Chapter VI: Belia Lestari

3 0 0
                                    

"Aku lagi di rumah Reza. Ada apa?" ucap Lia dengan seseorang dari balik teleponnya.

"Rumah Reza?! Berapa kali aku bilang jangan pernah berteman sama dia lagi! Kenapa susah banget..."

"Aku cuma mau ngerjain projek kelompok," ucap Lia. "Udah deh, Ka. Jangan drama ah"

"Aku jemput kamu sekarang!" ucap Dika.

"Ya ga bisa... Halo?! Halo, Ka?" ucap Lia. Panggilannya terputus.

Dika, pacar Lia. Ia sudah sangat mengambil alih kehidupan pribadi Lia. Lia sudah lama ingin mengakhiri hubungannya dengan Dika, karena ia berfikir semua hal posesif yang dilakukan Dika sudah diluar batas normal. Namun Dika selalu muncul dan mengancamnya. Ia tidak bisa menolak selain membiarkan Dika melakukan apapun yang ia fikir benar.

"Dika lagi?" tanya Dara.

"Iya. Capek gue,"

"Kenapa lagi sih?"

"Dia mau kesini".

"Yaudah sih, A, biarin aja dia ke sini. Ga usah heboh deh," ucap Reza sambil mengerjakan tugasnya.

"Za, mending lo urusin muka biru lo tuh," ucap Lia. "Kalo dia ke sini, luka lo bakal nambah, mau lo?"

Reza hanya manyun. Ia selalu saja jadi korban kegilaan pacar-pacar sahabatnya.

***

"LIA!" seseorang mengetuk pintu rumah Reza. Lia dengan cepat menghampirinya. "Hai".

"Hai, aku lagi ngerjain tugas kelompok. Kamu mau masuk?" ucap Lia.

Dika mengintip dari balik pintu. Melihat Reza melambaikan tangan dan yang lainnya tengah sibuk mengerjakan tugasnya.

"Hm, gak usah deh," ucap Dika. "Aku cuma mau bawain ini," ucapnya menyerahkan sekantong penuh snack dan minuman dingin. "Aku langsung balik aja. Kamu inget ya, jangan nakal".

"Iyaa. Lagian mana pernah si aku nakal"

"Kalo udah selesai langsung kabari aku. Aku jemput"

"Iyaa".

Dika menaiki motornya dan pergi. Lia kembali masuk ke dalam rumah.

"Tuhkan gue bilang apa. Biarin aja dia ke sini. Cowok kalo dilarang malah makin ga percaya," ucap Reza.

"Dia kan emang gitu. Kalo jauh kambuh posesifnya. Tapi kalo udah ketemu, yaudah semuanya berjalan normal aja," ucap Lia.

"Hm sama banget kayak Aksa"

Semuanya hening seketika. Pasti Dara lupa kalau hubungannya telah berakhir.

"Hm maksud gue..., ehem," ucap Dara canggung menelan liurnya.

Hal ini sering terjadi padanya. Ia tidak pernah menggantikan siapapun ketika hubungannya tengah berakhir dengan Aksa karena sudah terpatri di otaknya bahwa jika mereka tengah bertengkar akan berakhir baikan dan melanjutkan hubungan mereka kembali seperti normal.

"Sorry ya, Ra" ucap Reza.

"Gak gak," ucap Dara. "Sampai mana tadi tugasnya? Ayo kita lanjutin lagi".

***

Dika menjemput Lia di rumah Reza. Mereka berencana makan malam di luar sebelum pulang ke rumah masing-masing.

"Ka, kamu gak serius kan soal Reza di telepon tadi siang," ucap Lia.

"Kenapa bahas dia?"

"Gak. Aku cuman mau kamu tahu kalo Reza itu sahabat aku. Dan aku gak mau kehilangan dia," ucapnya. "Tapi kamu santai aja, dia cuma sahabat aku. Selamanya. Dan gak akan pernah lebih".

"Hm," jawab Dika malas. Dia tidak suka dan tak akan pernah suka dengan konsep sahabat antara cowok-cewek yang dijalani oleh pacarnya itu. Jika Reza menghabiskan waktu lebih lama dengannya bukan tidak mungkin akan tumbuh rasa kagum dari diri Lia. Dan rasa kagum itulah yang bahaya bagi hubungannya dengan Lia. Atau setidaknya itulah yang dikhawatirkan Reza.

NIRWANA MUDA AIKAWhere stories live. Discover now