8

3.9K 491 21
                                    

Gabby tersentak terkejut dan mengerjap saat mobil yang ditumpanginya berguncang sedikit lebih keras saat melindas batu yang bertebaran di jalan masuk rumah besar itu. Rumah klasik - bukan dalam artian reyot atau tidak layak - namun sangat terawat dengan dinding yang terbuat dari kayu gelap.

"Maaf, Bos." Jack menyengir melihat Gabby terbangun dari tidurnya dan menghentikan mobil itu tepat saat seorang gadis keluar dari dalam rumah dengan senyum lebar, untuk berlari menuruni beranda, menyambutnya yang terlihat berantakan karena sepanjang jalan memilih untuk tidur tanpa peduli apapun.

"Gabby." Pekik gadis itu memeluknya erat dan jika saja bisa, gadis itu pasti akan membunuhnya dengan pelukannya.

"Oke, oke, aku juga senang bertemu denganmu, Cat, jadi kau bisa melepaskan aku sebelum aku kehabisan napas." Kata Gabby menepuk-nepuk lengan Catty pelan saat Catty melepaskannya dengan panik.

"Oh, astaga, maafkan aku. Aku hanya terlalu bersemangat." Seringai Catty membuat wajah cantik gadis itu semakin cemerlang akibat suasana hatinya yang membaik.

Gabby tersenyum tulus, "kau pasti sangat bosan berada di bawah pengawasan suami diktatormu,kan?" Ledek Gabby membuat seseorang berdecak tidak sabaran.

"Aku bukan diktator." Protes Junior yang akhirnya menuruni tangga saat Gabby terkekeh mengambil ransel besarnya karena Gabby - akhirnya - memutuskan untul berlibur ke rumah danau Junior-Catty selama... Entahlah, mungkin satu atau dua minggu, tergantung apakah ada situasi mendesak yang membutuhkan tambahan anggota.

Tapi untuk saat ini, tidak ada yang bisa mengusik jadwal liburannya. Gabby ingin memancing, berenang di danau, tidur, makan, menonton acara apapun yang bisa ditemukannya di televisi datar Junior, atau kalau tidak ada yang bagus, akan menyewa DVD film lama yang bahkan tidak pernah terpikir untuk di tontonnya kapanpun memiliki waktu luang dengan pop corn asin dan cola, lalu makan pizza sepuasnya, lalu tidur, kemudian bangun kembali dan mengulangi ritual itu keesokan harinya dengan urutan yang persis sama. Siapa yang akan melarangnya? Tidak ada. Karena ini adalah hidup Gabby dan hari libur terpanjang yang di ambilnya di rumah anak buahnya yang istrinya sedang hamil.

Ya Tuhan. Memikirkan soal kehamilan bisa membuat seorang gadis waras menjadi gila kan? Jika kalian tidak percaya, lihat saja Gabby. Gadis paling rasional yang pernah ada di bumi ini, bahkan membawa-bawa testpack di saku ranselnya karena terlalu pengecut untuk memakainya. Tapi, well, lihat Catty! Dia sangat bahagia dan wajahnya selalu berseri-seri lebih dari saat menikah dulu. Itu karena apa? Karena dia bahagia atas kehamilannya. Lalu apa yang harus aku lakukan?

"Kau harus melepaskan rasel sialan ini, Gabby." Erang Junior tidak melepaskan tarikannya dari tali ransel Gabby. Gabby mengerjap sebelum menurut untuk melepaskan ranselnya karena Junior berniat menjadi tuan rumah yang baik dengan membawakan ranselnya. "Apa sih isi ranselmu?" Gerutunya saat mengikuti Gabby, Catty dan Jack yang beranjak masuk kedalam rumah.

"Aku memereteli apartemanku karena biayanya yang terlalu tinggi dan memasukkannya kedalam ransel untuk kubangun di lahanmu ini. Mungkin aku akan membangunnya di tengah danau." Jawab Gabby membuat Junior mendengus tapi Catty dan Jack tertawa.

"Kau bukan kura-kura yang bisa membawa-bawa rumahmu, Girl." Gerutu Junior saat menjatuhkan benda seberat beberapa kilo gram yang bagi Junior seperti batu tapi bagi Gabby adalah ransel itu.

"Oh, ya ampun, untung saja kau mengingatkan aku." Sarkasme Gabby yang kali ini Junior juga ikut tertawa.

"Kalian sudah makan siang?" Tanya Catty pada Gabby yang mengempaskan tubuhnya di sofa dan Jack yang duduk di kursi dapur.

"Belum." Jawab mereka serentak, membuat Catty menepuk tangannya dengan bersemangat.

"Baiklah, aku akan memberi kita semua makan." Dengan berbalik untuk menghadap peralatan masaknya saat Junior mengenyakkan tubuh besarnya di sisi Gabby dan mengusap lengan Gabby sensual, yang dengan cepat mendapat pukulan menyakitkan di punggung tangannya.

"Jaga tanganmu, Boy." Ancam Gabby membuat Junior terkekeh pelan.

"Dia tidak melihatnya." Bisik Junior seolah berkomplot untuk berselingkuh di belakang Catty.

