Gevan. "Penjelasan apa? Lo yang khilaf terus selingkuh sama Fisya? Iya kayak gitu?" tanya Arieanna dengan penuh emosi.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang