Part 8 - Prince of Persia

49K 3.1K 121
                                    

Yg di multipeda itu putri Mesir ya. Hehehe

Ini ngetiknya, sambil tiduran dan terserang demam. Gila ya, lagi sakit malah imaginasi merajalela. Wkwkwkw..

Sorry, updatenya lama, happy reading aja. Sorry for typos. I'm a quen of typo

@

Mata hitam wanita itu menatap sosok laki-laki di depannya dengan berang. Kebahagiaan yang tadi ia rasakan sesaat setelah King Dariush menyatakan dirinya sudah menikah dengan laki-laki yang diinginkannya menguap begitu saja. Bagaiamana tidak? Ia datang jauh-jauh dari Mesir hanya untuk menikah dengan Kyran, tapi apa yang dilakukan oleh King Dariush? Ia meremehkan dirinya dengan menikahkannya dengan Pangeran yang lain. Pangeran Bardia.

"Aku yakin ada kesalahan disini." Suara Zahra terdengar sarat akan kemarahan, geramannya pun terdengar mengerikan untuk Bardia yang tidak pernah berhubungan dengan orang-orang bertemparmen tinggi seperti Zahra.

"Apa yang salah, putri? Kau tidak menyukai semua makanan mewah ini?" Bardia mencoba mencari tahu apa yang membuat putri Mesir itu marah. Kamar pengantinnya malam ini dihias lebih indah dari kamar-kamar pengantinnya sebelum ini, bahkan dari semua istri yang sudah ia nikahi, Bardia tidak pernah merasa diperlakukan seistimewa ini. Semua makanan terbaik yang biasanya disajikan hanya untuk ayahnya sekarang tersaji di atas meja.

"Salah, karena bukan kau yang ingin kunikahi," teriak Zahra. "Aku harus mengajukan keberatakanku pada King Dariush." Zahra memutar tubuhnya, berjalan keluar dari kamar yang indah itu.

Bardia yang merasa ditolak pun mengikuti Zahra yang berjalan di depannya. Bukan dia yang ingin dinikahi? Lalu siapa?

Zahra berbelok di ujung koridor besar yang membawanya ke kediaman King Dariush. Meskipun ia dibimbing ketika berjalan menuju kamar pengantinnya tadi, ia tetap tidak mengendurkan pengawasannya dengan memperhatikan setiap sudut kerajaan itu, dan hasil dari pengawasannya tadi, ia tahu dimana letak kediaman Dariush.

Di depan pintu kamar Dariush berdiri dua penjaga dengan pedang tersarung di pinggang mereka masing-masing. Langkah Zahra yang ingin menerobos pun terhenti ketika kedua laki-laki itu menghadangnya.

"Aku ingin menemui King Dariush," ujar Zahra lantang agar Dariush yang berada di dalam kamarnya pun bisa mendengar suaranya.

"Saat ini King Dariush sedang ada tamu penting," jawab salah seorang pengawal yang menghadangnya.

Zahra menyipitkan matanya kepada sang pengawal. "Kau berani menentangku? Aku ingin mengajukan keberatan, karena King Dariush telah melakukan kesalahan."

"Meskipun begitu, putri. Anda tetap tidak bisa masuk ke dalam, karena king Dariush sedang membicarakan hal penting dengan panglima perang."

"Kau??"

"Sudah, izinkan saja dia masuk." Suara Bardia menengahi perdebatan antara Zahra dan sang pengawal.

Sang pengawal menatap Bardia dengan sikap yang hormat, namun tidak patuh. "Maaf pangeran, tidak ada yang boleh mengganggu."

"Jadi kau mengabaikan perintahku?" Punggung Bardia berdiri tegak. Biasanya ia tidak akan marah jika ia dilarang bertemu dengan Dariush selagi membicarakan masalah politik, tapi kali ini ia merasa harga dirinya dipertaruhkan di depan istri barunya katika dia, seorang pangeran dilarang bertemu dengan ayahnya sendiri.

"Maaf, pangeran Bardia, tapi..."

"Sudahlah, lebih baik pertemukan saja kami." Zahra sudah mulai kehabisan kesabarannya.

"Tidak ada yang boleh bertemu dengan King Dariush saat ini." Suara pengawal itu pun semakin meninggi.

Perdebatan akan kembali terjadi ketika pintu besar itu terbuka, menampilkan sosok Kyran yang bertubuh kekar dengan sorot matanya yang tajam dan menakutkan. "Ada apa ini?" Suara berat yang membuat semua prajuritnya tunduk itubpun terdengar.

WARLORD'S FATEWhere stories live. Discover now