Gabby memutar bola matanya dan meraup wajah Junior untuk memalingkannya saat Junior berusaha mendekatkan wajahnya pada wajah Gabby. "Kau perlu aku membantu mengebirinya, Cat?"

"Lakukan sesukamu, Gabe. Aku harus cukup puas dengan hasil akhirnya." Jawab Catty tanpa berpaling dari aktifitasnya. Jack tergelak-gelak melihat apa yang mereka bertiga lakukan. Walaupun Jack adalah orang baru di anggota TGOI, Jack sudah mendengar tentang hubungan mereka bertiga di masa lalu karena Jack sempat menyukai Gabby namun memutuskan untuk mundur teratur saat sadar Gabby berada di luar jangkauannya. Dan Jack cukup kagum karena mereka bertiga bisa menghabiskan waktu di satu tempat tanpa berusaha untuk saling membunuh seperti kebanyakan mantan kekasih yang pernah dilihat Jack.

"Aku akan membunuhmu!" Ancam Gabby saat Junior kembali membisikkan sesuatu padanya.

Ya, setidaknya Gabby dan Catty tidak berusaha saling membunuh.

"Ya Tuhan, Gabe. Kau seksi sekali." Erang Junior membuat Catty berbalik dengan cepat untuk melihat kearah mereka berdua yang berbisik-bisik dari arah sofa.

"Mau bagaimana lagi? Aku memang seseksi itu." Setuju Gabby membuat Jack berdehem-dehem saat melihat mata Catty berkilat-kilat mencoba melubangi kepala Gabby dan Junior dengan tatapannya.

"Oh yeah, kau membuatku bergairah, baby."

"Ha.ha.gigit bokongku." Kekeh Gabby.

"Jangan salahkan aku jika akau benar-benar melakukannya. Errr..." Kata Junior dengan suara menggeram yang membuat Jack semakin tidak nyaman di kursinya saat Catty menyipit mendengar semua yang mereka bisikkan. "Dua tahun lagi, menikah saja denganku."

"Tidak masalah?"

"Tentu saja tidak. Kita bisa berbagi semuanya, kan?" Yakin Junior membuat Gabby mengangguk-angguk samar.

"Oke, tidak masalah aku rasa."

"Ehm... Bos." Panggil Jack tidak yakin.

"Ya." Jawab Gabby tanpa melihat pada Jack.

"Mungkin kalian harus... Ehm..." katanya tergagap, membuat Gabby dan Junior berpaling menatap Jack dengan serempak dan melihat pada Catty sesuai kode dari Jack.

"Menikah?" Tanya Catty menyipit pada mereka berdua dan dibalas dengan seringai polos Gabby dan Junior, sebelum mereka berdua mengangkat ponsel di masing-masing tangan mereka seolah ketahuan sudah bermain game saat seharusnya mengerjakan PR.

"Ya Tuhan," erang Jack mengusap wajahnya, "aku benci kalian semua." Dan membuat Gabby, Junior dan Catty tergelak saat melihat wajah Jack pucat pasi dan kini memerah karena berhasil dikerjai oleh tiga orang sinting itu. "Kau kejam sekali padaku, Cat." Tuduh Jack membuat Catty mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Maaf, aku tidak bisa menahan diri." Kekeh Catty kembali pada masakannya.

"Dan sudah berapa ratus kali kalian melakukan itu? Kalian hampir membuat jantungku copot." Omel Jack saat Junior masih menyengir geli memeluk Catty dari belakang dan menciumi pundak istrinya dengan sayang.

Gabby berbalik dan memeluk punggung sofa sebelum mengangkat jarinya, "coba aku hitung." Lalu berpura-pura menghitung sebelum mengangkat lima jarinya, "pertama, kau. Lalu, kau. Dan, kau. Kemudian, kau lagi. Terakhir, kau juga." Ledek Gabby membuat wajah Jack semakin memerah saat pintu belakang terbuka dan dua orang pria masuk kedalam dapur menenteng dua senapan jarak jauh di pundak bidang mereka.

"Tontonan bagus, Gabe. Andai kau lihat wajahnya," kekeh sebastian menepuk pundak Jack.

"Bagus. Kalian sudah merencanakannya." Gerutu Jack saat telepon di dapur berbunyi dan Sebastian mengangkatnya lalu menyodorkan pada Gabby.

"Telepon untukmu, Bos."

Gabby berjalan bertelanjang kaki kedapur dan mencomot kentang goreng dari dalam piring sebelum menerima telepon, "Gabby."

"Tillman menemui Rusty kemarin." Kata Clarysta tanpa basa basi dan membuat lutut Gabby lemas.

Ya Tuhan. "Benyamin?"

"Hanya ada satu Tillman di dunia ini yang mengenal Rusty kan, Gabby?" Sergah Clarysta tidak sabaran, dan membuat telepon itu terlepas dari tangannya saat Gabby berlari menuju ranselnya dengan panik dan meneriaki Jack.

"Bawa aku kembali, Jack. Sekarang."

Ya Tuhan, jangan Rusty. Jangan adik kecilku.

Benyamin TillmanWhere stories live. Discover now