🌹 25. Ancaman

189 12 0
                                    

Sebastian berlari kencang memasuki rumahnya yang ternyata sudah berantakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebastian berlari kencang memasuki rumahnya yang ternyata sudah berantakan. Kini matanya mengarah pada tubuh Roger yang terbujur kaku di lantai dengan beberapa luka tembak di dada, lengan, bahkan dahinya.

"Sial! Sial! Sial!" erang Sebastian mengusap wajahnya begitu frustasi sampai memerah.

Sebastian coba mengecek ke dalam kamar, ternyata Anabela benar-benar sudah dibawa pergi seperti yang dirinya duga.

"Ana..." lirih Sebastian bersedih di sisi ranjang karena kehilangan Anabela lagi.

Keesokan harinya...

Anabela hanya terduduk sambil menoleh memandangi langit di luar jendela tanpa bisa pergi ke mana-mana. Wajahnya juga sudah terlihat pucat dan kondisinya berantakan.

Kedatangan seseorang ke dalam kamar tidak dipedulikannya. Anabela masih melamun di atas ranjang dengan kondisi pergelangan tangan sudah lecet akibat borgol yang mencengkramnya.

"Mrs. Reeves, waktunya sarapan," kata seorang wanita bertubuh agak gempal dengan mata besar melotot yang kini berdiri menghalangi pemandangan yang Anabela lihat.

"Buka mulutmu," titahnya sambil menjulurkan satu sendok bubur padanya.

Anabela memalingkan wajah ke arah lain. Dia tidak bernafsu makan sama sekali.

"Mr. Reeves akan marah padaku kalau kau tidak makan. Ayo buka mulutnya. Aaaaaaaaaaaa," bujuk wanita itu lagi.

Namun Anabela masih tak ingin membuka mulut bahkan mencoba mengabaikan wanita yang kini menjadi pelayan di rumah tersebut menggantikan Ingrid. Nama dia adalah Jada House.

Tanpa disangka, Jada mencengkram wajah Anabela lalu memaksanya menoleh dan membuka mulut. Jada memaksakan satu sendok bubur itu masuk ke dalam mulut Anabela dengan penuh paksaan dan kasar sampai Anabela sendiri hampir tersedak.

"Aku bilang makan! Kenapa kau tidak mendengar? Kau mau Mr. Reeves membunuhmu saat ini juga?" bentak Jada.

Anabela mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk senyum simpul.

"Aku memilih mati daripada terus di sini," ungkapnya.

"Baiklah. Mati saja setelah menghabiskan makanan ini," ujar Jada kembali memaksa Anabela memakan bubur buatannya.

Setelah dipastikan bubur dalam mangkuk habis, Jada pun meninggalkan Anabela dalam kondisi berantakan dengan bekas bubur menempel di sekitar bibir, dagu, bahkan bajunya yang tidak dibersihkan. Air bekas minum juga terlihat membasahi baju Anabela karena Jada mencekokinya minuman dengan cukup kasar.

Anabela kembali memandang ke luar jendela di sebelah kiri. Kedua tangannya sudah cukup pegal dan sakit karena terus terlentang akibat diborgol di kedua sisi.

"Ana?" panggil Jonathan yang kini berjalan mendekat.

Anabela coba mengabaikan lelaki itu saat duduk di sisinya. Melihat kondisi Anabela, Jonathan lalu mengambil tisu di atas nakas untuk mengelap bekas bubur dan air yang mengotori sekitar bibir Anabela.

"Jonathan, lepaskan aku," pinta Anabela dengan suara yang sudah lemah.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi lagi dari sini," lontar Jonathan seraya mengusap kepala Anabela dan mengatur rambutnya agar menjadi rapi.

"Tanganku sakit," adu Anabela sambil menggerak-gerakkan tangannya yang tak bisa bebas.

"Tahan sebentar, sayang. Sampai kau paham kalau aku melakukan ini karena aku sangat mencintaimu." Jonathan menurunkan pandangan lalu mengelus perut Anabela dengan lembut.

"Aku tidak bisa kehilangan bayiku lagi," tambahnya.

"Kau yang membunuhnya," ujar Anabela yang membuat Jonathan mengangkat pandangan padanya.

"Dulu, kau sudah membunuh bayiku. Sekarang, aku tidak akan membiarkanmu membunuh bayiku ini, Jonathan."

Tatapan Jonathan berubah menjadi dingin secara drastis. Elusan di perut Anabela bahkan terhenti dan tergantikan dengan cengkraman di leher Anabela.

"Apa katamu?" tanya Jonathan dengan rahang menggertak.

"Kau... pembunuh," ucap Anabela.

"Kau yang tidak bisa menjaga bayiku dengan baik, sialan! Kau lemah, pembangkang, menjengkelkan!"

"Lalu kenapa kau masih mau denganku dan menahanku pergi seperti ini?" tanya Anabela dengan raut emosi.

"Kau pikir bisa pergi dengan membawa bayiku?" Jonathan mendengus kecil. "Kau menyembunyikan kehamilan dariku dan malah pergi dengan lelaki lain. Kau pikir itu tidak menyakiti perasaanku?"

"Aku tidak peduli!" Anabela memalingkan wajah ke arah lain.

"Kau harusnya peduli pada dirimu sendiri, Ana. Setelah bayi ini lahir, aku bisa saja membuat nasibmu seperti Roger atau bahkan ibumu dan menguburmu bersama mereka," ancam Jonathan.

"Jadi, jaga bayiku sekarang dengan baik. Kalau kau menghilangkan bayiku lagi, aku tak segan-segan menguburmu hidup-hidup!"

 Kalau kau menghilangkan bayiku lagi, aku tak segan-segan menguburmu hidup-hidup!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SOMETHING BETTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang