Chapter 5

655 73 32
                                    

Hallo everyone!!

Na double up, ya. Itung-itung sebagai penebus karena udah lama ngilang dan nggak update-update.

Hee, thanks you and selamat menikmati💘🦋

***

"Pelan-pelan, Ra. Duh itu tangan kamu pake gips aja deh, ya? Aku takut lukanya parah."

Ara yang semula tertawa, terpaksa berhenti dengan raut wajah yang dibuat sedatar mungkin. Mereka pikir tangannya patah?!

"Tangan gue cuman luka kecil, bukan patah." balas Ara yang membuat Letha meringis.

Saat ini Ara bersama kelima sahabatnya berada di dalam kelas bersama inti Altar Lion. Tadi saat Ara selesai diobati, Arland datang dengan wajah khawatirnya dan tanpa sepatah kata, cowok itu langsung mengangkat tubuh Ara dan membawanya menuju kelas.

Semua orang yang berada di dalam kelas menatap ngeri pada sosok cowok yang duduk disamping Ara. Arland yang terlihat biasa-biasa saja bukannya membuat mereka tenang, tapi malah membuat orang-orang sesak nafas dan merinding.

Arland menaikan sebelah alisnya dengan tangan yang tidak berhenti mengusap surai rambut hitam gadisnya. Kedua matanya tidak pernah berpaling dari wajah Ara yang sedari tadi tertawa bersama sahabat gadis itu.

"Nanti sebelum pulang ke rumah, kita ketemu sama Om Rian dulu ya." Ara menatap Arland dengan bingung. "Mau ngapain?" tanya Ara.

"Periksa tangan kamu," kata Arland yang membuat Ara mendelik. Ini luka biasa, kenapa pada panik sih?!

"Nggak mauu!! Ini cuman luka biasa Arland, aku nggak kenapa-kenapa, besok juga ini udah sembuh."

Arland menghela nafasnya, dia sudah menduga bahwa kekasihnya akan menolak, dengan lembut tangannya mengusap sebelah pipi Ara dan menatap kedua mata Ara dengan tatapan yang begitu dalam. "Jangan gitu, aku bukannya berlebihan, hanya saja aku gak mau tangan kamu infeksi, itu lukanya lumayan dalam, mau, ya? Demi kesehatan kamu, sayang." Arland berkata dengan sangat lembut dan pelan, semua orang yang menyaksikan pasangan itu hanya bisa memendam rasa iri. Iri ingin berada di posisi Ara yang bisa merasakan cinta begitu tulus dari Arland dan iri ingin menjadi Arland yang bisa memiliki perempuan seperti Ara.

Ara yang salah tingkah karena ditatap seperti itu akhirnya menganggukkan kepala yang membuat Arland tersenyum dan langsung mendekap Ara. "Makasih sayang, I love you."

Di dalam dekapan Arland, Ara tersenyum dan mengeratkan pelukannya. "Me too."

"Minggu depan ada pertandingan basket cewek, dari kelas ini siapa yang bakalan ikut?"

"Gue," Amanda yang menyandarkan punggungnya pada kursi, menatap Arsen. Gadis itu masih dalam fase senggol bacok, Manda masih merasa tidak terima dengan perlakuan Fira pada sahabatnya.

Arsen selaku kapten basket Sma Lenkara diperintahkan untuk mencari pemain untuk basket putri yang akan digunakan untuk pertandingan Minggu depan. Dia mengangguk dan menatap satu perempuan yang duduk di tempat paling depan.

Fania yang merasa di tatap oleh seseorang mengangkat kepalanya, kedua matanya bersibubruk dengan tatapan teduh milik lelaki tampan yang menaikan sebelah alisnya dengan senyuman yang menggoda.

   "Dia gak ikut bray, kan Pmr, noh Ara mau ikutan kayaknya." Bara menyahut, mengalihkan perhatian Arsen yang kini bergidik ngeri saat Arland menatapnya tajam.

   "Aku mau ikut ya? Aku janji bakalan lebih hati-hati dan nggak kecapean!" Ara mengangkat jari kelingkingnya dengan cengiran lebar. Arland yang melihat itu dibuat terkekeh dan dengan gemas dia menautkan kelingkingnya yang berukuran besar dengan kelingking Ara. Tangan Ara begitu mungil jika disandingkan dengan tangan Arland yang terlihat seperti tangan raksasa.

    "Iya, kalo kamu mau aku nggak akan ngelarang, asalkan kamu bahagia dan baik-baik saja itu sudah cukup buat aku." ucap Arland.

   "Mulai besok aku ajarin kamu main basket, okey?" Ara mengangguk dengan antusias kemudian berseru bahagia.

   "Arsen!! Gue ikut yeyy!!!"

Seketika semua orang yang berada di dalam kelas tiba-tiba ingin mengarungi gadis itu saking gemasnya.

   ***

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA 💘🦋

𝐀𝐑𝐋𝐀𝐍𝐃: the sweet story of the gang leaderWhere stories live. Discover now