22: "Kenapa?"

81 8 7
                                    

Hal biasa jika gosip bertebaran di mana-mana. Kedatangan Joan dan Nadhif menimbulkan pro dan kontra lagi bagi semua siswa SMA Tunas Bangsa. Untungnya masih ada hal positif yang terdengar.

"Wih, raja dan ratu sekolah udah balik lagi."

"Beruntung banget, ya, Joan."

"Iri banget gue."

Di samping itu, tetap saja banyak yang tidak suka dengan apa yang tengah dijalani oleh Joan. Padahal, itu bukanlah hal yang dia inginkan, tapi bagaimanapun mereka tidak akan mengerti dan akan menghabiskan waktu jika meladeni mereka semua.

"Pakai pelet apa, dah, semuanya diembat."

"Gegayaan anak ayah, anak ayah, tapi kerjanya ngejar cowok. Gak dapat sama Bagas, kembarannya pun diambil."

"Nanti, satu circle yang diembat. Sama si Alby pun, kan, udah mulai dideketin. Besoknya sama si Angga, terus Arion, haha."

"Biar ada yang anterin setiap hari, kali, ya."

"Kasihan sama Bagas, padahal dia sayang sama Joan, malah Joannya selingkuh sama kembaran dia."

Baik Jian atau Hana, mereka berdua ingin memberikan jus cabe kepada orang-orang yang membicarakan tentang Joan.

"Tapi, cabe mahal," timpal Hana.

"Cabe busuk aja. Itu yang ada ulatnya di dalam, mantep, tuh, mereka dikasih itu." Jian ikut menimpali dan Joan hanya bisa tertawa.

"Udahlah, ngapain pula ladenin mereka semua."

"Tapi lagi, nih, Jo. Gue serius nanya sama lo, lo suka Nadhif? Kata Angga, kalian tadi berangkat bareng juga, kan?" tanya Hana.

"Dibilang suka, gue gak tau juga sama perasaan gue sendiri. Dia juga ajak trial. Bingung gue harus gimana." Joan menyandarkan punggungnnya ke kursi.

"Tapi?" tanya Jian.

"Tapi apa, sih?"

"Ya, pasti ada tapinya."

"Tapi, dia emang baik sama gue. Apalagi waktu acara kemarin, sampai rela lepas bajunya begitu," jawab Joan. "Apa gue terima aja, ya?" tanya Joan kepada kedua temannya.

"Ntar malah dapat hujatan tambahan gue," jawabnya sendiri atas pertanyaan yang ia lontarkan. Hana dan Jian ikut bingung, mereka juga dilema dengan permasalahan yang sedang dialami oleh temannya. "Kadang, gue masih nyebut nama Bagas waktu sama Nadhif," sambung Joan lagi.

"Berarti lo belum lupain Bagas?" tanya Hana, tapi dia langsung ditatap oleh Jian dan Joan secara serentak. "Lah, gue salah ngomong?" tanyanya.

"Ya lo mikir aja, dah, apa alasan gue lupain Bagas? Bedosa gue lupain orang baik kayak dia," jawab Joan.

Serentak mereka mengembuskan napas dengan posisi yang sama bersender pada kursi. Masa SMA memang masa dilemanya akan sebuah perasaan, apalagi jika berada pada posisi Joan sekarang.

Merasa akhir-akhir ini dekat dengan Arion, Joan pun pergi keluar dengan alasan ingin ke kamar mandi pada kedua temannya, tapi dia malah melangkah menuju kelas Arion. Selagi jam istirahat belum habis, Joan bisa mengganggu waktu laki-laki itu.

"Uang masuk apa uang keluar?" tanya Arion saat Joan mengajaknya ke rooftop sekolah.

"Ck, kagak ada uang-uangan. Gue kasih bulu ketek lo," jawab Joan kesal. "Cepetan, deh, Yon!" ajak Joan.

"Jiakh, ketahuan ketek lo gak mulus, kan, ya," tunjuk Arion ditambah lagi ia mengatakan dengan jelas. "Woi! Bulu ketek Joan rame!" teriaknya sambil bangkit dari tempat duduk dan berjalan ke arah Joan.

HIRAETH (END) Where stories live. Discover now