Chapter I: Kuasa Bijaksana

22 0 0
                                    

"Den, yang bener aja!" ucap Dara kepada ketiga temannya yang usil saling melemparkan bola voli miliknya di depan gerbang SMA BINA BERDIKARI ini. Dara yang tubuhnya mungil tak mampu menandingi tiga raksasa bertubuh tinggi itu.

Hap. Seseorang yang juga bertubuh tinggi muncul dari belakang dan menyelamatkan bola voli itu. Dia adalah Aksa, pacar Dara. "Awas lo, Den!" ucapnya sambil bercanda memukuli ketiga temannya itu.

"Makasih ya" ucap Dara. Mereka berdua lekas menuju kelas mereka, IPS 4, mengingat kelas akan segera dimulai.

"Yoi," jawab Aksa dengan alis terangkatnya.

Kuasa Bijaksana. Begitulah tingkahnya. Merasa paling jantan saat berhasil melindungi kekasihnya. Bahkan dalam bahaya terkecil sekalipun.

***

"Nanti sore keluar yuk, ada kafe baru yang seru," ucap Aksa saat mereka sudah di kelas. Belum ada tanda kehadiran guru.

"Hm kayanya aku ga bis-" ucap Dara padanya. Namun Aksa fokusnya telah teralih pada bola basket yang di lempar Anton. Aksa sudah di lapangan sekarang.

"...serius. Dulu aja gue kesana dan pemandangannya... Gila. Keren banget," ucap salah satu siswi, Lia, memasuki kelas bersama dengan beberapa anak lain.

"Apasih yang keren banget? Heboh deh," ucap Dara. Lia merupakan teman sebangkunya.

"Serius, Ra. Lo harus liat. Nih," ucap Lia sambil menunjukkan sesuatu di hpnya. Foto-foto sebuah pantai tropis, dengan pasir putih dan laut biru tosca. "Ini di Pulau Seribu loh. Deket banget".

"Pulau Seribu? Terus kenapa?"

"Kita mau ke..."

"Selamat pagi anak anak," belum selesai Lia menyelesaikan kalimatnya, Guru olahraga mereka sudah sampai di kelas.

***

"Ya. Terakhir, Zakiah Insani," ucap guru olahraga, mereka sedang di lapangan melakukan latihan praktek bola voli.

"Ya, selesai sudah pelajaran kita kali ini. Sekarang kalian bebas menghabiskan waktu olahraga Bapak. Bapak tinggal dulu, ada urusan di kantor".

Serentak murid murid berlarian riuh. Ada yang melanjutkan bermain bola voli dan ada yang kembali ke kelas. Namun Dara? Dia lebih memilih menonton permainan voli dengan teman temannya.

"Lia, lanjutin yang tadi. Pulau seribu? Lo mau kesana?"

"Iya. Jadi tuh tadi, gue sama Reza lagi jalan ke kelas kita lagi ngomongin pantai gitu. Terus Aya nyeletuk, gimana kalo kita liburan bareng. Kan kita belum pernah".

"Iya, Ra. Terus kita mikirin liburan yang paling deket kemana. Eh, Lia kemarin abis dari Pulau Seribu. Dan bagus banget katanya pantainya. Jadi lah kita berencana ke sana," ucap Reza. "Lo gimana? Kalo kita liburan, lo mau ikut kan?"

"Bentar dulu. Lo semua mau kesana?" ucap Dara. Ketiga temannya mengangguk. "Kapan?"

"Liburan nanti. Lo harus ikut, Ra," ucap Mala.

"Ikut," ucap Dara.

***

Kring...

Bel pulang berbunyi. Aksa menghampiri Dara yang sedang merapikan buku dan memasukkannya ke dalam tas. Menunggu kekasihnya.

Aksa merapikan rambut kekasihnya dan menatap matanya. Aksa amat menyayangi Dara. Tidak akan ada yang dapat menyakiti Dara sedikitpun saat Dara sedang dalam lindungannya. Aksa akan rela mempertaruhkan apapun untuk Dara.

Dara seharusnya tahu apa yang benar-benar ia miliki. Dan menjaganya.

Dara dan Aksa sudah bersama sejak masih SD. Putus-nyambung adalah hal biasa. Namun Aksa sudah sangat mengerti apa yang dibutuhkan Dara. Dara tak mampu menjauh dari Aksa. Dara tak mampu untuk menggantikan Aksa dengan siapapun. Meskipun terkadang ia berfikir demikian.

Ada beberapa hal yang membuat Dara lelah menjadi kekasih yang memberikan perhatian penuh pada Aksa yang notabenenya sangat cuek dengan kebanyakan hal.

"Kita mau makan di luar, kan?" tanya Aksa.

"Iya. Tapi aku mau ke rumah Lia dulu".

Aksa mengantar Dara ke rumah Lia. Setelah itu Dara meminta Aksa untuk pulang. Rumah Lia tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya terpisah dua blok. Dan ia tidak begitu malas untuk pulang berjalan kaki.

***

NIRWANA MUDA AIKAWhere stories live. Discover now