🌙 VICESIMUM PRIMUM 🌙

58 11 12
                                    

"Sebaiknya bicarakan baik - baik pada orangtua kalian mengenai jurusan yang kalian pilih okay, karena setelah ini ibu akan membagi kelompok yaitu saintek dan soshum. Agar persiapan tes menuju kuliah kalian semakin mudah, paham?"

Setelah mengucapkan itu bel terdengar sangat nyaring membuat Bu Irene menengok arlojinya kemudian menutup pembelajaran terakhir pada hari ini.

Ferlyn melirik Ningning menggunakan ekor matanya, sedari tadi wajah adik sepupunya itu murung. Mungkin ia masih overthinking soal jurusan, gadis yang tengah menyetir mobil itu menghela napas. Ia memfokuskan kembali pandangannya ke arah jalan, tak lama kemudian menepikan mobilnya di sebuah toko es krim.

"Ayo turun, Lo pasti butuh pendinginan otak kan?" Ferlyn menarik tangan Ningning keluar mobil, adik sepupunya itu tersenyum samar sembari mengangguk kecil. Berjalan beriringan memasuki tempat favoritnya saat ia sedang dalam mood yang buruk.

"Es krim matcha satu vanilla satu," setelah membayar kedua es krim tersebut Ferlyn melangkah riang menuju tempat duduk dimana Ningning menunggu disana.

Tangan Ferlyn terulur memberikan es krim yang di pesan Ningning. "Kenapa sih Lo suka matcha, kan pahit?" Lirikan Ferlyn tepat pada es krim cup ukuran besar yang sedang dinikmati Ningning, warnanya hijau. Sehijau alam semesta ini. Sementara Ferlyn memesan es krim cone rasa vanilla, karena rasa manis dari vanilla membuat ia seketika melupakan semua masalahnya.

Padahal Ferlyn juga tidak ada masalah. Sepertinya.

"Rasa pahit di matcha bakalan hilang kalau aku makan kak," seru gadis manis itu dengan wajah ceria sembari menikmati es krim kesukaannya.

Kakak sepupu Ningning tertawa agak keras. "Kenapa? Gegara Lo manis gitu?"

"Yang bilang kakak lho, bukan aku. Tapi aku memang manis sih," Jujur saja hati Ferlyn menghangat mendengar adiknya kini telah berceloteh riang lagi seperti biasanya. Setidaknya mood Ningning naik meski terkadang gadis itu melamun ketika mendengar pembahasan masa depan.

Tugas Ferlyn belum usai saat ini, ia masih harus menguatkan Ningning lagi karena nanti malam orangtua mereka akan datang. Pulang, sekaligus membahas masa depan yaitu kuliah.

🐹

Pletaaakkk

Dengan mulus kaleng bekas minuman soda yang terasa ringan itu mengenai dahi mulus Chenle, membuat sang empu menatap tajam sang pelempar.

Hueningkai meringis sembari menampilkan dua jarinya yang ia naikkan ke atas, menatap sang sahabat yang sedari tadi galau dengan jarak sejauh beberapa meter.

Sepertinya, Chenle sedang tidak tertarik dengan keributan. Pria manis bermarga Zhong itu kembali menenggelamkan wajahnya pada bantal sofa yang sedari tadi ia pangku. Hueningkai menghela napas, mendekat pada sahabatnya yang sangat murung akhir - akhir ini.

Tangannya perlahan menepuk punggung Chenle. "Lo kenapa sih? Galau muluk dari kemarin, bukannya waktu pulang dari rumah sakit ceria banget." Tatapan Hueningkai terlihat tulus pada sahabatnya itu menarik seulas senyum dari bibir manis Chenle namun hanya satu detik sebelum ia murung lagi.

Meregangkan tangannya ke atas Chenle menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan sempurna. "Gue, takut aja kalau dia pulang ke asalnya dan kita gak akan pernah ketemu lagi." Pandangan Chenle melemah ia menjambak pelan rambutnya.

Sungguh, mendengar penuturan sahabatnya Hueningkai ngakak besar - besaran sampai ruang tamu super besar milik Chenle bergema. "Kemarin jatuh cinta sama Ferlyn, sekarang sama Ningning."

Chenle mendengus kesal, percuma curhat dengan si laknat Huening. Bukannya tenang, ia malah di tertawakan. Sialan.

"Lee, sorry Le gue ngakak banget sebab selera Lo tu yang damage damage."

Verus Amor || Park Jisung || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang