19. Wanita Asing

57.9K 5.3K 1K
                                    

Yuhuuu, siapa nih yang nungguin Dear Mas Ali up? Ayo angkat kaki💅🏻

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote dan komen. Komen yang banyak ya, kalau bisa di setiap paragraf, terima kasih.

Oh ya jangan lupa rekomendasiin cerita ini ke teman-teman kalian yang suka baca Wattpad❤️
_______________________________________

Naya tersentak saat Ali berteriak seperti itu, tawanya langsung teredam seketika, suasana di arena balap motor tersebut kembali sunyi. Meski banyak orang, tetapi ketegangannya benar-benar terasa sehingga membuat semua orang yang berada di sana senantiasa menutup mulut mereka.

"Jaga ucapanmu!" ucap Ali seraya menatap tajam Naya. Tangannya terulur untuk mencekal pergelangan tangan sang istri kemudian berkata, "Ayo pulang sekarang!"

Sungguh, Naya merasa terkekang menjadi istri Ali. Ia tidak bisa ke mana-mana, menyenangkan diri sendiri pun tidak bisa. Padahal dengan balapan motor-lah kesenangannya bisa datang, padahal hanya bersama teman-temannya-lah kesenangan Naya muncul tanpa dipaksa. Akan tetapi dengan mudahnya Ali merusak kesenangan tersebut.

"Lepasin tangan gue!!!" Naya mengentakkan tangannya sehingga membuat cekalan Ali terlepas.

"Denger ya, Ali. Walaupun lo suami gue, tapi gue nggak pernah nganggep lo ada di hidup gue! Asal lo tau, lo itu cuma perusak kebahagiaan gue aja nggak lebih! Lo ...." Ia menunjuk ke arah Ali menggunakan jari telunjuknya. "Diibaratkan kotoran yang ngebuat semua temen gue ngejauhin gue, sialan!"

Tanpa disangka Naya meludah di depan Ali seolah jijik melihat lelaki tampan itu. Ini mengingatkan Ali pada kali pertama ia bisa berbicara empat mata dengan Naya yang sudah menyandang status sebagai istrinya, perlakuan Naya di malam pertama pernikahan tersebut sangatlah buruk.

"Gue muak ngeliat lo, Ali! Gue benci sama lo karena lo udah ngerenggut kebahagiaan gue!!!"

Ali menundukkan kepala dengan napas naik turun--memburu tak beraturan begitu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Naya beberapa detik lalu, kedua tangannya mengepal kuat hingga kuku-kuku jarinya memutih, wajahnya merah padam lantaran menahan amarah yang kini menguasai dirinya.

Beberapa saat kemudian, Ali mengangkat pandangan, kini tatapan Ali dan Naya bertemu dalam waktu yang cukup lama. Mendekat dan semakin mendekat, itulah yang dilakukan Ali sekarang. Ia tidak akan membiarkan Naya berjalan mundur ketika ia tengah mendekati perempuan itu, jadi dengan gerakan yang terkesan cepat, ia menarik pinggang Naya sehingga tubuh mereka berdua menempel alias saling bersentuhan.

"Setelah menjelek-jelekkan suamimu di depan banyak orang, setelah merendahkan harga diri suamimu sendiri, setelah bertutur kata tidak pantas dan bersikap tidak sopan pada suamimu ini apakah kamu ingin mencoba untuk kabur, Naya?"

Kata-katanya terdengar menusuk di indra pendengaran Naya, nada suaranya seperti melodi yang lembut namun mematikan. Tatapan elangnya tak bisa membuat Naya berkutik sedikit pun dari posisinya sekarang.

Ali tersenyum sekilas kemudian mendekatkan mulutnya tepat di telinga kanan Naya. Naya benar-benar merasakan terpaan napas hangat sang suami menyentuh tengkuknya. Entah apa yang akan dilakukan oleh Ali, yang jelas Naya hanya bisa pasrah.

"Aku tidak akan melepaskanmu semudah itu, Zaujati," bisik Ali. "Sekarang kamu pilih, ingin pulang bersamaku saat ini juga atau menerima hukuman dariku?"

Susah payah Naya menelan salivanya, keringat dingin pun ikut menyertai. Ali memang lelaki yang sangat menyebalkan, tidak salah jika Naya memang membenci Ali sejak Ali sah menjadi suaminya.

Pilihan yang cukup berat, Naya berada di ambang dilema. Akan tetapi jika dipikir-pikir lagi, daripada harus menerima hukuman dari Ali lebih baik ia ikut pulang bersamanya, kan? Setidaknya ia tidak akan menebak-nebak hukuman apa yang telah direncanakan oleh lelaki itu. Hukuman yang terkesan sangat ambigu.

Dear Mas Ali (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now