Masakan Rumah

696 84 31
                                    

Jeremy
Clar, saya udah di depan

Satu pesan singkat itu membuat Clara yang semula bersantai di samping Cleo yang tengah tertidur berjengit. Ia segera bangkit dari kasur dan berlari ke depan.

Dan benar saja. Jeremy sudah di depan rumahnya dengan Pajero-nya. Pria itu melambaikan tangannya ke arah Clara yang baru saja membuka pintu.

Clara menghampiri Jeremy yang kini tengah membuka bagasinya. Pria dengan kemeja kerja itu mengeluarkan barang-barang dari dalam bagasi yang Clara tahu adalah barang yang Jeremy janjikan untuk Cleo.

"Saya kira kita bakal ke tokonya," ujar Clara diselingi kekehan seraya mengangkat satu kardus yang bertuliskan baby stroller untuk ia bawa masuk.

Sementara itu, Jeremy menutup kembali bagasi mobilnya. Membawa kardus terbesar berisi kursi makan serta baju-baju dan alat makan di kardus yang lebih kecil. "Nanti kalo kita ke tokonya langsung pasti kamu gamau beli yang mahal-mahal."

Clara mengarahkan Jeremy untuk meletakkan barang-barang itu di ruang tamu. Baru ia sadari jika yang Jeremy berikan untuk Cleo sangat banyak dan mahal. Ia meringis kecil kepada Jeremy yang baru saja meletakkan kardus bawaannya di samping kardus stroller.

"Makasih banyak, ya?"

Jeremy mengibaskan tangannya. "Don't mention it. Cleo mana?"

"Masih di dalem, baru tidur dia habis nenen. Duduk dulu, Jer."

Jeremy menurut dan duduk di sofa ruang tamu. "Ohh, enaknya jadi Cleo bisa tidur. Apalah kita udah dewasa mau tidur aja mikir-mikir," kelakarnya seraya menyandarkan punggungnya di sofa.

"Emang tuntutan kerja kamu gitu, ya?" tanya Clara seraya duduk di samping Jeremy. Kelihatan sekali dari cara berpakaiannya yang rapi jika pria itu memang dari kantornya.

"Iya, apalagi kalo ada proyek. Beuh, harus sedia kopi Clar di rumah. Kalo ga proyeknya ga kelar-kelar."

"Kayanya kamu sibuk banget. Gawe di mana?"

"Kuli."

"Kuli?"

Jeremy terkekeh mendengar pekikan Clara. Ia melirik ke arah wanita di sampingnya kemudian meluruskan, "Konsultan desain bangunan saya, Clar."

"Hm? Keren dong. Saya freelance desain di website-website. Jangan-jangan saya pernah ikut desain di tempat kamu?"

"Bisa jadi. Saya juga freelancer kok, baru-baru ini aja ikut di perusahaan."

"Tetep aja keren, Jer. Saya belum bisa kerja full karena masih harus ngurus Cleo."

"Ya gapapa, nanti pasti seiring Cleo tambah besar, pengalaman kamu semakin banyak. Peluang kamu keterima di perusahaan juga gede."

Mendengarnya, Clara tersenyum. Melegakan sekali mendengarkan ucapan lembut Jeremy. Seolah pria itu tahu bahwa ia sangat tertekan dengan kondisinya yang tidak bisa maksimal bekerja.

"Yeah. Oh, iya. Kamu udah laper belum?"

Jeremy langsung menegakkan badannya. Ia hampir lupa bahwa mereka akan makan siang bersama. Wajahnya berubah sumringah ketika memikirkan makanan. "Dikit sih. Kita mau makan di mana emang?"

"Kalo di sini aja gimana? Saya udah masak kari ayam, pepes jamur, sama bakwan."

Mendengarkan menu-menu makanan yang disebutkan oleh Clara, Jeremy membulatkan matanya. Ia tidak menemukan bukti wanita di hadapannya itu selesai memasak. Wanita itu terlalu rapi dan cantik dengan polesan rias yang tipis. Ia kira Clara memang sudah siap untuk membawanya ke sebuah restoran.

By The Irony Of FateWhere stories live. Discover now