15

2.4K 198 26
                                    


Saat arkan masuk ke dalam kamarnya yang arkan cari satu yaitu arhan namun saat masuk ke dalam kamar arkan tidak menemukan arhan di setiap sidut ruangan dan arkan juga tidak menemuka tas yang biasa arhan pakai sekolah namun seragam sekolah jadwal hari ini arhan masih ada semua, apalagi saat arkan telfon arhan tidak mengangkat telfonya membuat arkan kalang kabut.

Arkan dengan tergesa gesa menuruni anak tangga dan menghampiri fairuz yang sedang menikmati secangkir kopi"ayah.."panggil arkan dengan nafas memburu

"ada apa sih kak? Kok buru buru banget"ujar fairuz

"itu arhan nggak ada di kamar kayakna kabur deh yah soalnya tasnya juga nggak ada"

Fairuz langsung beranjak dari duduknya"kabur? Naik apa"

"aku juga nggak tahu yah, lebih baik kita tanya dulu ke pak mamad pasti pak mamad tahu"

Fairuz mengangguk, kemudian langsung melangkah keluar rumah di ikuti arkan dari belakang, fairuz berhenti di dekat pak mamad yang sedang berbincang dengan mang jaja.

"pak fairuz sama mas arkan lagi cari mas arhan ya?"tanya pak mamad

"iya pak, pak mamad tahu dimana arhan pergi"

Pak mamad menggaruk tengkuknya yang tidak gatal"aduh maafin saya pak, tadi mas arhanya pergi naik motor pak dan saya nggak tahu perginya kemana karena tadi mas arhanya kelihatan marah gitu"

"aduh yah ini gimana? mana tangan adek masih sakit lagi kalau terjadi  sesuatu gimana? Pak mamad juga kenapa nggak langsung bilang kalau arhan kabur dari rumah"

"mas arhanya ngelarang saya mas, katanya kalau bicara sebelum kalian tahu sendiri arhanya ngancam aneh aneh ya saya takut"

Arkan melihat ponselnya yang berdering tanda ada telfon"ibu panti yah"

Fairuz langsung mengambil ponselnya arkan kemudian mengangkat telfon dari kontak yang di beri nama ibu panti"asalamualaikum bu"

"waalaikum salam ini pak fairuz ya?"

"iya bu"

"kebetulan kalau gitu dari tadi pak fairuz saya telfon nggak di angkat, saya cuma ngasih tahu kalau mas arhanya ada di panti, saat saya tanya apa enggak sekolah kata mas arhanya enggak, lagi nggak mood sama orang rumah tapi saya nggak di bolehin bilang kalau mas arhanya ada di panti"

"alhamdulillah kalau arhan ada di panti bu? Tapi arhan nggak papakan bu"

"alhamdulillah nggak papa pak, cuma tadi ngeluh tanganya kebas di buat naik motor tadi juga sudah di cek gdanya normal dan sudah suntik insulin katanya mas arhan sudah lapar mau sarapan di panti"

"oh gitu, mohon maaf bu saya mungkin belum bisa ke panti bu salma tahu sendirikan arhan kalau lagi ngambek itu gimana"

"hahaha iya pak saya ngerti, tadi juga mas arhan mewanti wanti saya nggak usah bicara kalau mas arhan ada di panti tapi saya yakin pasti orang rumah kawatir karena mas arhanya kabur, pak fairuz nggak usah kawatir mas arhan disinya pasti kami jaga"

"iya bu terima kasih ya"

"sama sama pak kalau gitu saya matikan ya pak asalamualikum"

"waalaikumsalam"

*______*

Setelah seharian arhan berada di panti akhirnya waktu sore hari arhan izin pulang, saat ingin pulang ada sedikit drama ibu panti melarang arhan pulang naik motor karena takut arhan kenapa napa, tadi pagi saja mengeluh tanganya kebas ibu panti takut jika terjadi sesuatu dengan arhan namun anak itu tetap bersikukuh ingin pulang naik motor sendiri akhirnya mereka pasrah dan membiarkan arhan pulang naik motor.

