Rencana Gila

76 10 2
                                    

"A, gimana dong ini?" tanya Diana dengan raut wajah gelisah nya. Wanita itu tampak sedang banyak pikiran.

"Gapapa mi, mami tenang aja, biar Hydar coba ngomong sama Arieanna nya."

"Mami cuma takut papi ngusir Yana dari rumah ini," ujar Diana mengungkapkan kegusaran hatinya.

"Mami tenang, Hydar bakal coba ngomong tentang rencana kita."

"Kamu pikir Yana bakal terima?"

"Semoga aja."

"Rencana ini gila a!"

"Hydar juga tau mi, tapi mau gimana lagi? Hydar gak mau bikin Sintia khawatir di sana," ujar Hydar.

Diana hanya bisa menghela nafasnya. Hydar memeluk sang mami untuk sejenak. "Percaya sama Hydar, Hydar yakin Yana bakal setuju sama rencana kita."

"Ya udah terserah lah, mami serahin semuanya ke kamu." Hydar mengangguk.

Arieanna tersenyum kecil melihat adegan penuh kasih saat menuruni tangga. Gadis itu jadi kangen mama nya di Yogyakarta, tapi untuk bertemu mama nya lagi, Arieanna rasa ia masih belum siap. Masih banyak rasa kecewa di hatinya, ia masih berusaha untuk melupakan dan memaafkan kejadian malam itu.

Mendengar suara langkah kaki menuruni tangga, ibu dan anak itu langsung menguraikan pelukkan nya. Keduanya langsung menatap Arieanna dengan senyuman dan berusaha menyembunyikan ketakutan mereka.

Arieanna berjalan mendekati Diana. "Bu, Yana pamit dulu ya," ujar Arieanna kepada Diana sambil menyalami tangan wanita paruh baya itu.

"Iya, hati-hati ya Yana. Kalo Hydar macem-macem pukul aja!" ujar Diana membuat nya terkekeh pelan.

"Dih Hydar mana mungkin macem-macem, paling satu macem," ujar Hydar.

"Aa!" Diana langsung memukul-mukul kecil tubuh Hydar.

"Bercanda mami ku yang cantik!" ujar Hydar membuat Diana mendengus kesal.

"Denger ya Yana, kalo Hydar berani macem-macem langsung pukul, terus telpon ibu biar ibu yang hajar sampe babak belur!" ujar Diana dengan tatapan tajamnya. Hydar jadi meringis mendengar hal itu. Sedangkan Arieanna yang diajak bicara hanya bisa tersenyum canggung.

"Ya udah ayo Yana!" ujar Hydar. Arieanna mengangguk patuh, gadis itu mengikuti langkah Hydar sampai masuk ke dalam mobil milik lelaki itu.

Lucu sekali pikirnya. Untuk apa ia repot-repot ke rumah sakit kalau dokter yang ingin ia temui ada di sebelahnya sekarang. Padahal ia bisa saja konsultasi langsung di rumah lelaki itu.

Sungguh sangat lucu.

Ah kalau dipikir-pikir sepertinya Arieanna tau alasan ia tak bisa konsultasi langsung di rumah lelaki itu. Jika ia konsultasi di rumah sakit lelaki itu akan dapat bayaran dari setiap waktu yang ia habiskan, sedangkan saat di rumah mana mungkin lelaki itu meminta biaya.

"Kamu udah saya daftar kan, jadi kamu bisa jadi pasien pertama yang konsultasi," ujar Hydar tiba-tiba.

Arieanna menoleh kepada lelaki itu. Jujur gadis itu dibuat terpesona dengan Hydar saat ini. Bagaimana tidak, lelaki itu sedang mengendarai mobil dengan satu tangan.

Arieanna tersenyum kecil, ia tak bisa berbohong pada dirinya sendiri, kalau Hydar adalah pria yang sangat amat tampan. Hah Sintia sangat beruntung bisa membuat lelaki itu bertekuk lutut. Arieanna yakin Hydar tidak seperti lelaki itu, Hydar adalah pria baik-baik yang tidak mungkin menghancurkan mental seseorang.

"Yana, saya mau ngomong boleh?" tanya Hydar membuat Arieanna tersadar dari lamunan nya. Gadis itu menggelengkan kepalanya, apa yang sedang ia pikirkan? Kenapa ia membandingkan lelaki itu dengan Hydar.

ARIEANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang