20°

270 158 180
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

...

Langkah kaki Hugo terhenti sejenak ketika ia melihat Senja duduk bersama Malvin di bagian ruang tamu. Netra Hugo terkunci pada gadis yang kini menatap lurus ke depan dengan tatapan mata kosong dan kelopak mata yang sembab.

Pandangan Malvin beralih pada Hugo dan menatapnya sangat tajam, kemudian ia beranjak dari duduknya.

"Lo ikut gua!" Malvin menarik kasar baju Hugo, kemudian langkah kakinya mengarah ke teras rumah lalu mendorong tubuh Hugo begitu saja.

"Ini kenapa sih bang?" protes Hugo.

BUGGGHHH..

Satu tinjuan diterima oleh Hugo. Malvin meninju tulang pipi Hugo, sampai-sampai lelaki itu tersungkur ke teras rumahnya sendiri.

"Ini apa-apaan sih?!" bentak Hugo tidak terima.

"Kenapa lo nyerang gua?!"

Rahang Malvin mengeras. Ia merubah posisinya menjadi setengah duduk tepat di hadapan Hugo. Meraih kerah baju lelaki itu dengan kasar.

"Gua heran, kenapa adek gua bisa dapet suami bajingan kayak lo?" Malvin menyeringai, namun tak ada hentinya memberikan tatapan tajam pada Hugo.

Hugo terdiam sejenak.

Apa maksud Malvin?

"Bang, gua gak ngerti apa maksud lo." balas Hugo.

BUUGGGHHH..

Karena merasa muak akan kebohongan yang terus Hugo tutupi. Lagi-lagi Malvin memberikan tinjuan keras pada lelaki itu. Yang Hugo lakukan bukan menyerang serangan Malvin, melainkan meringis kesakitan akibat bogeman kuat yang ia terima.

"Kak Malvin, udah!" teriak gadis yang berdiri di ambang pintu.

"Jangan pukulin Hugo lagi.." pinta Senja sambil menangis.

Jujur, kalau ini bukan permintaan Senja. Mungkin hari ini Hugo sudah habis di tangannya. Kedua tangan Malvin masih mengepal kuat, begitu juga rahangnya semakin mengeras karena emosi yang tidak stabil.

"Tolong pulang dulu, gue mau ngobrol sama Hugo." pinta Senja. Suaranya terdengar lirih ketika memohon.

"Tapi Ja—"

"Gue gapapa, kak. Sekarang lo pulang dulu, ya?" suatu kebohongan yang keluar dari mulut Senja, kalau ia tidak apa-apa.

Kali ini Malvin mengalah. Lelaki itu memilih pergi dari sana atas kemauan sang adik.

"Ini ada apa sih, Ja? Kenapa bang Malvin kayak gini?" Hugo beranjak dari sana dan menghampiri Senja di ambang pintu.

"Kamu lihat ini." Senja memberikan amplop cokelat pada Hugo.

Hugo membeku ketika melihat banyaknya foto-foto Kezia di rumah sakit jiwa dan ada beberapa foto berupa screenshoot percakapannya dengan Arina. Sekujur tubuh Hugo benar-benar dibuat bergetar hebat dan tungkainya juga terasa begitu lemas.

Senja untuk Hugo | Lee Haechan [ COMPLETED ]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant