Pacar

299 41 23
                                    

Pada akhirnya, Clara tetap menata rambut Jeremy agar lebih rapi. Jeremy juga mengenakan setelan yang Helena berikan. Maka dari itu, untuk mengimbanginya, Clara juga mengenakan gaun midi berwarna putih.

Kali ini, siapa pun yang melihat mereka akan mengatakan bahwa mereka adalah suami dan istri. Ditambah dengan Cleo yang sering kali berubah pikiran ingin digendong oleh siapa.

"Jer, roknya kependekan ga menurut kamu?" Clara menarik-narik kecil ujung roknya agar menutupi setidaknya separuh pahanya. Namun usahanya terus menerus gagal. Gaunnya memang terlalu pendek.

"Gapapa sih, cantik kok!" Jeremy masih fokus dengan jalanan di depannya. "Aku bisa berantem."

"Apa hubungannya sama berantem coba?" kekeh Clara.

"Ya, kalo nanti ada cowo yang macem-macem aku bisa tonjok mukanya."

Clara terkekeh sekali lagi. Ia cubit kecil pipi Jeremy. "Si gondutt."

Jeremy berdecak kecil. "Masa aku dibilang gendut? Orang ini otot semua," protesnya.

Sekali lagi Clara tertawa. Ia menoleh ke belakang, tepatnya ke arah Cleo yang sibuk menikmati jalan seraya meminum susu dari dotnya. Kini anak gadis itu memakai gaun berwarna putih, senada dengan pakaiannya dan Jeremy.

Oh, kalau sudah seperti ini, siapa yang akan berpikir mereka belum menikah?

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di sebuah gedung yang digunakan untuk acara reuni. Gedung serbaguna itu terlihat sudah mulai ramai pengunjung. Bahkan parkir pun terlihat padat.

"Clar, kamu duluan aja. Aku cek dulu mesin mobilnya. Kok dari tadi kaya macet-macet kalo habis berenti." Jeremy berujar setelah berhasil mendapatkan tempat parkir.

Memang benar. Sehabis dari tempat Helena tadi, setiap mereka berhenti di lampu merah, mesin mobil Jeremy macet dan harus dinyalakan ulang.

Clara setuju. Ia menggendong Cleo dengan gendongan bayi bergambar paus itu dan meninggalkan Jeremy yang mengecek kondisi mobilnya.

"Clara!"

Seruan itu membuat Clara menoleh ke arah pintu masuk. Di sana ada tiga teman lamanya; Jace, Lia, dan Catur. Mereka melambaikan tangan dengan antusias.

Ketiga orang itu adalah teman dekat Clara saat masih di SMA. Setelah lulus, keempatnya berkuliah di kampus yang berbeda-beda kecuali Lia dan Catur. Keduanya masih menjalin hubungan yang sangat dekat hingga akhirnya tahun lalu mereka menikah.

"Hi. Apa kabar kalian?" Clara memeluk satu persatu teman-temannya itu dan ber-cipika-cipiki.

"Baik. Ini Cleo, ya? Anjir gemesin banget. Sini gendong sama Tante Jace."

Jace adalah wanita karier yang bekerja di sebuah perusahaan properti di Surabaya. Sampai saat ini Jace belum menikah, rencananya akhir tahun ia menikah dengan tunangannya.

"Jangan mau, Yo. Sama Tante Lia aja sini."

Lia ini adalah ibu rumah tangga, atau lebih tepatnya calon. Karena sekarang ini, ia sedang mengandung anak pertamanya dengan Catur. Terhitung malam ini, kandungannya berusia 6 bulan.

"Udah paling bener sama Om Catur. Sini."

Sedangkan Catur adalah satu-satunya pria di geng mereka. Catur kini bekerja di salah satu dinas di ibu kota.

"Ga ada gendong-gendong. Nanti kalian kasih makan yang aneh-aneh," tepis Clara saat ketiganya kompak mengulurkan tangan pada Cleo.

"Eh, by the way, lo sendiri, Clar? Adip?" Jace melongokkan kepalanya ke sana ke mari, berharap dapat melihat sosok Adip di sekitar Clara.

By The Irony Of FateWhere stories live. Discover now