Namun arhan tidak langsung pulang melainkan arhan belok ke taman 2km dari panti asuhan, arhan duduk sendiri di kursi panjang yang di sediakan taman, pikiran arhan melayang kejadian tadi malam saat arhan mengetahui 1 fakta yang membuat hati dan pikiranya terguncang.

Arhan menuduk takut ada rasa gelisah yang menyelinap di hatinya entah kenapa ada rasa yang mengganjal di hatinya, semua sudah terjadi luna sudah hamil fakta itu tidak bisa di bantah lagi namun tetap saja arhan merasa tidak terima. Padahal tadi ibu panti sudah memberi wejangan panjang lebar perihal luna hamil namun hatinya tetap tidak bisa lega membuatnya tidak nyaman.

Arhan mengusap rambutnya kasar, kenapa ketakutanya sejak dulu malah di wujudkan oleh luna dan fairuz padahal mereka tahu kalau arhan tidak mau punya adik lagi seharusnya mereka bisa berhati hati nggak malah keblabasan.

Arhan menoleh saat merasa ada yang duduk di sampingnya"kania"

Kania terseyum manis memperlihatkan gigi rapihnya"gue boleh duduk sini?"

Arhan hanya mengangguk saja, entah kenapa ada rasa nyaman setelah kania datang, arhan tidak bisa mendeskripsikan rasa nyaman itu setelah kania datang hatinya merasa lega.

"tadi kenapa nggak masuk sekolah"tanya kania

"malas"ucap arhan, memang arhan itu tipikal orang yang dingin saat bersama orang yang belum akrab denganya apalagi ini cewek, bukan rahasia umum sih arhan akan bersikap lebih dingin dengan perempuan mau berbaur dengan perempuan pun hanya beberapa itu pun teman sekelasnya yang sudah 2 tahun bersama arhan.

Kania terkekeh mendengar jawaban arhan, tidak kaget sih laki laki seperti arhan bicara seperti itu memang kebanyakan laki laki itu jika ada masalah selalu malas mau ngapain"lo masih nggak terima kalau lo ikut olim? Atau ada hal lain yang membuat lo malas pergi ke sekolah"

"kepo"ucap arhan ketus

"bukan kepo tapi lo kan partner gue, ya gue harus tahu  lo itu gimana nggak mungkinkan partner olim tapi kita masih canggung canggungan, tahun kemarin waktu arkan jadi partner olim sama gue dia langsung enjoy loh nggak kayak lo dingin banget kayak es kristal susah cairnya"

Arhan menghembuskan nafas kasar lagi dan lagi ia di banding bandingkan dengan arkan apa orang baru itu tidak ada topik lain selalu aja membanding bandingkan dengan arkan, tanpa mengeluarkan suara arhan bangkit dari duduknya

"lo mau kemana?"

"kepo kayak dora"

"oh ya rumah gue perumahan depan taman rumah nomer 3 dari gerbang perumahan, kalau mau mampir, mampir saja nggak usaha sungkan"

Arhan hanya memutar bola matanya malas lalu pergi meninggalkan kania.

Sesampainya di rumah saat di ruang tamu arhan mendengar tawa yang menggelegar dari luna, fairuz dan arkan, ada rasa tidak suka di saat arhan tidak ada di rumah tapi mereka tetap biasa saja walau ia tahu ibu panti tadi bilang kalau dirinya sudah bilang fairuz tapi tetap saja arhan tidak suka.

Arhan berjalan nelewati ruang keluarga, bahkan mereka tidak sadar kalau ada orang lewat mereka tetap fokus bercengkrama sperti biasanya jika ada dirinya disitu, jika dulu arhan selalu semangat saat fairuz libur kerja pasti mereka akan berkumpul sepeerti yang dilakukan mereka tapi entah kenaoa sekarang arhan malas saja.

Arhan membuka pintu kamarnya niat pertama saat masuk kamar yaitu mandi karena badan arhan sudah terasa lengket membuatnya risih.
.
.

arhan-2ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang