23

2.7K 289 35
                                    

Ben berpura-pura tidak putus asa mencari alamat tempat tinggal Stephanie Hugh--atau Gabby?--wanita cantik misteriusnya. Blackhawk tidak berhasil menemukan alamat Stephanie Hugh, bahkan tidak dapat menemukan nama itu dipencarian. Jadi, siapa nama gadis itu sebenarnya? Gabby? Gabby siapa, jika memang namanya Gabby? Atau Gabby juga nama palsu?

Tapi, bukan hanya itu yang membuatnya kesal. Ada sesuatu yang mengganggunya tentang semua ini. Kenapa Benyamin Tillman merasa kosong. Ia sangat ingin bercinta, demi Tuhan, tapi tidak ada yang bisa membuat kekosongan di dalam dirinya terisi. Biasanya ia akan menggunakan gadis-gadis miliknya sendiri karena ia selalu memerintahkan mereka cek up rutin, juga meminta para pelanggan menggunakan pengaman. Gadis-gadis itu adalah investasi jangkan panjang, jadi sebisa mungkin Ben akan memberhentikan mereka saat Ben merasa mereka cukup berumur dan tidak lagi diminati. Jadi saat ia mencoba mencari apa yang hilang dari dirinya, ia benar-benar mencoba, tapi tidak ada yang bisa mengisi kehampaan itu.

Belum lagi, anehnya, ia merasa tidak leluasa saat berada di lingkungannya sendiri. Di Club miliknya sendiri, bersama ayahnya atau anak buahnya sendiri. Bahkan saat Blackhawk menanyakan dengan curiga kenapa ia mencoba mencari Stephanie dan semakin curiga saat tidak menemukan nama itu. Seolah Blackhawk sudah pernah bertemu gadis itu, tapi kenapa justru ia yang lupa pernah mengenal gadis itu. Ia yakin, sangat yakin bahwa Blackhawk akan melapor pada ayahnya dan entah bagaimana itu cukup mengganggunya--mengganggu Ben--yang selama ini tidak peduli pada apapun.

Ben terbiasa mengambil apa yang ia inginkan, tapi setelah itu, bukan urusannya lagi. Jadi kenapa ia merasa terganggu jika benar anak buahnya mungkin saja melapor pada ayahnya? Gadis itu punya tunangan, biarkan saja tunangan sialannya itu yang akan melindunginya.

Tapi, bagaimana dengan bayi itu? Bagaimana ia bisa yakin bahwa bayi itu bayinya? Bisa saja gadis itu sama seperti gadis lain yang siap melemparkan diri padanya karena tahu ia kaya raya. Separuh club dan kasino di Las Vegas adalah miliknya, jadi gadis pintar pasti akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Stephanie. Bukan, namanya bukan Stephanie, dan gadis itu jelas lebih cocok dipanggil Gabby ketimbang Stephanie. Stephanie terkesan seperti Barbie, dengan rok pendek atau baju terbuka dan tatanan rambut bergelombang, juga sedikit bodoh. Tapi Gabby, lebih... Tegar? Tangguh? Tapi kenapa gadis itu berperan sebagai Stephanie saat di Baby Bridal? Ben sekarang sadar itu bukan pesta kostum.

Kening Ben berkerut dalam saat memikirkan apakah gadis bernama Gabby itu menyembunyikan sesuatu? Mungkinkan penyamaran? Ataukah gadis itu dari kepolisian? Tapi Ben sudah menyuap mereka agar 'buta' pada bisnisnya, jadi siapa gadis ini?

Ben memijit keningnya yang berdenyut saat seseorang mengetuk pintu ruangannya.

"Boss?" Suara Kyle.

"Masuk."

Pintu terbuka dan Kyle berdiri di depan mejanya, "ada sesuatu yang harus kau lihat di ruang keamanan, Boss."

Ben mengangkat alisnya penasaran, "jika hanya keributan..."

Kyle menggeleng, tak berani memotong ucapan Ben karena Kyle tahu Ben bisa menembaknya jika tersinggung, tanpa berkedip. Ben terkenal seperti iblis. Bukan, Ben adalah rajanya iblis.

Ben mengetuk jarinya di atas meja, "ceritakan."

"Gadis ini," dan membuat jantung Ben berdetak semakin cepat, apakah Gabby? "Dia pernah berada di sini, dengan beberapa orang--seperti merayakan sesuatu bersama teman-temannya--lalu ada di Reject bersama pria yang sama yang datang bersamanya kemari, juga di Arrogant." Jelas Kyle.

"Mungkin hanya kebetulan." Bantah Ben, tapi entah bagaimana, harapannya melambung sedikit.

"Itu juga yang awalnya kupikirkan, tapi saat di Arrogant, CCTV menangkap gambar dua pria yang juga ada disini malam itu. Tapi mereka seolah berpencar." Jelas Kyle kembali membuat Ben dapat mengingat saat pertama kali ia melihat gadis seksi memainkan permainan senjata api dengan sangat apik, gadis yang kemudian membisikkan namanya, gadis yang juga bersama tunangannya, gadis yang adalah Gabby.

Setelah dipikir lagi, Gabby tidak terlihat seperti gadis yang suka memainkan permainan senjata api, tapi gadis itu jelas bukan pemula. Jadi, apakah gadis itu benar-benar pernah menggunakannya? Gadis itu tidak canggung menenteng senjata api replika dan dia tidak salah menopang senjata itu--yang biasanya sering terjadi saat seorang pemula memainkannya, koordinasinya bersama sang tunangan juga terlihat apik seolah mereka sering melakukannya.

"Kau punya rekaman CCTV dari Reject dan Arrogant?" Tanya Ben berusaha terkesan santai.

Kyle mengangguk dan menyerahkan salinan pada Ben, "aku juga sudah menyalin CCTV disini saat malam mereka datang."

Ben mengangguk, "aku akan memeriksanya."

"Haruskah aku melapor kembali pada Mr. Tillman?"

Ben menarik laci mejanya dan menyulut rokok, "tidak perlu. Aku akan melapor pada ayah jika memang harus melapor. Tidak perlu membebankan sesuatu jika memang ternyata tidak ada apapun." Setelah menghembuskan asap rokok pertamanya.

Kyle mengangguk dan kembali ke ruang keamanan saat Ben berusaha menghentikan getaran di tangannya. Ia ingin sekali segera mengecek salinan rekaman itu, tapi tidak ingin menunjukkan di depan kamera CCTV yang juga dipasang dalam kantornya. Ia tidak ingat kenapa CCTV itu dipasang di sana, dan ia tidak akan bertanya. Ia akan berpura-pura tidak tahu bahwa siapapun bisa melihat dan melaporkan pada ayahnya apapun yang ia lakukan. Bahkan mungkin saja ayahnya sendirilah yang sedang menatapnya saat ini.

Ben menghabiskan rokoknya dengan perlahan membuka laptopnya dan berputar untuk bersandar membelakangi jendela, membuat CCTV tidak bisa melihat pada apa yang akan ia lihat dalam laptopnya.

Ben memerhatikan gadis itu. Gadis seksi dengan rok pendek dan sepatu hak tinggi, tapi gadis itu bukan menjadi Stephanie melainkan Gabby. Ben meremas tengkuknya dengan gatal. Ia benar-benar ingin menyingkirkan lengan pria itu dari pundak Gabby yang terbuka dan terlihat halus, tapi pria itu adalah tunangan gadis itu, jadi kenapa ia merasa terganggu?

Ben menggeretakkan giginya saat melihat mereka berciuman, walaupun dari yang Ben lihat sepertinya Gabby sangat kaku saat melakukannya.

Apakah Gabby juga akan sekaku itu jika aku menciumnya? Sialan, apa sih yang kupikirkan?

Ben berpindah ke rekaman saat di Aarogant, ia masih ingat bagaimana gadis itu luar biasa menarik dengan senjata replika, lalu Ben menegang saat ia menyadari apa yang dikatakan oleh Kyle benar. CCTV juga merekam dua teman Gabby berada disana tapi mereka seolah tidak tahu bahwa yang lainnya ada disana.

Jadi, siapa kau, Gabby? Siapa kalian?

Rekaman berpindah ke Reject. Gabby dengan tunangannya tersayang, sinis Ben dalam hati. Sial, dan ia terdengar seperti sedang cemburu. Ya Tuhan, lelucon apa itu? Benyamin Tillman tidak pernah mengenal kata cemburu.

Ben kembali memusatkan perhatian pada rekaman lalu menyipit saat menyadari bahwa mereka datang tidak hanya berdua tapi bersama seorang gadis kecil. Gabby terlihat panik saat gadis kecil itu tidak ada di tempat terakhir kali Gabby meninggalkannya.

Ben menyipit saat melihat gadis kecil itu, saat wajah gadis itu tertangkap sebagian besar pada kamera. Ben menghentikan rekaman dan mencoba memperbesar, tapi gambar itu tidak jernih. Sayang sekali karena ia seperti pernah melihat gadis itu di suatu tempat tapi tidak berhasil mengingatnya, lalu ia kembali menjalankan rekaman hingga gadis kecil itu mendekati seorang pemuda kulit gelap dengan kepangan khas. Mungkin ia bisa menanyakan pada Kyle soal pemuda itu untuk mendapatkan informasi soal si gadis kecil, dan dari sana ia bisa mendapatkan alamat Gabby.

Apapun hubungan Gabby dengan gadis itu, sepertinya mereka sangat dekat jika dilihat dari bagaimana paniknya Gabby saat tidak menemukan si gadis kecil.

Ben menyalakan kembali satu batang rokok dan menyesapnya dalam-dalam, membuat skenario dalam otaknya untuk mendapatkan informasi lebih dari sekedar alamat Gabby. Ia ingin tahu siapa Gabby?

Jika tadi ia bisa bersikap tenang di depan Kyle, sekarang ia mulai curiga bahwa apa yang dikhawatirkan Kyle masuk akal.

Kenapa orang seperti Gabby menyembunyikan identitasnya? Dan kenapa mereka mengunjungi semua tempat milik Ben? Ben memang memiliki separuh tempat di Las Vegas, tapi tidak semuanya. Belum lagi ia tidak bisa menepiskan firasatnya jika melihat perawakan teman-teman Gabby saat di Club, jelas sekali mereka bukan pengacara atau pegawai administrasi di sebuah kantor yang mengharuskan mereka duduk di depan komputer selama sepuluh jam sehari.

Wajah pria-pria itu kecoklatan, yang berarti mereka lebih sering berada di luar ketimbang di dalam ruangan nyaman.

Siapa kau, Gabby?

Benyamin TillmanWhere stories live. Discover now