🌹 02. Patuh

436 29 2
                                    

Anabela semakin menarik selimut pada tubuhnya yang gemetar panas dingin

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Anabela semakin menarik selimut pada tubuhnya yang gemetar panas dingin. Luka di sudut bibir dan di beberapa bagian wajahnya juga sudah diobati oleh Ingrid siang tadi. Kini, Anabela dilanda rasa pusing dengan wajah yang terlihat pucat.

Tak lama, terdengar suara mesin mobil milik Jonathan berhenti di depan rumah. Lelaki itu masuk dengan langkah lebar sambil melonggarkan dasi menuju ke meja makan. 

"Di mana dia?" tanya Jonathan saat di ruang makan hanya terlihat Ingrid dan satu pelayannya lagi yang sedang mengatur sajian makan malam di meja.

"Mrs. Reeves sedang istirahat. Dia--"

"ANA! ANABELA!" teriak Jonathan tanpa mau mendengar penjelasan Ingrid lebih lanjut.

Setiap langkah kakinya menghentak menaiki tangga sambil terus memanggil nama Anabela dengan keras. Mendengar hal itu, Anabela beranjak bangun dengan susah payah dari tidurnya untuk menghampiri Jonathan.

Brakkk!

Pintu sudah terbuka dengan keras. Jonathan menarik Anabela kasar agar berdiri tanpa mempedulikan keadaan istrinya itu sedang sakit.

"Apa yang kau lakukan di sini, hah? Kau mau enak-enakkan tidur di sini tanpa menyambutku? Bisakah kau menjadi istri yang baik untukku!?"

Anabela mencoba melepaskan cengkraman Jonathan di pergelangan tangannya yang tak kalah kuat dari cekikan di lehernya pagi tadi.

"Jonathan, bisakah kau membiarkanku... tidur sebentar? Aku merasa lelah dan--"

"Tidur?" Jonathan tertawa miris. "Ana, apa kau tidak berpikir ucapanmu barusan menyakitiku? Kau mau tidur dan istirahat dengan tenang tanpa memikirkan suamimu ini yang juga butuh tidur dan lebih lelah darimu? Apa kerjamu sebagai seorang istri, Anabela?"

"Jonathan, aku--"

Jonathan menarik tubuh Anabela dengan penuh paksaan menyeretnya ke bawah, lebih tepatnya ke ruang makan. Ingrid dan pelayan bernama Wina itu terkejut melihat Jonathan tengah mendudukkan Anabela dengan kasar di kursi.

"Apa susahnya kau duduk di sini menyambutku saat aku baru pulang?! Kau malah mau tidur?" 

Anabela mencoba melepaskan sebelah tangan Jonathan yang kini menjambak rambutnya hingga wajah Anabela terpaksa mendongak.

"Ma-maafkan aku, Jonathan. Aku... Aku tidak akan mengulanginya lagi," kata Anabela dengan penuh harap dan menahan tangis.

Jonathan menghempaskan jambakannya dengan keras sampai kepala Anabela terdorong hendak menghantam meja. Ingrid segera menghampiri Anabela lalu mengelus kepalanya dengan lembut dan berusaha menenangkannya.

"Sudah kubilang jadilah istri yang baik dan patuh pada suamimu," kata Jonathan dengan sinis seraya mendaratkan bokong di kursi makannya.

Selama makan malam berlangsung, Anabela hanya menyuapi mulutnya dengan tak bersemangat. Tubuhnya masih merasa lemas dan lelah karena sedang sakit dan tak enak badan. Namun Jonathan malah tak mempedulikannya sama sekali meski dia sesekali melihat Anabela.

Selesai makan malam, Jonathan dan Anabela pun kembali ke kamar. Anabela terduduk di sisi ranjang memikirkan sesuatu saat Jonathan sedang berada di dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Jonathan," panggil Anabela dengan hati-hati saat Jonathan keluar dari kamar mandi dengan hanya beralaskan jubah untuk menutupi tubuhnya.

"Apa... aku bisa mendapatkan ponselku kembali?"

Jonathan menghentikan langkah lalu menoleh pada Anabela. "Sudah kubuang."

"Kalau begitu, apa aku bisa membeli ponsel yang baru? Aku harus mengetahui kabar ibuku."

Tawa sinis tiba-tiba tercipta pada Jonathan. "Untuk apa kau mengkhawatirkan orang gila, Ana? Dia tidak lagi mengingatmu. Untuk apa kau mengingatnya?"

Anabela mengamati kesinisan Jonathan. "Dia tetap ibuku, Jonathan..."

"Sudahlah. Jangan meminta hal yang membuatku marah. Jika aku memberikanmu ponsel, kau pasti akan menghubungi lelaki selingkuhanmu itu lagi. Ibumu hanya alasan, kan?" tuduh Jonathan sambil membuka lemari untuk membawa baju tidurnya.

"Sudah kubilang Johnny hanya temanku, Jonathan. Aku dan dia--"

"Anabela!" sentak Jonathan yang membuat mulut Anabela terbungkam dalam seketika. Terlihat Jonathan yang menutup pintu lemarinya lagi tanpa membawa baju tidur yang tadinya hendak dia kenakan.

"Kapan kau akan mendengarkanku?" tanya Jonathan sambil berjalan mendekati Anabela yang sudah menatapnya dengan takut.

"Apa kau mau membohongiku lagi? Apa menurutmu aku terlihat bodoh dan tidak tahu apa-apa?" 

Anabela sudah gemetar saat Jonathan menunduk lalu menarik pelan dagunya sehingga wajahnya mendongak ke atas, berhadapan dengan wajah tajam Jonathan.

"Jo-Jonathan, aku... Maafkan aku," tutur Anabela tergagap. 

Kening Jonathan berkerut. "Maaf?" Kepala Jonathan tertunduk dengan tawa kecil dan tangan menepuk-nepuk kepala Anabela.

"Apa setelah kumaafkan, kau akan bersikap baik?" Kepala Anabela sontak mengangguk sebagai jawabannya.

Jonathan kembali berdiri tegak. Tangannya bergerak membuka ikatan jubah yang ada di bagian perutnya. Anabela perlahan mundur saat menyadari apa yang akan Jonathan lakukan padanya sekarang.

"Setidaknya kau baik dalam hal ini," kata Jonathan lalu bergerak mendekati Anabela yang ketakutan.

"Setidaknya kau baik dalam hal ini," kata Jonathan lalu bergerak mendekati Anabela yang ketakutan

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
SOMETHING BETTEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant