09. Kini Saling Terikat

12 4 0
                                    

SEBELUM MEMBACA SILAHKAN TEKAN ⭐
JANGAN LUPA 💬 DI SETIAP PART YA.
HAPPY READING KAUM REBAHAN𓀐

𓅰 𓅰 𓅰

Livy mencium tangan Alka setelah selesai shalat berjamaah untuk yang pertama kalinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Livy mencium tangan Alka setelah selesai shalat berjamaah untuk yang pertama kalinya. Dia mengangkat tangannya untuk berdoa sebentar, melepaskan mukena dan melipat sajadah lalu diletakkannya di sofa.

Setelah seharian lelah karena menikah akhirnya Livy bisa merasakan nyamannya tempat tidur. Terbiasa memanjakan tubuhnya, jadinya perempuan itu merasakan seluruh badannya serasa remuk setelah seharian banyak bergerak.

Livy menyingkirkan hiasan-hiasan bunga yang memenuhi tempat tidur, sembari menunggu Alka yang tengah mengaji di lantai kamar hotel Livy memilih memijat-mijat pundak, tangan, dan kakinya yang keram.

Sampai saat ini Livy tidak berani untuk kembali mengaktifkan ponselnya, gadis itu semakin merasa tidak enak karena tidak mengundang teman-temannya. Menyudahi memijat saat Alka selesai mengaji, gadis itu memundurkan tubuhnya dengan perasaan was-was.

"Ko, mau... Ngapain?" kebanyakan membaca cerita romance membuat otak Livy berpikir yang tidak-tidak saat Alka merunduk kearahnya. Posisi mereka sangat berbahaya, Livy bergeser untuk menjauhi Alka.

"Kenapa? Saya mau mengambil ponsel saya."

Livy melirik kearah belakang, ponsel Alka memang ada dibelakang tubuhnya. Gadis itu menghela napas lega saat Alka duduk dengan jarak yang cukup jauh dari Livy.

"Memangnya kamu berpikir saya mau melakukan apa?" tanpa menatapnya Alka bertanya.

"Ya...." Livy mengusap lehernya. "Udahlah, ngantuk. Awas Ko, aku mau tidur."

"Kamu ngusir saya?" Alka menatap Livy. "Kamu tidak menyuruh saya untuk tidur di sofa kan?"

"Terus Koko emangnya mau tidur di mana? Di samping aku?"

"Menurut kamu? Dikamar mandi?"

Livy membuang napasnya panjang, sifat menyebalkan Alka yang selalu mengajaknya berdebat sepertinya tidak akan pernah hilang. "Koko tidak akan berbuat macam-macam, kan?"

Alka mengangkat bahu, menaruh ponselnya. Lalu membuka pakaian atasnya menyisakan kaus dalam berwana putih yang mencetak dengan jelas otot-otot liat dada dan perut Alka.

"Ko!" Livy memalingkan wajahnya yang memerah.

"Apa? Saya terbiasa tidur tanpa atasan." alibinya. "Kamu tidak mau melepaskan bra kamu? Menurut buku yang pernah saya baca, sebaiknya wanita dianjurkan untuk melepaskan—"

"Ko!" Livy melotot tajam supaya Alka berhenti untuk berkata ngawur. Kenapa lelaki itu tidak mengerti jika Livy malu membahas topik-topik sensitif tentang wanita dengan seorang pria, walaupun Alka adalah suaminya.

Bitterlove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang