09. Guidance

488 97 2
                                    

Haloha, kembali lagi bersama Merfolk!

Maaf banget ya kalau ceritanya agak ngambang atau gimana di chapter ini, karena ini ide yang muncul secara tiba-tiba pas lagi nungguin temen di stasiun kereta, biasa, mau melaksanakan tugas negara

Tapi gua harap gak nge plot hole sih, Makasih buat readers yang setia baca cerita ini,

Happy reading 💜

🦋Warning🦋 yang seperti biasanya
Tulisan ini berisi fiktif belaka dengan beberapa penyesuaian yang ada terhadap mitologi Merfolk yang berkembang.

👣

Usana segera bangun dari tidurnya, Adik dari Biyuna itu langsung terduduk kala sepenggal rasa gelisah menyergap relung jiwanya

Ada yang tidak beres, pikirnya

Dengan agak tidak sabar, Usana menggoyang lengan kekar pria yang terlelap di samping tubuhnya

"Kau sudah bangun?"

"Punya sesuatu yang bisa membuat aku berkomunikasi dengan Kak Apollo tidak? Aku ingin bertanya tentang keadaan kakakku, sudah terhitung dua malam berganti tapi aku belum berkabar dengannya,"

Jeje, pria yang masih setengah terjaga itu segera meraih benda kotak yang terletak di meja samping tempat tidurnya. Menekan beberapa tombol kemudian mendial satu nama

"Kenapa Je?"

Suara Apollo bergema, membuat Usana segera meraih benda di tangan Jeje dan langsung berjalan keluar, meninggalkan Jeje tanpa satu patah katapun

"Aku gelisah, Kak Biyuna tidak apa-apa kan disana?"

Dapat Usana dengar helaan napas berat disana, Apollo mengatakan sesuatu kepada seseorang yang didekatnya namun suaranya terdengar sangat kecil seolah alat komunikasi mereka dijauhkan

"Kak," panggil Usana sekali lagi,

"Biyuna mengucapkan mantera pengikat ketika di daratan, Dia tengah diperiksa," Usana sukses membelalakkan matanya kala mendengar rentetan kalimat tentang keadaan kakaknya saat ini,

Usana memijit pelipisnya, pusing, Merfolk berambut pirang itu benar-benar pusing dengan tingkah kakaknya yang selalu menantang nyawanya

Memang Biyuna pikir dia punya berapa nyawa, sudah menyerahkan setengah jiwanya, menerobos Siren, sekarang mengucapkan mantera pengikat diatas daratan, Jika kakaknya itu masih bernapas maka seluruh keberuntungan benar-benar berpihak pada kakak bodohnya itu,

"Kak Apollo lupa, Dokter manusia tidak bisa-"

"Aku tidak lupa, Ini Pong yang memeriksa, dokter Manusia yang dulunya juga seorang Merfolk," Usana menganggukkan kepalanya, ia jadi ikut melakukan hal-hal bodoh karena rasa cemasnya

"Lalu bagaimana keadaannya sekarang?"

Ada jeda agak panjang sebelum Apollo mengatakan tentang kondisi tubuh Biyuna, "Dia butuh dibawa ke Lautan, Aku-"

"Aku akan membawa Kakak, Tolong kakak siapkan kendaraan saja untuk menjemput dan mengantar,"

"Kau yakin? Tubuhmu bahkan lebih pendek daripada,"

"Pendek begini aku punya kekuatan utuh Merfolk, Jika kau lupa,"

Apollo terkekeh, kemudian mengatakan pada seseorang bernama 'Win' untuk memanggil supir dan mengirimkan ke tempat dirinya berada

"Sudah, aku tutup telponnya, Maaf," Usana menganggukkan kepalanya, Merfolk yang lebih muda itu menghembuskan napasnya dengan berat,

Keadaan kakaknya menjadi salah satu bagian dari tanggung jawabnya pula. Sejak awal dia ke dunia Manusia untuk menemani dan menjaga Kakaknya, tapi dia lalai

MerfolkWhere stories live. Discover now