Bab-8: Proposal

623 94 11
                                    

Naruhina Alternative Universe

***


"Aku tidak tahu Hinata. Bahkan aku baru mendengarkannya darimu, kau tahu dari mana?"

Hinata menggigiti jarinya sembari bolak-balik di dalam apartemen Toneri. Laki-laki itu seharusnya sudah tahu kan kalau ada yang direncanakan oleh ayahnya, terutama jika rencana ayahnya Toneri, tuan Hamura. Apalagi yang akan dijodohkan dengannya oleh para tetua adalah Toneri sendiri. Apa ada yang salah?

Hinata berdecak sebal, jika ayahnya berkata demikian -Hinata menguping- pasti kekhawatiran Hiashi tidak pernah salah ataupun melenceng.

"Bagaimana jika kau dijodohkan denganku? kau akan menerima?" tanya Hinata yang ditanggapi tatapan menjijikan dari Toneri

Terlebih lagi berlagak seperti orang muntah-muntah, sialan, Toneri menghinanya. Hinata mencubit lengan Toneri sangat kencang, hingga laki-laki itu memohon untuk melepaskan cubitan HInata.

"Rasakan!" seru Hinata, puas melihat wajah kesakitan Toneri.

"Akhhh! Ampun Hinata, aku hanya bercanda!" 

Hinata melepaskan cubitannya, disusul dengan pukulan tangan yang cukup keras di perut Toneri. Toneri kembali meringis kesakitan di area perutnya.

Lihat, siapa yang mau menikahi macan betina seperti Hinata? batin Toneri.

"Aku hanya bertanya, jangan seolah mau juga denganmu!" Hinata mendumel, ia segera pergi ke arah kulkas mencari sebotol air putih yang dingin. Mencoba meredakan emosinya.

Walaupun masih meringis kesakitan, Toneri tetap tertawa keras kelakuan Hinata. Gadis itu mudah marah sejak menjadi direktur. Ia maklum saja, tekanan berat akan membuat orang menjadi pemarah, tidak terkecuali Hinata.

"Aku punya gadis yang kucintai, Hinata. Mana mungkin menerima perjodohan denganmu." ungkap Toneri sembari berjalan duduk ke sofa.

Hinata mengacungkan jempolnya, tanda ia mengapresiasi jawaban Toneri.

Toneri tersenyum bangga. Lalu mengenai kekasihnya membuat ia kepikiran.

"Hinata, aku memang belum tahu apa yang sedang ayah rencanakan. Jika pun benar seperti yang kau ucapkan tadi, apa karena itu ayah tidak merestui hubunganku dengan wanita yang kucintai sekarang? "

Hinata ikut memikirkannya. "Bisa jadi bukan? kekasihmu kabur karena ayahmu mengancam?" selidik Hinata. Menurut penuturan Toneri, kekasihnya itu juga sedang hamil, tidak mungkin juga kan wanita kabur begitu saja padahal ada laki-laki yang siap bertanggung jawab untuknya? kecuali jika wanita itu diancam oleh seseorang.

"Aku sudah menduga, tetapi ayah malah membentakku dan tidak mengakuinya jika ayah mengusir kekasihku, padahal ia tahu wanitaku sedang hamil." jelas Toneri.

"Masih belum tahu keberadaannya dimana?"

Kali ini Toneri menunduk, sebenarnya wajah kusut dan kumal Toneri sudah Hinata lihat sejak 6 bulan yang lalu. Setiap ia ke sini, wajah itu semakin suram saja. Hinata jadi prihatin dengan teman masa kecilnya ini.

"Aku juga bingung HInata kemana ia pergi. Dia tidak mempunyai kerabat di manapun, hanya aku yang dia punya. Aku merasa buruk menjadi laki-laki karena belum bisa menjaganya. Aku khawatir apakah dia makan dengan baik,? bagaimana kabar bayi kami? apakah rutin check up bulanan? apakah bayi kami laki-laki atau perempuan? aku sangat ingin menemaninya lahiran Hinata, astaga aku ingin mati saja." Toneri mendengus kesal, ia sudah ditahap lelah, tinggal 3 bulan lagi wanitanya itu melahirkan dan ia belum mampu menemukannya di manapun. Sekalipun menggunakan detektif swasta terkenal, mereka tidak mampu juga menemukannya.

WEDDING PROPOSAL [ON GOING]Where stories live. Discover now