Sudah beberapa hari, chika tidak datang untuk menjenguk christian. ia sengaja memberikan christian waktu, christian perlu waktu, juga perlu berfikir. dan hari ini, ia memberanikan diri untuk datang dan menjenguk christian.
"semoga tian mau nerima gue." harap chika. sejujurnya, dirinya masih takut bahwa kenyataannya christian membencinya dan tidak mau lagi bertemu dengannya.
cklek
"pagi, tian." sapa chika, namun christian tidak menjawab. chika lalu mendekatkan, dirinya pada bangsal milik christian.
"kamu udah mendingan tian?" tanya chika, namun tetap christian tidak menjawab. laki-laki itu selalu menutup mulutnya rapat-rapat.
"permisi, mau di cek dulu ya." ucap dokter, yang sedang memeriksa kondisi christian.
"gimana dok?" tanya chika.
"bagus kok, udah mendingan. mungkin besok atau lusa, sudah boleh pulang. christian, tolong obat juga pola makannya dijaga ya." ucap dokter, tersebut. christian hanya mengangguk.
"kalau begitu, saya permisi dulu ya."
"makasih banyak ya dokter, sus." ucap chika.
ia berjalan kearah meja yang terdapat sarapan pagi, milik christian. makanan itu masih penuh, padahal ini sudah masuk jam 10, dan christian belum memakannya.
"kok, belum dimakan tian?" tanya chika, ia mengambil nampan itu.
"nunggu bunda." jawab christian, pada akhirnya laki-laki itu mau, menjawab pertanyaan chika.
"bunda kemana emangnya?" tanya chika, ia menyiapkan makanan untuk christian.
"pulang." jawab christian, singkat. chika mengangguk.
"buka mulutnya, ini udah jam 10 udah siang." ucap chika menyodorkan, sendok berisi makanan pada christian. namun christian malah menutup mulutnya rapat, juga membuang muka.
"buka mulutnya tian, kalo makannya nanti-nanti, kapan minum obatnya? ini kan sarapan bukan makan siang." ucap chika sekali lagi.
"nunggu bunda." jawab christian.
"nunggu bunda tuh jam berapa sampainya? siang?" tanya chika, sedikit kesal.
"bentar lagi." jawab christian.
"please, beberapa suapan aja. yang penting, perutnya keisi." ucap chika, ia kembali menyodorkan suapannya pada christian. christian menggeleng.
"ck, mau sembuh ga sih?" kesal chika, lantaran laki-laki itu sangat susah dinasihati.
"gua kan udah bilang, nunggu bunda. ngerti ga sih?!" ucap christian tegas. apa-apaan gadis itu, tiba-tiba datang, lalu memaksanya untuk makan. dirinya sedang menunggu shani, dirinya hanya ingin disuapi oleh shani.
chika yang sama sekali tidak pernah dibentak, terkejut. ini kedua kalinya, christian meninggikan suaranya. christian selama ini tidak pernah meninggikan, atau membentak dirinya, namun sekarang laki-laki itu lebih cepat untuk marah. mungkin karna rasa sakit yang pernah chika torehkan pada hati laki-laki itu, hati yang dulunya tulus juga lemah lembut, sudah chika ubah keadaannya, menjadi retak juga tidak seperti semula.
"m-maaf." ucap chika, dirinya langsung menaruh sarapan milik christian, tak lupa juga ia tutup kembali dengan plastik yang melindungi makanan itu. lalu dirinya berjalan, pada kaca jendela rumah sakit yang langsung mengarah keluar. ia mengusap air matanya, yang sedikit keluar.
christian menoleh sekilas, pada gadis itu. dirinya tahu pasti chika, saat ini sedang menangis, lantaran bahu gadis itu yang naik turun, juga tangannya yang sedari tadi mengusap bagian matanya. dirinya tidak bermaksud untuk membentak gadis itu, dirinya lelah sudah bertemu banyak orang yang menjenguknya dari kemarin-marin, dan sekarang chika yang mengunjunginya. dirinya hanya ingin disuapi oleh shani, itu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membasuh [CH²]
Randomyessica tamara harus dihadapkan dengan dua pilihan. ia harus memilih antara kakak beradik, arzeedan abimana atau christian adinatha. siapakah yang akan dipilih olehnya? "Lo harus punya pilihan chika." "Ga bisa, gue mau keduanya."