Gerhana (TAMAT)

32 8 1
                                    

"Eomma, mian... Mianhae... Mianhae telah menjadi anak yang kurang ajar. Maaf telah menyakiti Eomma."

Kamu berlutut. Memeluk perut Eomma dan menyembunyikan kepala di pahanya.

Eomma terkekeh. Menatapku sambil mengerlingkan mata. Sementara aku tersenyum malu sebagai jawabannya.

Anak ini tidak bisa melepaskan kamu 'kan?

Semoga saja begitu, hehehe.

Eomma mengusap rambutmu. "Ayu sedang hamil, kamu jangan bikin mood dia hancur. Jadilah suami dan ayah yang baik."

Kamu mendongak. "Eomma tahu darimana Ayu hamil?"

"Eomma 'kan pernah hamil dua kali..."

Kamu menaikkan sudut bibirmu ke atas, memperlihatkan lesung pipi manis itu.  "Mianhae..." Lalu mendekati Appa. Merayunya supaya memaafkan kamu.

"Eomma sudah sehat?"

Aku duduk di sisi Eomma. Memberikan cake es teler yang aku buat sendiri. Dulu Eomma pernah bilang menyukai cake buatanku yang satu ini.

"Sudah sehat, dong... Eomma kan mau gendong cucu! Kamu sendiri gimana? Doyan makan 'kan? Nggak muntah-muntah?"

"Aman, Eomma. Bayi ini pingin semua makanan kayaknya." Aku terkekeh. Menyadari setiap hari harus ganti menu makanan.

"Jangan makan makanan jajan terus. Makan sayur-sayuran juga biar ada nutrisi dan vitamin."

"Iya, Eomma. Sayurnya nggak bakal ketinggalan kok." Aku menarik tangan Eomma, mengajaknya ke dapur. "Eomma, ayo makan cake. Ayu udah laparr."

"Cake es teler itu?"

"Iya..."

.
.
.

Aku tidak tahu, seberapa kuat persahabatan kalian? Tetapi kalian benar-benar tidak seperti hanya rekan kerja. Kalian seperti saudara.

Ini sudah minggu ke-12 Ye Rim hamil. Mr. Seo Yan sedang menjemputnya ke rumah. Dan kita, bersembilan menunggu di rumah sakit setelah memeriksa kandunganku.

"Aegi bentar lagi punya aegi." Sehun bergumam. Mengusap perutku dengan penuh kasih sayang. Baekhyun tampak sibuk menjahili Kai. Jong Dan sedang beli jajan untuk putrinya dengan Kyung Sik. Ming Seok sendiri baru sampai dan mengistirahatkan tubuh. Sementara kamu dan Jin Myeon sedang berbincang-bincang entah apa itu? 

"Semoga anaknya seperti kamu."

"Eiittt.. Jangan, dong! Nanti timbul fitnah."

"Hah?"'Aku menatap Sehun bingung, tetapi Sehun langsung menunjuk ke arah kamu. Membiarkan aku berpikir sendiri. "Oh, iya... Suamiku 'kan temenmu."

Sehun mengangguk mantap, seolah bilang kalau aku bayi yang pintar.

"Iya juga ya. Mending seperti bapaknya. Soalnya aku lebih suka bapaknya daripada kamu, hehehehe..."

"Arrgghhh... Terserah. Aku mau pulang aja, kamu ngeselin bercandanya."

Sehun ngambek. Dia berdiri dan hendak pergi. "Eh, kamu udah berkepala tiga masa masih kayak bayi, Hun?"

"Bodo amat, ya!"

"Ya sudah. Aku titip soju ya, satu!"

Teriakku pada Sehun.

"Ayu-yaa..."

"Ayu-ssi..."

Aku merinding saat mendengar gertakan kamu dan teman-temanmu.

My YoUniverse ✔Where stories live. Discover now