Chapter 25: Relate

35 6 11
                                    

You doesn't need to save the world to have a good destiny. But, you just needs to fill the days with small kindness to be a lucky person

-o0o-

Tak ada yang bisa mengubah pola pikir seseorang kecuali dirinya sendiri. Orang lain  hanya bisa memberi pengaruh, tanpa dapat mengubah pola pikir seseorang. Hal itu alasan mengapa Jayden memanggil Shaka dari semesta lain untuk menghentikan Shaka di semesta ini.

Tak hanya dua semesta yang terbebani bencana. Lima semesta lainnya pun ikut terkena getah karena ulah Shaka.

Dalam ruangan bercat putih ini ada empat manusia yang terlentang di ranjang pengobatan. Ada Ganesha yang tidur di ranjang. Ada Shaka yang telah sadar dari alam mimpi. Ada Shanju yang sedang menjalankan transfusi darah. Serta ada Geladis yang masih terlelap akibat bius Jayden. Sisanya ada Devita, Jayden, dan kembaran Shaka dari semesta lain.

"Sekarang sadar apa kesalahanmu?" tanya Devita. Sambil melipat tangannya di depan dada, Devita tersenyum mengejek.

Mendengar itu Shaka tak menjawab. Dia fokus dengan rasa penyesalan karena bencana besar yang terjadi.

"Aku sangat terkejut mendapati fakta bahwa diriku di semesta lain merupakan seorang ilmuan terkenal. Hal itu sangat berbeda denganku yang memiliki julukan Professor gagal," ujar kembaran Shaka sambil terkekeh pelan.

"Aku juga tidak tahu," balas Shaka.

Memang semesta berdiri dengan memanfaatkan satu sumber yang sama. Namun, jalan takdir makhluknya berbeda.

"Jayden, bagaimana bisa?" tanya Shaka pada Jayden. Dia sangat bingung tentang teori reinkarnasi. Bukankah teori itu hanya fiksi belaka? Shaka pernah meneliti hal ini, tapi tak pernah mendapat titik terang tentang mesin waktu.

Jayden menarik kursi supaya lebih dekat dengan ranjang Shaka. Dia duduk rapi dan bersandar manis. Matanya mengabsen jemari lentiknya sambil berpikir dari mana dia bercerita.

"Mau kuceritakan dari mana?" tanya Jayden, meminta pendapat Shaka.

"Siapa kamu sebenarnya?" timpal Shaka balik bertanya.

Jayden sedikit tertawa pelan. Manusia yang pernah Shaka sebut sok pintar itu kini memegang tahta kepintaran melebihi Shaka.

"Aku hanya mahasiswa yang mengambil jurusan fisika dan astronomi. Hidupku mendapat banyak masalah hingga seseorang memberi tahuku satu hal. Aku hidup dari reinkarnasi yang memiliki sikap buruk, hingga masa kini aku harus membayar perbuatan itu," tutur Jayden. Dia kembali menarik kursinya mendekat ke arah Shaka. Sesekali matanya menatap plafon ruangan sambil memikirkan masa lalu, di mana dirinya memilih menghabiskan waktu di masa lalu untuk memperbaiki takdirnya.

Sosok pria berbalut jas almamater lambang H kini sedang duduk di kursi panjang transparan milik kampus. Lagi-lagi dia menunduk sedih. Berkali-kali dia duduk di sini untuk bercerita banyak hal pada pohon usang yang berumur 300 tahun. Saat berada di sini, dia selalu bercerita panjang tentang kesialan, dengan tujuan itu adalah cerita terakhir perihal kegagalan. Namun, lagi-lagi dia gagal.

Seharusnya Jayden bisa menjadi lulusan terbaik di Universitas Heaven, tapi sialnya dia tak bisa mendapat gelar itu karena kesalahan kecil yang berdampak besar. Dia melewatkan sidang pertama karena dia tak sengaja menabrak pengendara skateboard, dan para dosen tak memberi kesempatan untuknya. Dia harus mengulang di semester depan. Keinginannya adalah lulus dan mendapat kerja, dengan itu dia bisa menikahi tunangannya tanpa direndahkan oleh calon mertua. Sayangnya, lagi-lagi dia gagal.

"Sial banget sih!" ejek Jayden pada dirinya sendiri.

