Bubur

41 9 1
                                    

Hydar tersenyum kala Arieanna menolak ajakannya untuk menaiki wahana bernama Dunia Lain, sama seperti namanya wahana ini sama seperti rumah hantu.

"Tadi aja naik yang serem-serem kayak gitu berani, masa naik dunia lain aja gak berani sih," goda Hydar membuat Arieanna menggeleng kesal.

"Bukan gak berani tapi..."

"Tapi takut iya?" goda Hydar lagi membuat gadis itu mencak-mencak, lucu sekali.

"Masa naik halilintar berani tapi cuma masuk ke dunia lain aja takut nya setengah mati sih."

"Apa sih! Ih tau ah, ya udah ayo naik!" Sepertinya gadis itu tidak terima Hydar ledeki. Jujur saja Arieanna memang takut dengan yang namanya hantu-hantu, gadis itu lebih memilih menaiki wahana yang melaju kencang hingga jantung mau copot dibandingkan dengan masuk ke rumah hantu. Walaupun terkadang dia sangat ingin melihat hantu.

"Ya udah ayo!" Hydar menarik tangan Arieanna untuk masuk. namun gadis itu terlihat sangat menyedihkan, raut wajahnya seperti memohon kepada Hydar untuk tidak masuk ke wahana itu, bahkan gadis itu menunjuk puppy eyes nya membuat Hydar terkesima.

"Ayo!" Tak ingin dirinya luluh dengan tampang Arieanna, Hydar memilih untuk mengalihkan pandangannya dan menarik Arieanna untuk masuk. Arieanna hanya bisa pasrah, ia akan sangat takut di dalam sana.

Selama kereta hantu itu melaju Arieanna sama sekali tidak membuka matanya, kedua tangannya ia gunakan untuk menutup kedua telinganya, ia benar-benar tak ingin mendengar apapun. Hydar hanya bisa terkekeh melihat tingkah Arieanna yang ketakutan. Hydar sudah sering menaiki wahana ini dia sudah tau di mana saja nanti hantu-hantu itu mengagetkan mereka.

"Buka dong matanya masa gitu aja takut!"

"Berisik!" Hydar terkekeh, lelaki itu menarik tangan Arieanna yang menutupi telinga nya. Gadis itu menepis tangan Hydar, ia tampak ketakutan.

Hingga sepertinya gadis itu penasaran karena tak ada suara teriakan dari orang-orang lain. Gadis itu membuka matanya bertepatan hantu itu mengagetkan mereka. Gadis itu berteriak histeris kemudian memeluk tubuh Hydar dengan erat. Hydar hanya bisa tertawa.

"Udah-udah!" ujar Hydar sambil mengelus lembut punggung Arieanna yang bergetar ketakutan.

Gadis itu menggeleng dan terus membenamkan wajahnya di dada Hydar. Lelaki itu hanya tertawa saja selama permainan, kali ini ia sama sekali tidak takut, rasanya malah lucu melihat reaksi orang-orang termasuk Arieanna yang ketakutan.

~ARIEANNA~

Matahari sudah hampir tenggelam, mereka sudah menikmati banyak wahana di tempat ini. "Dok mau naik yang itu terakhir please!" ucap gadis itu dengan raut memohon nya karena dari semua wahana Hydar hanya melarang menaiki wahana ini.

"Itu wahana basah-basahan Yana, kita gak bawa baju ganti," ujar Hydar berusaha untuk membuat Arieanna mengerti.

"Tapi pengen banget naik, kita duduk di belakang deh, biar gak terlalu basah," ujar gadis itu sambil terus memperhatikan wahana bernama Jelajah, wahana itu akan membawa mereka turun kencang layaknya air terjun, hingga pemainnya akan kebasahan terkena cipratan air.

Hydar tetap menggeleng. "Ah ayo lah Dok! Saya pengen banget naik itu, please boleh ya."

Hydar sama sekali tak merespon, namun bukan Arienna namanya kalau ia tak mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Ya udah saya naik sendiri aja!"

"Arieanna!" Hydar menatapnya tajam sambil menggeleng. Bibir gadis itu maju, wajahnya sungguh masam.

"Tinggal beli baju ganti apa susah nya, nanti saya deh yang beliin baju ganti nya!"

Hydar hanya bisa menghela nafas melihat sifat keras kepala gadis itu. Padahal ia melarang karena takut gadis itu masuk angin.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang