17. Hujan

17 4 9
                                    

Siapa yang berani nyuruh lo begitu? Lo diancam? Siapa orangnya?
—D. Mahendra

—∞—∞—∞—
17. Hujan
—∞—∞—∞—

Beberapa hari ini, surat anonim itu tidak lagi datang. Seharusnya Sashi tenang karena telah menjalani permintaan si penulis dengan baik, tetapi makin ke sini, dia makin merasa tidak nyaman. Sampai kapan dia harus menghindari Kanu dan teman lelakinya yang lain? Sashi tidak bisa menahannya terlalu lama.

Ketidaknyamanan itu kian memuncak saat Sashi menerima SMS dari nomor tak dikenal sesaat setelah siaran Ligaradio berakhir.

| “Jauhin semua cowok yang dekat sama lo”
| Gue bilang semua, termasuk Neo
| Gue udah diemin dari kemarin-kemarin, tapi kayaknya lo makin jadi

Berkat SMS itu, Sashi buru-buru meninggalkan ruangan Ligaradio tanpa berpamitan terlebih dahulu. Dia merasa lebih penting untuk membalas pesan itu secepat mungkin.

Setiba di belakang ruangan Ligaradio yang sepi, Sashi menelepon Sean. Pertama-tama, dia harus punya pulsa yang cukup untuk membalas SMS itu. Sean memiliki rekening bank yang terhubung dengan mbanking, jadi sangat bisa diandalkan untuk jadi agen pulsa.

Pada detik kelima sejak Sashi menghubungi Sean, panggilannya terjawab. Sashi buru-buru berujar, “Mas, tolong isiin aku pulsa 50.000. Nanti uangnya aku ganti di rumah.”

“Ini bukan prank ‘mama minta pulsa’ versi ‘adek minta pulsa’, kan?” Sean justru sempat-sempatnya bercanda.

“Ih, Mas, aku seriusan! Lagian mana ada prank-nya lewat telepon gini.”

Terdengar suara tawa Sean dari seberang sana. Wait, yak.”

Sashi menunggu dengan sabar selama sekitar dua menit sampai pulsanya masuk. Setelah mengucapkan terima kasih pada Sean, dia buru-buru memutuskan sambungan telepon dan beralih ke ruang SMS bersama si penulis anonim.

Lo siapa? |
Kenapa gue juga harus jauhin Neo? Dia partner siaran dan MC gue |

Butuh waktu setidaknya satu menit sampai SMS itu kembali berbalas.

| Gue nggak peduli
| Bila perlu lo mundur dari Ligaradio

Gue mau ketemu lo |

| Kita nggak perlu ketemu
| Lo cukup ikuti kata gue

Gue nggak mau jadi babu lo |

| Oh, jadi lo lebih mau nama baik lo tercoreng?
| Mau gue spill ke anak satu sekolah?

Sashi menjengit kesal, tetapi dia tidak kehabisan akal begitu saja. Jemarinya lantas nekat menekan tombol telepon ke nomor itu. Bicara lewat telepon mungkin bisa membuat Sashi punya clue soal orang di balik semua ini.

Namun, naas, teleponnya sengaja ditolak oleh orang itu.

Sashi akhirnya mengetikkan SMS lainnya.

Kasih gue waktu sampai dies natalis sekolah |
Setelah itu, gue bakal menjauh dari Neo |

“You okay?”

Sebuah suara bariton yang familier mengejutkan Sashi. Cewek itu buru-buru memasang sikap tenang sambil tersenyum kikuk pada Fabio yang lagi-lagi memergokinya.

Menuju Tak HinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang