Part 4 - Fever and Closer

47.9K 3.5K 144
                                    

Judul apa itu yak? Hahahahaha..

Sorry for typos..

@

Kyran memacu kudanya kencang menembus kegelapan malam, tidak pernah takut tersesat di tempat asing itu. Mempercayakan instingnya dan kudanya, ia terus melangkah menuju perkemahan dimana Naina sedang terbaring lemah karena demam yang menyerangnya semalam.

Ini aneh, sungguh sangat aneh. Ia tidak bisa berkonsentrasi ketika menatap strategi penghancuran kapal dari Mesir itu. Kepalanya penuh dengan kekhawatirannya tentang kondisi Naina. Merasa tidak berguna karena pikirannya terbagi pun Kyran akhirnya meninggalkan perkemahan para prajurit yang letaknya cukup jauh dari perkemahan Naina, dan bergerak menuju Naina. Sebaiknya ia memastikan bahwa Naina baik-baik saja.

Kyran merasa benci pada perasaan ini, benci karena konsentrasinya terbagi. Ini bukan dirinya yang biasa, semua karena kekuatan sihir Naina yang begitu kuat. Ya, Kyran masih beranggapan bahwa semua keganjilan yang ada pada dirinya karena sihir dari Naina.

Kyran sadar bahwa dirinya telah disihir, sihir yang begitu kuat. Tapi, ia tetap tidak bisa melawan sihir ini. Semakin ia melawan maka semakin terpecah konsentrasinya. Sadar bahwa ia memang tidak bisa mengelak lagi dari sihir ini, maka Kyran memutuskan untuk mengikutinya. Kemana sebenarnya sihir Naina ingin membawanya? Jadi, disinilah Kyran sekarang. Berada di depan tenda Naina.

Menyibak pintu tenda Naina, kyran masuk dan mendapati Deena sedang mengompres Naina. Perlahan Kyran pun mendekati pelayan itu.

"Bagaimana keadaannya?" Suara Kyran membuat Deena terlonjak, hampir saja kain basah itu terlepas dari tangannya.

Deena berdiri dan langsung membungkuk. "Demamnya masih tinggi dan putri belum makan sama sekali," jawab Deena.

"Kenapa belum makan?"

"Terlalu lemah untuk bangun," jawab Deena.

"Bawa kesini makanannya." Kyran pun mengambil tempat Deena tadi lalu mengawasi wajah Naina yang pucat. Pelan-pelan dibukanya cadar Naina, dan seketika itu juga Naina membuka matanya karena sentuhan jari-jari Kyran.

Kyran tersenyum, kegiatan membuka dan memasang lagi cadar Naina menjadi kegiatan yang menyenangkan. Apa lagi hanya dirinya yang bisa melihat wajah rupawan ini.

"Ini tuan." Deena datang dengan makanan yang masih hangat. Roti dan kaldu ayam yang masih hangat.

"Naina, kau bisa makan? Makanlah sebelum rotinya mengeras." Kyran menarik Naina agar wanita itu duduk.

Naina yang terpaksa duduk harus menopang tubuhnya dengan tangan. Melihat itu, Kyran mengambil inisiatif lain. Ia menggeser duduknya di belakang Naina, lalu menyandarkan punggung Naina di dadanya, seperti di atas kuda sore tadi.

Naina memang terlihat begitu lemah, mungkin karena udara yang semakin dingin karena mereka begitu dekat dengan laut. "Dingin?" Naina mengangguk lemah. "Pergi ke Tala, dan minta beberapa selimut lagi." Setelahnya langkah kaki Deena pun menjauh.

Kyran mengambil roti yang dibawa oleh Deena, mencuil sedikit rotinya, mencelup ke dalam supnya dan menyuapi roti itu ke mulut Naina. Naina membuka mulutnya lemah lalu mengunyah pelan, sangat pelan. Namun, Kyran menunggu dengan sangat sabar. Lalu mengulangi lagi apa yang ia lakukan sebelumnya dan menyuapi Naina lagi.

Setelah suapan kesepuluh Naina berujar pelan. Tenaganya sudah sedikit terisi karena makanan itu. "Maaf," bisik Naina.

"Untuk apa?"

"Karena merepotkanmu."

"Ini tidak merepotkan. Habiskan."

Naina menggelengkan kepalanya. "Sudah, aku kenyang."

WARLORD'S FATEWhere stories live. Discover now