Nama Addison Jayden Carl sudah tercetak merah. Sama seperti takdirnya yang hanya diisi warna merah. Goresan hijau adalah pemanis tidak nyata, yang perlahan akan menghilang seiring dia mengejarnya.

"Gimana hari ini?" tanya seorang pria yang baru saja duduk di sampingnya.

"Sial lagi," balas Jayden dengan raut wajah sedih.

"Gak apa-apa, Grace pasti sabar nungguin," jawab pria bernama Lion.

Grace, menjadi satu-satunya alasan Jayden bertahan. Jayden memiliki warna merah dalam hidupnya, tapi saat Grace hadir, muncul kerlip hijau sebagai penghias.

Tentang hidup Jayden, dari kecil memang bukan sosok beruntung. Ibunya meninggal karena kecelakaan. Sebenarnya nyawa ibu Jayden masih bisa terselamatkan, namun karena ambisi bodoh para dokter, mereka menginginkan organ ibu Jayden untuk praktik, alhasil mereka menyatakan bahwa ibu Jayden tak bisa diselamatkan. Saat itu Jayden menyimpan dendam besar pada rumah sakit dan para dokter.

Dimana ayah Jayden? Entah lah, Jayden sendiri tak tahu. Dia hidup dan besar di panti penampungan anak. Sudah 8 tahun dia menjalankan studinya di Universitas Heaven, namun dia selalu gagal saat kesempatan lulus ada di depan mata. Tak terhitung berapa kali dia gagal hanya karena masalah sepele atau masalah besar. Kesialannya membuat semuanya menjadi rumit.

"Kamu ingat tentang teori reinkarnasi, Jay?" tanya Lion. Hal itu membuat Jayden mengangguk paham.

"Di kehidupan sebelumnya, kamu pasti menjadi manusia buruk, sedangkan Grace menjadi manusia baik," tutur Lion.

Jayden bingung ke mana arah pembicaraan Lion sebenarnya. "Mengapa kita tidak mengaktifkan mesin waktu untuk mengubah takdir? Kamu bisa berkelana di kehidupan sebelumnya, kemudian memperbaiki sikap burukmu yang dulu," ungkap Lion. Itu bukan ide buruk, malahan Jayden dan Lion sudah 6 tahun menciptakan mesin waktu. Kini mereka bisa menggunakan alat itu.

"Perlu waktu untuk aku bisa sampai di sini. Keinginan ku hanya satu, memperbaiki sikap Shanju untuk merubah takdirku di masa depan. Hal itu semata-mata hanya untuk menikah sekaligus berbahagia bersama Grace," imbuh Jayden.

Shaka tertarik dengan kisah itu. Dia kembali melontarkan pertanyaan, "Seperti apa tunanganmu itu?" tanya Shaka penasaran.

"Hidup dengan harta melimpah tak membuatnya menjadi manusia sombong, memiliki IQ genius tak mengubah dirinya menjadi sosok arogan. Keistimewaan yang dimiliki tak menumbuhkan ambisi untuk menjadi penguasa dalam hidupnya. Dia sangat sempurna, hanya saja kesempurnaannya tak pantas jika bersanding denganku," jawab Jayden.

Jayden yang tak memiliki apa-apa selalu merasa tak pantas untuk menjadi suami Grace. Meski orang tua Grace memberi lampu hijau pada Jayden, sayangnya Jayden terlalu takut mengecewakan.

Grace hidup selayaknya putri mahkota. Dia besar tanpa kekurangan harta dan menjadi anak tunggal yang sangat dicintai kedua orang tuanya. Jayden takut tak bisa memberi semua itu dan malah mengubah hidup Grace menjadi lebih buruk.

Cerita Jayden membuat Shaka berpikir, seistimewa apa gadis yang dimaksud Jayden?

"Mungkin, di kehidupan sebelumnya dia panglima tempur yang menyelamatkan dunia," canda Shaka. Meski lontaran itu terdengar garing, tapi Jayden ikut tertawa.

Jayden berdiri, mendekat ke ranjang Shanju. "Aku adalah reinkarnasinya," ujar Jayden sambil menunjuk Shanju.

Dia membalikkan tubuhnya. Kini matanya menatap Geladis yang sedang tertidur pulas. "Dan dia adalah reinkarnasi Grace." Tunjuknya pada Geladis.

The Secret Of Universe Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