Chapter 6: Snowfall

46 9 34
                                    

Hal tak terduga bisa terjadi kapanpun bila semesta ingin menunjukkannya

-o0o-

Sejak Shaka membongkar rahasia semesta, Shanju lebih banyak berpikir keras.

Kini Shanju duduk di halte bus, menunggu angkutan umum itu datang. Kemarin Shanju mengusir Shaka karena otaknya mulai overload. Ada satu hal paling mengganjal di benaknya. Jika Shanju bercerita tentang Shaka kepada Geladis dan Jayden, mereka akan percaya? Atau bahkan menganggap Shanju gila?

Beberapa waktu kemudian bus datang. Segeralah Shanju naik kedalam angkutan itu, dia tidak ingin terlambat di kuis bu Laila. Meski tidak belajar, tapi Shanju percaya diri bahwa nilainya bagus. Bu Laila bukan dosen yang sangat intens mengawasi mahasiswa mengerjakan kuis, dia lebih suka mengerjakan hal lain di laptopnya, tanpa memperdulikan mahasiswanya. Peluang besar untuk Shanju menyontek Geladis dan Jayden.

Di sisi lain, seseorang mengawasi pergerakan Shanju. Dalam mobil putih, Shaka mengenakan kaca mata hitam dan kaos hitam santai. Kemarin Shanju mengusirnya. Tapi Shanju berjanji akan menemui Shaka dilain waktu untuk meminta penjelasan lebih. 

Shaka melirik kearah jam tangan. Jam tangan pengeluaran terbaru di semesta Shaka. Jam tangan itu bisa memunculkan layar sebesar tablet, dan menampilkan keadaan cuaca hari ini.

Cuaca sedang bagus, pertanda megastruk tidak akan datang mengamuk. Jujur saja, Shaka masih bingung apa alasan megastruk di sini. Jika ini semesta Shaka, maka orang-orang tak perlu risau dan ketakutan.

Semesta Shaka memiliki teknologi canggih untuk meredam amukan megastruk. Teknologi itu berupa gelombang yang memanfaatkan tiga energi. Pertama ada energi suko, yang memanfaatkan elemen athar yang didapat dari lapisan tanah terdalam. Energi sunmax yang berasal dari abu planet Jupiter. Yang terakhir energi geemar, memanfaatkan elemen angin.

Mungkin di semesta Shanju belum mengenal teknologi seperti itu. Tapi di semesta Shaka, alat canggih itu adalah peredam amukan megastruk.

Shaka memasang alat bulat di telinganya. Lebih besar dari daun telinganya, tapi terasa nyaman dan melekat sempurna.

Dia menekan tombol merah hingga berubah menjadi hijau. Alat itu menghubungkan Shaka dengan seseorang di tempat yang sangat jauh.

Saat mereka benar-benar terhubung, Shaka mendengar keributan. Jemari manusia mengetik keyboard dengan lincah hingga menyebabkan suara nyaring.

"Selamat pagi, Profesor Devita,"

"Shaka, kamu sudah menyelesaikan misimu?"

"Belum, Prof. Saya masih ingin mengindentifikasi lebih jauh tentang semesta ini. Rasanya ada yang tidak beres disini. Kemarin saja megastruk datang, padahal megastruk tidak seharusnya disini,"

"Ada yang tidak benar disini, Shaka. Grafik semesta yang kamu datangi sedang tidak stabil. Ada beberapa energi yang seharusnya tidak ada tapi tiba-tiba muncul. Seperti megastruk,"

"Apa ini pertanda buruk, Prof?"

"Sangat buruk! Bila keseimbangan semesta terganggu, maka akan memberikan dampak buruk bagi makhluk didalamnya. Kamu harus berhati-hati, Shaka. Meski kamu tidak bisa terluka, tapi kamu harus kembali sesegera mungkin,"

Shaka terdiam karena fokusnya terganggu. Tiba-tiba saja langit menjadi kelabu. Menurunkan bintik-bintik kristal putih.

"Apa disana baik-baik saja, Prof?" tanya Shaka. Matanya tak lepas memandang orang-orang berhamburan keluar karena bingung.

Negara Indonesia di semesta ini berbeda dengan Indonesia di semesta Shaka. Dalam semesta Shaka, salju sudah biasa terjadi. Tapi di semesta yang dia kunjungi, salju adalah ketidakmungkinan yang terjadi.

The Secret Of Universe Where stories live. Discover now