Werewolf's Secret Library

8. Goats Who Eat The Wolves

Putri Rasi Lima—Cassiopeia, berdiri di atas atap dan membelakangi cahaya bulan yang bersinar cerah. Posisinya saat ini membuat lekuk tubuh Cassiopeia yang cantik terlihat jelas. Kelima ekornya menggeliat dan memamerkan taring tajam yang mereka punya. Ekor macam apa itu? Gevanni membatin bingung.

Gevanni baru saja terpental akibat serangan salah satu ekor Cassiopeia. Saking kuatnya, dinding yang ditabrak oleh punggung Gevanni sampai hancur saat ini. Laki-laki Werewolf itu dalam posisi duduk, penuh keterkejutan karena dirinya tidak begitu sadar saat menerima serangan.

Gevanni memaksakan dirinya untuk bangun. Lututnya gemetar karena menemukan sesuatu yang bahkan lebih buas dari Werewolf saat Festival Bulan Darah. Meski begitu, Gevanni harus menghadapi ini. Terlebih ketika dirinya memastikan bahwa bau wanita itu sama persis dengan bau yang tertinggal di kodeks.

"Fin dan Kara, di mana mereka?" tanya Gevanni berbisik. Pandangannya tidak dibiarkan lepas meski hanya satu kedipan. Gevanni khawatir kalau serangan ekor akan menghantamnya sekali lagi, karena itu dia tetap waspada.

"Aku sudah mengabari mereka. Tapi, Fin dan Kara sedang menghadapi beberapa pengawal di kediaman Cassiopeia. Pengawal itu sangat kuat dan jumlahnya terlalu banyak untuk dihadapi dua orang. Meski Fin dan Kara bisa mengatasinya, mereka merasa kalau ini akan memakan waktu," jawab Rosaria dengan mendekatkan bibirnya ke telinga Gevanni.

Ini situasi yang gawat. Gevanni merasa kalau dirinya tidak akan kuat menghadapi Cassiopeia sendirian sampai dia merasa ingin lari, tetapi menemukannya adalah tujuan dari misi ini. Selain itu, tidak mungkin Gevanni menutup mata atas tindakan Cassiopeia yang selalu memakan gadis Satyr.

Cassiopeia mengambil ancang-ancang untuk menyerang. Dia sedikit jongkok, posisi awal sebelum akhirnya melompat tinggi. Gevanni sadar kalau kemungkinan menghindar dari serangan ekornya sangat kecil. Karena itu, dia membuat tubuhnya dalam mode kertas secara keseluruhan.

Cassiopeia melompat, hendak menyerang Gevanni dengan lima ekornya secara bersamaan. Gevanni meladeni itu, dia mendekati musuhnya dengan gerakan super nekat. Ketika satu ekor menerjang tangan kanannya, tangan kanan Gevanni berubah menjadi puluhan kertas. Tidak ada luka atau cedera ketika tubuhnya berada dalam mode kertas.

Kertas-kertas dari pecahan tubuhnya itu Gevanni kendalikan untuk menyerang balik. Dia memanipulasi kertas miliknya agar sama tajam dengan pisau. Hal yang mengejutkan lagi-lagi terlihat. Ketika puluhan kertasnya menyentuh ekor bertaring, terdengar efek suara seperti besi yang menggesek batu.

Tekstur kelima ekor itu sekeras batu. Benda tajam seperti pisau atau pedang tidak akan bisa melukainya dengan mudah. Gevanni tidak menyerah, dia terus memanipulasi kertas-kertas yang ada. Diarahkannya kertas-kertas itu ke wajah Cassiopeia, tetapi salah satu ekornya dengan gesit melindungi.

Pola pertahanan itu terus Gevanni pertahankan. Dia membuat tubuhnya terpecah menjadi puluhan lembar kertas ketika menerima serangan langsung. Sejujurnya, itu merepotkan bagi Cassiopeia karena tidak bisa melumpuhkan Gevanni dalam satu serangan. Seperti, mustahil melumpuhkan Gevanni saat dia berada dalam mode kertas.

Tapi, serangan ekor sebenarnya hanya peralihan. Pertarungan yang sebenarnya adalah bela diri secara langsung. Ketika jaraknya sudah dekat, Cassiopeia melakukan serangan langsung dengan kakinya. Serangan kaki itu mungkin saja akan menghancurkan perut Gevanni jika dirinya tidak sedang dalam mode kertas.

“Sialan!” pekik Cassiopeia kesal.

Sekali lagi, puluhan kertas yang terpecah dari tubuhnya, Gevanni kendalikan untuk menyerang balik. Tapi, tidak ada satu pun kertas yang bisa melukai Cassiopeia meski hanya goresan.

"Bakat kertas milikmu ternyata lumayan merepotkan, nih," puji Cassiopeia untuk Gevanni yang napasnya sedang tersengal-sengal. Mode kertas cukup menguras tenaganya, Gevanni tidak bisa menggunakan mode itu lagi dalam waktu dekat.