32

115 10 0
                                    

Deras dan Hempas tetanggaan. Rumah mereka hanya terhalang satu tembok yang tebalnya hanya beberapa centimeter.

Saat itu, mereka sedang memperbaiki dapur rumah Deras yang sedang akan perbaruan. Sedangkan seluruh keluarga mereka tidur siang.

Tanpa sengaja, Hempas menyenggol gas LPG sampai jatuh ke tanah yang di bawahnya terdapat sebuah rokok yang masih menyala. Membuat gas meledak seketika. Hempas dan Deras terlempar membentur tembok. Tembok lainnya ada yang hancur karena ledakan dahsyat itu. Api mulai menjalari seluruh rumah, merambat melalui bahan-bahan kain. Hempas memaksakan dirinya untuk keluar melalui tembok yang hancur, Deras pun juga. Setelah berhasil menerobos api dengan kekuatannya yang melemah, mereka pingsan.

Abah dan Ema, orang tua Deras, lalu dua adiknya yang tertidur di kamar, masih tertidur. Mereka belum menyadari adanya api yang mulai merobek pintu kamar. Asap mengepul memenuhi sela-sela kamar sebelum akhirnya memenuhi kamar dan membuat manusia yang ada di dalamnya pengap. Mereka tersadar!

"Bah, Ma! Bangun! Rumah kita kebakaran!!" teriak anak kedua yang menggedor-gedor pintu kamar orang tuanya dengan keras.

Sedangkan si bungsu hanya bisa menangis di belakang kakaknya.

Abah bangun seraya terkejut lemarinya sudah dibakar habis oleh api. Ema yang panik, terkejut dan pingsan melihat api menggerogoti barang-barang berharga hasil kerja kerasnya.

Dengan satu jurus, Abah menggendong Ema di pangkuannya, menerobos pintu yang berapi, menenteng dua anaknya dengan satu tangan kiri, karena tangan kanannya menggendong Ema, menuju luar rumah. Kulit Abah terbakar, Ema pun juga namun tak seberapa.

Setelah berhasil menyelamatkan keluarganya, Abah lari lagi ke dalam rumah Hempas untuk menyelamatkan Amahnya Hempas yang sedang sakit. Terdengar suara teriakan anak kecil dari suatu kamar, Abah dengan tubuh lemasnya memaksakan diri. Berlari melawan api. Mengeluarkan empat adik Hempas yang masih kecil-kecil. Setelahnya, Abah mengeluarkan Amah (sebuah panggilan ibu). Dua keluarga itu pun tidak sadarkan diri.

Warga mulai berdatangan, diiringi sirine mobil pemadam kebakaran dari kejauhan. Mereka semua dilarikan ke rumah sakit umum oleh warga setempat.

Setelah semua telah tiba di ruangannya masing-masing, hanya Abah yang sadar. Pikirannya langsung mengarah pada pembayaran semuanya.

Seorang suster dipanggil oleh Abah. Ia mengatakan, "Berapa saya harus membayar biaya pengobatan semua orang?" tanyanya.

"Setiap korban kebakaran atau kecelakaan selalu ditanggung oleh seseorang bernama Ibu Maria, Pak. Jadi, Bapak harap tenang. Semuanya akan baik-baik saja," jawab suster itu.

"Siapa orang itu? Di mana dia? Apakah saya bisa bertemu dengannya?"

"Bisa, Pak. Kebetulan beliau lagi ada di sini. Sebentar, biar saya panggilkan," balas suster mengiyakan.

Suster itu datang menemui Maria yang sedang mengobrol dengan seorang pria, pria itu adalah ayah kandung Hempas yang baru selesai bekerja sebagai kuli bangunan. Menceritakan kesulitan yang dialami keluarganya dan keluarga Abah.

"Mulai besok, isi rumah saya yang kosong di pinggir rumah yang saya isi. Dua keluarga seperti kalian berhak mendapatkan balasan," ucap Maria kepada ayah Hempas, kita sebut saja, Piyon.

Piyon begitu terkejut saat mendengar ucapan Maria yang menawarkan mereka rumah secara cuma-cuma. Karena pada jamannya, tidak ada manusia sebaik itu. Maria bukan manusia biasa, dia adalah malaikat!

"Ibu, maaf mengganggu obrolannya. Ada pasien, saudara bapak Piyon, mau berbicara sama Ibu. Apa ada waktu luang?" ucap suster sangat sopan.

