Ben mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari saku kemejanya saat malam ini melakukan pertemuan dengan Londra di bar miliknya.
Sejak meninggalkan rumah Gabby satu minggu yang lalu, ia lebih sibuk dari biasanya. Lebih tepatnya ia menyibukkan diri lebih dari sebelumnya. Ia bahkan melakukan apapun yang mungkin melewati batasan yang gadis itu katakan karena ia adalah Benyamin Tillman. Selama hidupnya tidak ada seorang gadispun yang berusaha menahannya di garis batas karena ia tidak memiliki itu. Ia mengambil apapun yang ingin ia ambil, merusak apapun yang tidak ia sukai dan melakukan apapun yang ia kehendaki jadi Gabby tidak bisa dengan seenaknya saja mengaturnya. Gadis itu tidak punya hak dan peduli setan dengan ancamannya.
Ben mengantongi kembali ponselnya setelah melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Kau tidak ingin menjawabnya?" Tanya Londra menyeruput wiskinya.
Ben menggeleng, meminum wiskinya sendiri, "tidak penting."
"Gadismu?" Tanya pria itu dengan senyum miring, meledek Ben.
"Bukan urusanmu." Jawab Ben datar membuat Londra mengangkat tangannya menyerah sebelum beranjak dari sana setelah melakukan kesepakatan.
Ben menatap kosong selama lima menit penuh pada gelasnya dengan jari mengetuk-ngetuk pada map yang baru saja ia dan Londra tanda tangani. Bertanya-tanya pada dirinya sendiri--dan akhir-akhir ini ia lebih sering menggunakan otaknya untuk berpikir tidak seperti dirinya yang dulu--apakah ia melakukan semua transaksi ilegal sialan ini dengan semua pihak bawah tanah karena ingin membuat Gabby marah? Apakah ia sendiri penasaran dengan ancaman Gabby bahwa gadis itu benar-benar akan menembaknya jika ia melewati batas? Dan, ada apa dengan penculikan yang Gabby katakan? Seingatnya ayahnya melakukan perdagangan manusia hanya saat ia masih kecil. Gadis-gadis yang sekarang bekerja untuknya adalah gadis-gadis yang memang datang padanya atas keinginan mereka sendiri, dengan gaji yang gadis-gadis itu inginkan, ataukah itu hanya pikirannya saja? Benarkah ayahnya tetap melakukan perdagangan manusia di belakangnya? Apakah ayahnya tidak memercayainya hingga merahasiakan hal itu darinya?
Ben berpaling saat seseorang membuka pintu kantornya untuk melongok ke dalam, "boss mencarimu." Kata Blackhawk singkat membuat Ben beranjak untuk bergabung bersama ayahnya di kantor pribadi milik ayahnya yang juga berada di bar itu, tapi lebih luas dan mewah dari miliknya.
Ayahnya menuang segelas wiski lagi untuknya sebelum duduk di depan Ben, "Londra sudah kembali?"
Ben mengangguk, "baru saja."
"Kau punya masalah?" Tanya ayahnya membuat tulang punggung Ben entah kenapa menjadi dingin. Pria itu membeku sejenak sebelum membalas tatapan ayahnya. Ayahnya tersenyum tapi tidak ada keramahan yang sampai ke mata abu-abu--yang sangat identik seperti milik Ben--sehingga membuat Ben meletakkan kembali gelas wiski yang batal ia sesap.
"Tidak ada masalah. Ada apa?" Tanya Ben kembali.
Ayahnya menggeleng santai, menatap Ben dari atas bibir gelasnya dan senyum itu belum menghilang, "kau bertransaksi lebih banyak dari sebelumnya seolah kau ingin membuktikan sesuatu." Kata ayahnya dengan tepat menebak semua yang Ben lakukan dan itu semakin membuatnya tidak nyaman seolah ayahnya bisa membacanya dengan jelas. Menguliti semua rahasianya. Menelanjangi perasaannya.
Ben mengambil gelasnya, bersandar untuk menegak wiskinya, "aku ingin membuktikan padamu."
Ayahnya tergelak geli, "kau tidak perlu melakukan itu. Aku percaya padamu." Namun Ben tahu entah bagaimana ayahnya sama sekali tidak memercayainya.
Ben menegak habis wiskinya sebelum berdiri dari duduknya. Berada satu ruangan dengan ayahnya tidak pernah menjadi hal yang mudah untuk Ben sejak ibunya meninggal. Ayahnya selalu memandangnya seolah ia sama mengecewakannya seperti ibunya dan itu menyakitinya. "Aku... Akan pulang sekarang jika tidak ada yang perlu dilakukan lagi." Pamit Ben sebelum mengeluarkan ponselnya yang kembali bergetar oleh panggilan Gabby.

DU LIEST GERADE
Benyamin Tillman
RomantikBenyamin adalah seorang iblis. Dia akan mendapatkan apapun yang diinginkannya, melakukan apapun tanpa peduli konsekuensinya untuk orang lain, dan mengambil apapun sesuka hatinya, seolah dunia adalah miliknya. Tapi hanya satu yang tidak bisa dan tida...