11. Menagih Janji

61.3K 5.2K 277
                                    

Absen dulu ya, siapa yang nunggu cerita ini up?

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Komen yang banyak ya! Terima kasih.
_______________________________________

Setelah selesai sarapan pagi dan mandi, kini Naya mendudukkan dirinya di sofa ruang TV. Ia segera menyalakan TV lantas menonton siaran TV sambil bersantai ria.

Sebenarnya menikah dengan Ali sangatlah menyenangkan, selain ia tidak pernah kena marah lagi oleh Dimas, ia diperlakukan layaknya ratu di rumah ini.

Ali benar-benar sabar menghadapi Naya. Meskipun demikian, Naya tetap membenci lelaki itu karena telah berani menikahi dirinya.

Beberapa menit kemudian, suara ketukan pintu terdengar, membuat Naya yang tadinya tengah serius menonton acar TV menjadi berdecak kecil dan menolehkan pandangan ke sumber suara.

"Siapa si? Ganggu aja pagi-pagi!" geram Naya. Ia biarkan saja orang di luar sana mengetuk pintu rumahnya sampai lelah, toh lagian tamu tidak akan tahu jika di rumah yang tamu itu datangi ada orangnya atau tidak.

Suara deringan ponsel membuat Naya segera mengambil ponselnya yang sejak tadi tergeletak di sampingnya. Tatkala nama Melisa tertera di layar ponsel, tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, ia pun cepat-cepat menekan tombol hijau tanda menerima panggilan tersebut.

"Kenapa?!" tanya Naya to the point, ia sangat tidak suka berbasa-basi.

"Kalem, ey!" Suara Melisa di seberang sana juga tak kalah keras dari suara Naya barusan.

Naya terkekeh kecil. "Hehehe, sorry. Btw kenapa lo telpon gue? Pasti ada maunya nih."

"Tau aja lo."

"Iyalah, biasanya kan gitu," ucap Naya.

"Kalau sekarang lo masih ada di kamar lebih tepatnya masih di atas kasur, sebaiknya lo cepetan turun deh terus bukain pintu buat gue. Dari tadi gue ketok-ketok pintu rumah lo tapi nggak ada yang bukain."

Sontak kedua mata Naya membulat sempurna begitu mendengar penuturan Melisa beberapa detik lalu. Dengan segera ia bangkit dari duduknya dan berlari menuju pintu utama lantaran ingin membukakan pintu untuk Melisa.

"Maaf, Mel. Gue nggak tau kalau yang dari tadi ketok rumah itu lo," ujar Naya, ia menampilkan wajah bersalahnya.

"Kebo si, jadi ada tamu pun nggak tau." Melisa langsung masuk ke dalam rumah Naya padahal Naya belum mengizinkannya masuk.

Naya tak terkejut melihat Melisa nyelonong masuk. Jika ia bertamu di rumah Melisa, ia juga melakukan hal yang sana seperti yang dilakukan oleh Melisa. Anggap saja rumah sendiri.

"Gue udah bangun cuma gue males aja bukain pintu buat tamu. Seandainya bukan lo tamunya, udah gue biarin tuh tamu tunggu di luar." Setelah menutup pintu, Naya melangkahkan kakinya menuju ruang TV kembali yang diikuti oleh Melisa di belakang.

"Sepi banget nih rumah," ucap Melisa seraya melihat-lihat rumah baru Naya. Semalam ia memang sudah menginjakkan kaki ke sini, akan tetapi ia tak sempat melihat-lihat karena hari sudah larut malam.

"Mau rame? Ke pasar sana!" Naya tak mempedulikan Melisa yang masih senantiasa melihat-lihat rumahnya.

"Ck! Lo mah kebiasaan, sensi mulu sama gue." Jeda sepuluh detik, di detik selanjutnya ia kembali berkata, "Di mana foto pernikahan lo, Nay? Gue nggak ngeliat foto pernikahan lo sama laki-laki itu terpajang di rumah ini.

Mendengar kata-kata Melisa barusan, Naya langsung membeku di tempat dengan kedua mata yang terbelalak sempurna, juga mulut yang menganga lebar. Apa kata Melisa tadi? Foto pernikahan? Melisa menanyakan foto pernikahan padanya? Apakah Melisa sudah tahu jika dirinya sudah menikah?

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now