"Tentu," jawab Maria. Menatap Piyon, seraya mengajaknya masuk ke dalam ruangan Abah.

Di dalam sana, Abah menatap asing wanita yang masuk ke ruangannya. Namun, Abah begitu kagum pada wanita itu karena meskipun wanita itu tidak mengenalinya, Maria masih mau membantu keluarganya yang apa daya.

Abah langsung meraih lengan Maria untuk menciumnya. Seraya mengucapkan kata "terima kasih". Tapi, Maria menarik cepat lenganya.

"Sama-sama, Pak. Tidak usah merasa tidak enak seperti itu, Pak. Saya hanya membantu, seperti apa yang sepatutnya manusia lakukan," balas Maria duduk di bangku samping kasur Abah.

Percakapan antara Piyon, Abah, dan Maria pun berlanjut. Sampai mereka semua sembuh dan disuguhkan rumah baru bagi dua keluarga itu. Sejak saat itu, Abah dan Piyon tak luput membantu Maria, apa pun itu. Begitu juga dengan Deras dan Hempas yang disekolahkan oleh Maria di SMA Padma bersama dengan anaknya, Ard. Deras dan Hempas berteman baik dengan Ard sejak awal mereka masuk SMA.

Pesan Abah dan Piyon pada anak pertamanya adalah: "Bantu Ard selama kalian mampu, apa pun masalahnya. Jaga Ard sekuat yang kalian bisa, sesulit apa pun penghancurnya. Selama kalian menjaga Ard, kami juga akan menjaga Bapak Garma dan Ibu Maria. Mereka memang tidak pernah menganggap kita budak atau bawahan atau pembantu mereka, tapi kita harus sadar diri, bahwa kita tidak akan hidup seperti sekarang kalau tanpa bantuan dari beliau. Berani mengiyakan?"

"Ya, kami siap!" jawab Deras dan Hempas serentak.

•••

"Berarti kalian juga tahu kalau ibu saya dibawa?" tanya Ard setelah mendengar alasan mereka menjaganya.

"Tidak. Ibumu bilang, dia akan ditugaskan di New York dan menetap sementara di sana. Tapi, sudah bertahun-tahun ibumu tidak ada kabar, meski sudah beribu-ribu kali berusaha mencari kontak penghubung antara keluarga kami dan ibumu. Kami mengira mereka melupakan kami dan menetap selamanya di sana. Kamu mengambil alih rumah ibumu agar tetap terawat, dan kami menjalani hari-hari seperti biasanya. Tapi, jika ibumu telah disandera oleh si bangsat Def, kita rela mati, Ard!" tegas Deras.

"Ya, itu benar, Ard!" Hempas memantapkan.

"Kalau kalian nekat mau membantu saya, kalau begitu tawaran kalian saya terima. Asal dengan satu syarat. Kalian harus pulang dengan selamat. Tinggalkan saya kalau sekiranya keadaan sudah benar-benar gawat, paham?" ucap Ard mengetuk kepala dua temannya itu, seperti yang selalu dia lakukan dulu.

"Tapi—"

"Tanpa tapi!" potong Ard menatap Hempas tajam.

Ketika seorang Ard sudah menandaskan sesuatu, maka mau tidak mau; setuju tidak setuju, siapa pun orang yang membantahnya akan ia binasakan. Meski itu temannya sendiri. Karena Ard selalu mengutamakan keselamatan para teman-temannya ketimbang dirinya sendiri.

Bahkan dahulu Ard pernah bertarung melawan puluhan orang seorang diri hanya untuk melindungi teman-temannya dari geng motor berbahaya di daerahnya kala itu. Ia dibuat babak belur. Ketika sudah tak sadarkan diri, teman-temannya datang. Namun, akhir dari teman-temannya adalah kalah oleh geng tersebut. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Dan yang dikatakan Hara itu benar, insting seorang Ard selalu benar, tak pernah meleset, sedikit pun. Sejak saat itu, Ard berlatih keras dan membalaskan dendam teman-temannya kepada kelompok geng itu sampai terbalaskan.

Ard, Deras dan Hempas berdiri dari kursi diskusi. Keluar pintu rumah, mengeluarkan mobil dari garasinya, masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, lantas berangkat. Menuju sebuah penjara kehidupan yang mengurung orang tua dan anak dari sosok Ard. Tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah rumah seorang Syellna Def Merra!

SCRIBBLESWhere stories live. Discover now