28

742 145 9
                                    

Aku bukan dia, dan dia bukanlah aku. Ketika kegelapan menyelimuti hati dan pikiran seseorang, maka orang itu tidak akan sadar apa yang telah ia lakukan.

Namun ketika orang itu terus mencoba bangkit dari keterpurukan di lembah kegelapan, maka usahanya akan membawa cahaya yang membuat jalannya terlihat tanpa tergoyahkan.

Hati, pikiran, dan emosi manusia berbeda-beda tergantung kepribadian mereka. Termasuk aku yang hanyalah tokoh tambahan yang mencoba mengikuti alur dunia yang belum diketahui akhirnya.

Menjadi seseorang yang lain, mencoba hidup di bawah naungan emosi yang labil. Seseorang ingin hidup dengan tenang, tapi di sisi lain hidupnya selalu terancam. -(Name).

________________________________

"Wah Bakugo, aku baru tau kalau kau sangat lihai menggunakan pisau!" Gadis mochi itu memperhatikan Bakugo yang kini tengah memotong sayuran dengan cepat. Namun balasannya cukup membuat aku yang mendengarnya jengkel. "Mana ada orang yang payah dalam menggunakan pisau!"

Ada.

Itu saya.

Huhu...

Disini doang sih.

Masalahnya, tubuh ini punya ketakutan tersendiri terhadap barang-barang atau alat yang tajam. Terutama pisau lipat. Yah... Walaupun bentuknya agak berbeda dengan pisau pada umumnya, tetap saja aku agak bergidik ngeri pas liat orang-orang mencincang bahan makanan dengan cepat. Apalagi suaranya itu...

Bikin ngilu.

Aku mendapat bagian untuk membersihkan sayuran dan bahan makanan yang lainnya. "Hei (Name)! Bisa gantikan aku mencincang ini? Aku kebelet pengin ke toilet!" Aku mendengar seruan Mina yang langsung auto ngacir menuju toilet.

Aku diam.

Diam.

"Woi! Kau disuruh motong sayuran ngapain malah bengong?!"

Nggak usah teriak di depan telinga aku juga anjir, budeg lama lama aku ini.

Aku kemudian menolehkan kepala, menatap Uraraka yang juga sama tengah menatapku heran. "Uraraka, kau yang ambil tugasnya aja ya? Aku yang anterin kayu bakar, sekalian juga nganterin ini sayuran ke Iida."

Uraraka ber-oh pelan, lalu kemudian menyodorkan kayu bakarnya dan mengambil alih tugasku.

"Geh, ternyata ada juga orang yang payah menggunakan pisau." Ujar Bakugo sinis, aku memang sudah berlalu, namun aku masih merasakan ia menatapku dengan tatapan meremehkan.

Ya, aku payah. Aku akui itu.

________________________________

"Maaf, tapi kelompok yang tidak lulus ujian, akan bersama ku untuk mendapatkan pelajaran tambahan." Ujar Aizawa-sensei sembari menyeret lima orang muridnya.

"YANG BENAR SAJA?!"

"Maaf, latihan tadi siang belum cukup. Terpaksa kita lanjutkan malam ini."

"LEPASKAN KAMIIII!"

.... Ingin ngakak tapi itu temen sendiri.

Kalau pada anime asli, maka Midoriya seharusnya sendirian. Tapi karena ada aku yang membuat kelas A berjumlah 21, maka dengan pengurangan 5 murid, maka masih genap.

Aing... Sama siapa?

Dilema seperti di USJ.

"Baik, kelas B yang pertama menjadi hantu. Siswa kelas A satu tim terdiri dari dua orang, dan masing-masing tim akan berangkat setiap 3 menit."

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang