BAB II

982 90 3
                                    

"Time..." Tay menegak whiskey nya. Mengumpulkan seluruh keberaniaanya dengan bantuan minuman keras untuk mengucapkan, "ayo putus."

"Apa? Tidak, tidak... Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kenapa kau tiba-tiba mengatakan itu?"

Tay membuka ponselnya kemudian memberikan ponsel itu pada Time.

"Apa ini?" tanya Time. Ia enggan mengambil ponsel dari tangan Tay.

"Kau, lihat sendiri."

Time terpaksa mengambil ponsel dari tangan Tay dan melihat bagaimana ia yang sedang berselingkuh tertangkap kamera CCTV.

"Sialan! Siapa yang berani-beraninya mengirim ini padamu? Katakan! Biar kucungkil matanya sekalian!" Time mengumpat penuh amarah.

"Porsche." Jawab Tay. Ia berusaha untuk menahan emosinya yang hampir meledak. Memilih untuk berjalan ke dekat jendela ruangannya yang lebar. Mungkin dengan melihat pemandangan lampu-lanpu kota yang gemerlapan di malam hari dapat mengalihkan pikirannya.

"Apa? Jangan mentang-mentang dia pacar Kinn sekarang, dia bisa seenaknya mencampuri urusan orang lain! Tidak, Tay. Aku tidak setuju. Jangan hanya karena masalah kecil seperti ini, kau minta putus dariku... "

Tay sudah tak sanggup menahannya lagi. Ia berbalik menatap Time dengan marah dan berucap "apa katamu? Masalah kecil? Kau bilang ini hanya masalah kecil? Lalu, apa yang harus aku katakan pada Porsche? 'Oh... Tidak perlu khawatir, pacarku memang peselingkuh.' begitu? Apa itu yang kau mau? Ha?"

Tay menarik nafasnya dengan berat. Ada gejolak amarah yang sekuat tenaga ia tahan. Ada air mata yang sekuat tenaga ia bendung di pelupuk matanya.

"Asal kau tahu, Time, ini bukan kali pertama aku dikirimi hal semacam ini. Entah itu teman yang ingin aku bahagia, atau lawan yang ingin menjatuhkanku dan membuat aku menderita, ketika mereka mengetahui hal ini, mereka akan mengirimkannya padaku. Tapi aku selalu berusaha menutupi kesalahanmu. Kau, asyik bersenang-senang diluar sana sementara aku disini, bersusah payah mencari seribu satu alasan untuk menjaga martabatmu, menjaga nama baik anak tunggal dari seorang politisi terkenal, menjaga agar kau tidak kehilangan muka saat bertemu dengan mereka."

Time terrpaku mendengar penuturan Tay. Dadanya terasa sesak saat ia melihat Tay mengusap air matanya sebelum air mata itu jatuh membasahi pipinya. Melihat luka dan kesedihan di wajah kekasihnya membuat ia tersadar bahwa ia telah begitu lama menyakitinya. Dia selalu beranggapan ia hanya sedang bermain-main dan tidak ada salahnya dengan itu. Selama ini pun Tay tidak terlalu mempermasalahkannya. Tapi tanpa ia sadari, Tay yang harusnya menjadi orang yang pertama terluka, malah dengan ikhlas menutupi borok yang diakibatkan oleh perbuatannya sendiri.

"Tay..." Time ingin merengkuhnya, mengelus rambutnya, menghapus air mata di pipinya, tapi Tay dengan isyarat tangan menghentikan langkahnya.

"Jangan dekati aku! Tubuhmu bau parfum orang lain. Entah siapa lagi yang kau cumbu kali ini..." cegah Tay. Tay kembali meminum whiskey nya, membuat tenggorokannya yang sakit bertambah nyeri.

"Aku benar-benar tidak ingin putus darimu, Tay... "

"Kenapa?" tanya Tay.

Kenapa? Kenapa dia tidak ingin putus? Tentu saja karena ia mencintai Tay. Tapi cinta macam apa, yang membuat kekasihnya terluka? Cinta macam apa yang menghadirkan kesedihan di wajah sang kekasih yang biasanya cantik dan ceria? Akan sangat bodoh jika ia mengutarakan kata cinta sebagai alasan ia tidak ingin putus.

"Apa yang harus aku katakan pada orang tua kita? Apa yang harus kujawab saat mama dan papamu bertanya? Keluarga kita telah lama membentuk relasi, jika kita putus, itu akan merusak hubungan keluarga kita."

FRAGRANCE | TIMETAY KINNPORSCHE SIDE STORY FANFICWhere stories live. Discover now