79

325 66 5
                                    

Ntahlah.

-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-






















"Ectoplasm-sensei, kenapa Cementos-sensei juga ikut jadi lawan ku?!" Ku ajukan protes kala salah satu dari guru-guru itu hendak melancarkan serangan mereka. Ectoplasm cuma menjawab kalau itu adalah perintah dari kepala sekolah.

Ugh, sialan memang kalau begini.

Syaratnya aku menang adalah kalau aku berhasil melumpuhkan dua guru itu dalam waktu maksimal satu jam. Mana itu Ectoplasm habis karaokean, Cementos-sensei malah bangun dinding tebel banget haduh. Mana kuat aku nembusnya, juga aku nggak terlalu paham mana Ectoplasm yang asli.

Mendo, mana mendiang tangan kiri udah nggak ada. Yosh, sekarang cuma bisa tersenyum sambil jadi muridnya Koro-sensei.




































Yah, karena cuma ada guru U.A doang, jadi nggak ada masalah jika aku menggunakan quirk telekinesis ke titik kritis bukan? Saa, kita mulai.

Icy Frost.

Aku bergerak maju sembari menembakkan peluru es ke arah kloningan Ectoplasm. Kloning yang berjumlah sekitar 10 itu berhasil menghindar dengan mudah, karena teknik ini tidak efektif, jadi kita ganti yang lainnya.

Murasaki Hell Fire.

Kaki ku langkahkan dengan cepat mendekati mereka semua, kemudian ku arahkan tangan kananku dan blar! Mereka semua terbakar dan menghilang, namun tak cukup sampai disitu, tanah beton tiba-tiba bergerak dan hendak menelanku kalau aku tidak segera melompat dan terbang di udara bak malaikat tanpa sayap.

Kalau begitu,

Level Up Mode.

Saat aku sampai di tanah, aku segera menggerakkan tangan kananku ke tanah dan membuat Barrier of Gaia, dengan ketebalan yang tidak terlalu, namun daya tahannya cukup kuat untuk memblokade serangan dari Cementos-sensei.

But, strategi guru-guru itu ternyata lebih efektif karena perbedaan pengalaman yang didapat diantara kami.

Dari arah belakangku, nampak beton yang mirip dengan air bergulung-gulung seperti ombak besar yang hendak memakan ku. Aku langsung saja melompat setinggi-tingginya, kalau tidak entah apa yang akan terjadi. Bahkan tembok bumi yang ku buat saja sampai hancur. Sasuga U.A.

Kalau begini terus nggak bakalan rampung juga sejam doang.

Aku mengambil dua buah tabung kecil dari jam tanganku yang ku pasang di tangan kanan. Sembari aku menggunakan detektor angin, aku melemparkan dua tabung itu ke arah atas. Saat gravitasi bumi mulai bekerja, tabung-tabung itu mulai melesat turun terbang ke arah Cementos-sensei dan Ectoplasm yang asli.

Gimana bisa saya nemuin yang asli?

Gampang bro, dia lagi bertengger di belakangnya Cementoss, mana lokasi mereka berdua ada di tempat yang sulit di jangkau untukku ini. Hampir saja detektor ku tidak bekerja karena banyaknya Ectoplasm yang mengganggu diriku ini.

Tubuhku masih luwes menghindari segala serangan, sementara dua tabung yang menancap dekat dua guru U.A itu segera saja mengeluarkan isinya berupa darah. Dan saat aku menyadari itu, maka tinggal menggunakan teknik,

The Shadows Out of Control.
















DUAR

BDUM

BLAR
















Pelaku backsound terakhir adalah aku. Kembali menggunakan Murasaki Hell Fire dan membakar semua kloningan Ectoplasm dengan mudah. Dengan demikian, aku langsung saja menuju lokasi dimana ledakan itu berasal.

Fall [Boku No Hero Academia × Reader] • END •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang