Kebenaran

76 11 0
                                    

Suara pintu terketuk membuat Arieanna terdiam sejenak. Siapa yang berkunjung ke rumah nya pada siang hari? Sintia kebetulan sedang pergi dari rumah, kalau itu Sintia buat apa ia mengetuk pintu, kan bisa langsung masuk.

Arieanna sebenarnya tak suka menerima tamu. Kalau saja dia sedang ada di Yogyakarta, dia akan berlari masuk ke dalam kamar dan pura-pura tak mendengar apapun.

Arieanna akhirnya dengan terpaksa melangkah kearah pintu, ia takut yang bertamu adalah orang penting. Dengan perlahan ia membuka pintu rumah, pada detik yang sama jantung gadis itu berhenti seketika. Arieanna melihat seseorang yang ia kenali berdiri di depan pintu. Tanpa menunggu apa yang akan disampaikan orang itu, Arieanna langsung menutup kembali pintu rumah nya dengan keras.

Nafas gadis itu mulai terengah-engah. Kenapa? Kenapa dia bisa ada di sini?

"Yana!"

"Please gue mohon, gue mohon maafin gue! Hidup gue hancur Yana!" Suara itu terdengar kencang dari balik pintu. Arieanna menggeleng erat, sekujur tubuhnya bergetar hebat. Ia ketakutan setengah mati.

"Yana sekali aja gue mohon denger cerita gue, setelah itu lo boleh mutusin mau pergi atau maafin gue," ujarnya dengan lirih.

Arieanna menggeleng, ia benar-benar ketakutan. Ia tak siap untuk bertemu orang itu. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang itu tau dirinya berada di rumah Sintia.

"Pergi!" bentak Arieanna dari dalam.

"Yana mau sampe kapan lo begini? Gue mohon dengerin dulu cerita gue, setelah itu gue janji, gue janji gak akan pernah nampakin diri gue lagi di depan lo." Arieanna menutup erat matanya.

"Yana gue mohon, gue mohon dengerin gue, gue capek banget hidup kayak gini. Gue tau gue yang salah, rasanya sesek banget karena gue semua nya jadi hancur."

"Baru tau? Semua emang salah lo!" sarkas Arieanna dari dalam.

"Gue minta maaf Arieanna! Gue minta maaf, gue frustasi karena lo mau nikah sama orang yang gue cintai!" Teriak perempuan itu. Mendengar ucapan nya membuat Arieanna terdiam. Gadis itu seolah-olah terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui.

Tangan gadis itu gemetaran, namun dengan perlahan ia membuka pintu rumahnya. Gadis itu melihat bagaimana penampakan Fisya yang sama hancurnya dengan dirinya, mata gadis itu sangat bengkak, wajah nya yang pucat, serta rambutnya yang berantakan.

Senyuman tipis terbit di bibir pucat itu. Fisya merasa senang karena Arieanna mau mendengarkan cerita nya. "Lo mau tau kan, cerita kita dari sudut pandang gue?" ujar Fisya dengan begitu lirih.

Arieanna menghela nafasnya, berusaha menahan sesak yang menutupi dadanya. "Lo selalu merasa jadi pihak yang paling tersakiti Yana! Nyata jadi gue lebih sakit!" ucap Fisya.

"Gue suka sama Gevan sebelum lo suka sama dia. Gue tau gak ada hubungannya siapa yang paling cepat menyukai, nyatanya Gevan akan tetap milih lo sebagai orang yang paling dia cintai," ucap Fisya sambil terkekeh sakit.

"Lo inget gak saat kita SMP dan gue selalu ceritain cowok yang ngehampirin gue di taman? Cowok yang aneh dan yang lebih anehnya lagi adalah gue jatuh cinta ke cowok itu, dia Gevan. Gevan calon suami lo."

Hari itu langit terlihat begitu mendung sama seperti suasana hati Fisya yang sedang ditutupi kabut kesedihan. Ia tak menyangka disaat umurnya masih 14 tahun bahkan ia baru duduk di kelas 2 SMP harus mendapatkan kenyataan buruk dari keluarganya. Kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Dunianya terasa hancur kala mendengar pernyataan itu, rasanya benar-benar sakit. Sungguh rasanya sakit kala melihat dua orang yang ia cintai kini tak lagi saling mencintai.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang