13: EYMe

348 93 0
                                    

Kevin mengamati orang yang lalu lalang memulai aktivitas paginya dari jendela kamarnya di lantai dua. Dia tengah menunggu seseorang lewat. Pemilik penginapan memberitahunya jalan di depan adalah jalan utama Terr bagian tenggara sehingga sering dilewati orang yang akan berangkat bekerja. Jadi, kecuali Bibi Lee menggunakan jalan lain, Kevin akan bisa menemukannya.

Beberapa menit kemudian sosok yang dikenali Kevin sebagai bibi Lee muncul dari sebuah gang yang berakhir di hutan. Bibi Lee berjalan sendiri tanpa ditemani Arthur. Kevin segera menghampiri Jun yang masih terlelap di ranjangnya.

"Hyung, bangun," kata Kevin sambil menggoyangkan bahu kakaknya.

Bukannya bangun, Jun justru menutupi wajahnya dengan bantal. "Masih gelap, Jae. Aku masih ngantuk. Bilang bunda aku sarapan sendiri nanti."

"Siapa juga yang menyuruhmu sarapan. Kubilang bangun, hyung. Kau harus ikut aku." Keduanya kini terlibat adu tarik bantal. Akhirnya Jun menyerah namun kemudian gantian menarik selimutnya hingga hanya pucuk rambutnya saja yang terlihat.

"Tidak mau. Pergi saja sendiri, sana," racau Jun sebelum kemudian hanya deru halus napasnya yang terdengar.

"Aish, kakak menyebalkan." Kevin mendengus kesal.

Kevin mendekati nakas dekat tempat tidurnya sendiri lalu memakai topeng dan jubahnya. Dia memutuskan untuk melakukan pencariannya sendiri. Lagipula yang akan dia cari adalah calon permaisurinya.

Setelah menyambar roti dari meja makan yang belum ramai, Kevin lalu pergi berjalan kearah hutan ek.

_._._

"Hati-hati," kata Arthur sambil melambai pada bibi Lee yang dibalas dengan sebuah senyuman. Baru setelah bibi Lee menghilang diujung jalan, Arthur kembali masuk rumah dan mengunci pintu.

Arthur duduk di dapur, melamun. Apa yang harus dilakukannya sekarang? Dia telah memasak, telah membersihkan rumah. Tidak ada baju kotor yang harus dicuci. Arthur melirik sekilas ke tempat pencucian piring. Tidak ada apapun disana. Haruskah dia pergi ke suatu tempat?

Seolah tersengat listrik, Arthur terlonjak berdiri menimbulkan bunyi berderit dari kaki kursi yang bergesekan dengan lantai.

"Aku pergi ke hutan saja," gumam Arthur entah pada siapa. Dia segera memeriksa ke seluruh rumah, memastikan semua pintu dan jendela telah terkunci, lalu memakai jubahnya dan keluar melalui pintu belakang.

.

Kevin menemukan sebuah rumah sederhana namun tampak nyaman. Dia mengetuk pintu beberapa kali berharap ada yang membukanya. Setelah beberapa kali percobaan tidak ada jawaban, Kevin berjalan mengelilingi rumah itu. Semua jendelanya ditutup kain. Dia mencoba membuka sebuah pintu yang ternyata dikunci.

Rumah ini kosong, simpulnya. Kevin melirik sekilas rumah tersebut lalu menyeberangi jembatan di belakang rumah, berjalan menuju hutan di sisi lain sungai.

.

Arthur berhenti di depan sebuah pohon ek tempat dia pertama kali membuka mata. Setidaknya pertama kali dalam ingatannya. Dia mengangkat tangannya, menyentuh pohon tersebut dan merasakan kontur kulit pohon di depannya menggunakan ujung jemarinya. Pohon ek ini tampak berbeda dibanding pohon ek lain di hutan ini. Pohon ini memiliki warna yang lebih pekat, permukaannya lebih kasar, dan daun yang gugur di bawahnya lebih kaku daripada pohon-pohon di sekitarnya.

Namun diatas perbedaan fisik itu semua, pohon ek ini memberikan efek aneh bagi Arthur. Dia merasa sebuah ketertarikan misterius menghubungkannya dengan pohon ini. Dia merasakan kenyamanan dan kehangatan ketika bernaung di bawah pohon ini. Perasaan seperti di rumah.

Seperti pelukan dari seseorang yang istimewa, kata Arthur dalam hati.

Arthur memutuskan untuk beristirahat sejenak, duduk di bawah pohon itu dan menyandarkan punggungnya. Dia baru akan memejamkan matanya ketika derak ranting patah membuatnya waspada.

.

Kevin tidak tahu apa yang dilakukannya di sini, di hutan ek yang semakin jauh dia berjalan pohn-pohonnya kian tumbuh semakin rapat. Kakinya seolah mempunyai kehendaknya sendiri. Kevin ingin kembali ke keramaian dan menanyakan dimana rumah bibi Lee atau hanya sekedar menunggunya muncul dan mengikutinya pulang.

Sebenarnya berada di tempatnya sekarang tidaklah terlalu buruk. Keheningan membuat perasaannya lebih tenang dan membantunya berpikir lebih jernih. Hal-hal yang beberapa hari terakhir tersapu dari pikirannya karena cemas memikirkan Asahi muncul seketika; seperti hari dia akan dimahkotai, misalnya.

Kevin tidak bercanda ketika dia bertanya-tanya kenapa bukan Jihoon saja yang dijadikan calon raja, padahal dia lahir pertama. Meskipun dia sudah tahu alasannya, tapi tetap saja. Menjadi pangeran saja membuatnya tercekik apalagi diharuskan memimpin kerajaan sebesar Jasujeong.

Bayangan sang kekasih lalu muncul tepat didepan irisnya, seolah meyakinkannya bahwa dia tidak sendiri. Namun bayangan itu juga mendesaknya untuk segera menemukannya dan membawanya pulang. Kevin kemudian berbalik hendak keluar ketika dari ekor matanya seseorang berjubah berdiri didepan sebuah pohon mengunci pandangannya.

Kevin berjalan perlahan mendekati orang tersebut, hati-hati untuk tidak menimbulkan suara. Dia segera bersembunyi di balik pohon terdekat ketika orang tersebut berbalik. Kevin mencuri pandang sekilas lalu melanjutkan langkahnya ketika dilihatnya orang tersebut duduk bersandar pada batang pohon. Sayangnya Kevin tidak sengaja menginjak sebuah ranting. Suasana hutan yang hening membuat bunyi ranting patah menjadi sekeras pintu yang dibanting. Orang tersebut berdiri tiba-tiba membuat tudung jubahnya jatuh dan memperlihatkan wajahnya. Orang tersebut segera berlari menjauh ketika mata mereka bertemu.

"Asahi!!" teriak Kevin.

_._._

Eternity: You and Me (Jaesahi)Where stories live. Discover now