Duality (4)

5.4K 365 39
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

Taeil memandangi punggung Donghyuck yang tengah duduk di atas tempat tidur. Pemuda itu berusaha untuk ikut duduk dengan hati-hati karena area sekitar selangkangan terasa sedikit perih akibat lubang anusnya baru saja dihajar oleh benda pusaka milik Donghyuck. Si maknae Ilichil.

"Donghyuck ....."

Semua anggota NCT dilarang memanggil Donghyuck dengan sebutan Haechan ketika mereka berada di atas ranjang. Walau terkadang ada beberapa anggota yang kelepasan menyebut Haechan dan berakhir mendapat hukuman.

"Hm ....."

Donghyuck menyahut dengan gumaman karena saat ini pemuda itu tengah melamun, entah memikirkan apa.

Taeil jelas bingung. Apakah tubuhnya sudah tidak memuaskan lagi, hingga Donghyuck tiba-tiba melamun seperti ini seusai mereka bercinta?

Belum lagi ketika mereka bermain tadi, tatapan Donghyuck terlihat berbeda dari biasanya. Sekarang agak sedikit dingin, tampak tidak bergairah sama sekali. Padahal sebelumnya wajah dengan rahang tegas itu akan terlihat sangat puas ketika selesai bercinta.

"Kamu ada masalah?" tanya Taeil hati-hati. Takut jika salah berbicara, maka ia takan selamat.

Donghyuck menoleh, lalu mencium bibir Taeil dengan sedikit lumatan. "Enggak ada," sahutnya.

Taeil sempat terkejut, namun kembali normal. "Terus kenapa ngelamun? Apa karena aku udah gak bisa muasin lagi, makanya kamu kaya gini?" Ia khawatir dan takut.

Donghyuck terkekeh. Memang malam ini, mereka bercinta bukan karena paksaan atau Taeil yang membuat Donghyuck marah hingga harus dihukum. Namun, keduanya sama-sama mau. Donghyuck meminta dan Taeil menyanggupi keinginan pemuda itu.

"Enggak ada hubungannya sama itu," ujar Donghyuck sembari membawa Taeil untuk kembali berbaring. "Kalian masih sama kaya biasa."

Taeil menarik selimut sampai sebatas dada. Ia masih telanjang saat ini. Sementara Donghyuck tengah menduselkan kepala di area lehernya. Tangan pemuda itu memeluk pinggangnya.

"Beneran, kan?" tanya Taeil.

"Iya," sahut Donghyuck lebih terdengar seperti gumaman. Kedua matanya tampak terpejam.

"Kalau kamu lagi ada masalah, jangan sungkan buat cerita. Gak harus ke aku, ke yang lain juga bisa. Kamu nyamannya cerita sama siapa, cerita, ya. Jangan dipendam sendirian. Nanti malah bisa bikin diri sendiri sakit," kata Taeil.

Sebenarnya dia cukup ragu mengatakan kalimat tersebut pada Donghyuck, tapi ia berusaha untuk memberanikan diri.

Donghyuck tertawa kecil. "Gak ada masalah apa-apa. Jadi, tenang aja," ucapnya seraya memberi ciuman di leher Taeil.

"Syukurlah." Taeil bergumam pelan. Ia menggigit bibir, lalu menoleh pada Donghyuck.

"Hm, tidur. Gak ngantuk?" kata pemuda itu.

Bagaimana Taeil bisa tidur kalau tangan Donghyuck saja terus mengusap-usap badannya yang telanjang dengan gerakan sensual. Belum lagi bibir pemuda itu sesekali menciumi area sekitar leher, telinga dan juga pipi Taeil.

Seolah mengerti dengan apa yang ada di dalam pikiran sang Kakak tertua, Donghyuck hanya bisa tertawa tanpa dosa. Sebenarnya pemuda itu belum puas dilayani oleh Taeil, namun bayangan mengenai percakapan anggota unit 127 tadi, mengusik pikirannya. Hingga membuat mood nya sedikit menurun, lalu memutuskan untuk bermain cepat saja.

"Besok ada jadwal lagi, ya?" gumam Donghyuck. Tangannya sudah tak lagi bermain-main di badan Taeil. Kasihan juga kalau terus ia goda.

Taeil mengangguk. "Kan, buat konten comeback keseluruhan anggota. Belum lagi kita harus syuting musik video."

"Yaaaaah ....."

"Kenapa yah?" Taeil bingung.

Donghyuck kembali mencium pipi Taeil. "Gak bisa nambah ronde."

Wajah Taeil memerah, dan Donghyuck tertawa karena gemas melihatnya. Padahal Taeil merupakan anggota paling tua, tapi wajah dan tingkah pemuda itu terkadang lebih mengarah pada kumpulan maknae line.

"Tapi ....."

"Hm?" Donghyuck menunggu Taeil melanjutkan perkataannya.

"Hari ini kamu agak aneh. Biasanya kalau lagi main gini, selalu kasar. Mau kita lagi dihukum atau emang karena sama-sama mau. Sekarang lebih lembut gitu," ucap Taeil dengan wajah yang sangat polos ketika berbicara.

"Lo maunya gue kasar terus gitu?" sahut Donghyuck. "Apa emang pada suka yang kasar-kasar?" godanya.

Taeil langsung mendelik dan Donghyuck kembali tertawa. Pemuda itu mengeratkan pelukkannya, lalu memberi ciuman singkat di pipi sang Kakak tertua.

"Enggak gitu juga!" kata Taeil cepat. "Cuma penasaran."

"Ya, kan, menikmati," balas Donghyuck sekenanya. "Tapi, emang yang kasar itu lebih enak, kan?"

"Gak tau!" Taeil geleng-geleng kepala dengan wajah yang menggemaskan. Membuat Donghyuck tak tahan ingin memakannya lagi.

"Ayo, tidur, Moon Taeil. Sebelum gue berubah pikiran dan gak ngebiarin lo nutup mata malam ini," kata pemuda itu.

Taeil langsung menutup matanya rapat-rapat, berusaha untuk tidur. Dia tidak ingin kalau besok benar-benar kembali susah berjalan serta mata mengantuk.

Sementara Donghyuck terkekeh kecil. Kakak tertuanya ini sungguh sangat menggemaskan.

"Good night, My sweet Moon."

Apa mungkin yang mereka maksud itu gue?

.
.

Tbc~

Haiiiiii~~

Duality(Haechandomharem)Where stories live. Discover now