Kumcer 25 - Happy Dying

49 9 26
                                    

⚠️
TW // Rape/Abusive/Cursing/Death/Gore
.
.
.

***

Phoenix, Arizona masa kini...

Ketika umurnya 8 tahun, Lucy Dhepɵnt tersenyum lebar, dan tertawa riang bermain bersama kawannya di perosotan biru yang mulai mengelupas catnya. Ia akan berlarian kecil bersama Beth dan tidur siang dengan damai di panti sosial. Kamar kecil yang dihuni olehnya dan Beth terdiri atas kasur tingkat kuno yang bisa runtuh kapan saja. Lucy mengambil bagian bawah karena ia anak yang lumayan gemuk. Mereka akan saling bercerita hingga larut malam. Kemudian, Beth akan berbisik, "Sampai bertemu besok di dapur, Lu."

Lucy akan menjawab, "Ya, sampai bertemu dengan neraka (Sekolah) besok, Beth."

Mereka akan terlelap dan terbangun tepat pada pukul empat. Membereskan kasur, membantu bibi memasak di dapur, mengepel lantai, dan menyapu, kemudian mandi dengan antrean panjang, duduk di meja makan besar, dipimpin oleh Mrs. Leonor yang kejam, lalu berangkat ke sekolah dengan bus kota. Kembali lagi ke panti pada saat sore hari. Kegiatan mereka akan terus berulang.

Ketika umurnya 9 tahun, Lucy Dhepɵnt kehilangan teman sekamarnya. Elizabeth Jawwel diadopsi oleh seorang ibu yang cantik dan ayah yang tampan dengan pekerjaan mapan. Beth meninggalkan panti dan memulai hidup yang baru di luar sana, melupakan Lucy.

Ketika umurnya 10 tahun, Lucy Dhepɵnt mulai berpikir mengapa hanya ia yang sendiri di dunia, tidak memiliki siapa-siapa, dan melalui setiap harinya dengan kesedihan tiada tara. Tak ada lagi canda tawa yang menghiasi wajahnya. Namun, ia masih bisa tersenyum pada semua orang di Panti Sosial Mrs. Leonor Ivanka. Ia mulai menyukai kamar barunya yang meskipun masih sempit, namun ia bisa menguasai seluruh ruangannya. Ditemani boneka wortel kesayangannya, Lucy mulai membantu bibi panti memasak dan menyiapkan makanan untuk anak-anak lain yang baru datang karena ditinggalkan kedua orang tua.

Ketika umurnya 11 tahun, Mrs. Leonor memanggilnya. "Lucy Dhepɵnt, apakah kamu bersedia untuk pergi dari panti ini?" tanya beliau dengan wajah datar dan suara menyeramkan. Lucy tidak mengerti apa kesalahannya, tetapi Mrs. Leonor kemudian menjelaskan bahwa ada keluarga kecil yang ingin mengadopsinya. Ia sangat bergembira! Akhirnya ia bisa merasakan kehidupan Beth yang ia damba-damba!

Ketika umurnya 12 tahun, hidupnya berubah. Ia tersenyum semakin lebar menyambut hari dengan disapa sinar mentari yang hadir melalui jendela kamarnya yang luas. Dari ranjang dengan kasur empuk tempatnya memejamkan mata. Dari lemari kayu berwarna merah muda yang diisi pakaian mahal dan cantik dikenakannya. Belajar di atas meja kayu putih berisikan buku-buku yang dulu tak pernah bisa ia baca. Ibu yang cantik dan baik hatinya serta Ayah yang selalu membelikannya mainan baru sepulang kerja. Kehidupannya sempurna!

Ketika umurnya 13 tahun, Ibunya pergi untuk selama-lamanya. Ayahnya mulai gila, tidak pernah masuk bekerja, memukulnya, manampar pipinya, melayangkan tatakan kayu ke atas kepalanya, mendorongnya hingga jatuh dari tangga, sering mabuk bersama teman-temannya, dan di umurnya yang masih 13 tahun, Lucy Dhepɵnt mulai mengenal arti bercinta.

Setiap malam, di rumah mewah milik Richard Blanxton, teman-teman ayahnya selalu berkumpul ria. Tidak hanya menawarkan musik memekakkan telinga, tetapi juga obrolan sampah yang nyata. Kepergian istrinya membuat Richard menjadi gila. Ia tidak peduli lagi dengan siapa-siapa, hanya mabuk, mabuk, mabuk, hingga batas kesadarannya tiada. Mereka bahkan membawa jalang-jalang itu untuk diajak bercinta sampai pagi buta. Tidak ada lagi pembantu rumah tangga, memaksa Lucy Dhepɵnt untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, bahkan melayani pesta Ayahnya.

"Pergilah, John, sekarang giliranku menciumi puting indah wanita itu."

"Bawa ke sini putri angkatmu itu, Richard! Dia seperti bunga yang baru mekar. Pasti kita akan melewati malam-malam indah bersamanya!"

Badannya gemetar. Lucy mendengarnya dengan jelas. Salah seorang teman Ayahnya yang bertubuh tinggi, tegap, dan tengah mabuk akibat vodka mendatanginya di dapur. Lucy menjauhinya dan berniat untuk lari namun sayang, badannya yang mulai kecil dan ramping dapat dengan mudah ditangkap olehnya. Ia lalu dibawa ke ruang tengah, tempat pesta berbulan-bulan itu diadakan. Bergabung dengan setidaknya lima belas orang pria dewasa berjanggut kasar dan bertubuh gempal, dua puluh lima wanita panggilan yang kini tubuhnya sangat lemas akibat seks yang tak pernah mengenal kata lelah, serta botol-botol alkohol, rokok, makanan, sampah, suntikan, alat penghisap, serta ganja.

Lucy Dhepɵnt menangis.

"Hah! Kenapa kau menangis gadis muda, ayo ke sini, duduk di pangkuanku."

Salah seorang lain yang kini telanjang bulat mendekat ke arahnya. "Harus ku apakan tubuh kecilmu ini?"

Dua orang lain turut mendekatinya dan mengendus lehernya. "Buka pakaianmu."

Malam itu adalah mimpi buruk. Malam itu, di usianya yang ke-13 tahun, Lucy mengalami mimpi buruk yang akan terus menghantuinya seumur hidup. Ia dilecehkan, ia diperkosa, ia dipaksa menuruti semua kemauan bangsat-bangsat itu. Tubuh kecilnya lemah, dipenuhi banyak bekas luka, kulit selangkangannya terbakar akibat puntung rokok yang ditempelkan Ayah angkatnya. Biadab!

Lucy Dhepɵnt menangis. Malam itu. Dan ia akan menangis sepanjang hidupnya.

Ketika umurnya 14 tahun, teman-teman Ayahnya yang berpesta mulai berkurang jumlahnya. Tidak ada lagi wanita-wanita panggilan, tidak ada pria telanjang, dan tidak ada teriakan orang bercinta. Musik yang menjengkelkan telinga mulai tak terdengar suaranya. Saat itu, Lucy Dhepɵnt telah diperkosa setidaknya seratus lima belas kali, siang dan malam, dari pagi hingga bertemu pagi selama berbulan-bulan. Tubuhnya yang semula ideal kini hanya tinggal tulang. Wajahnya menirus, meninggalkan goresan kepedihan dan kemurungan. Ia dipukuli hingga mampus. Ia tak bisa melawan dan hanya ingin Tuhan mencabut nyawanya detik itu juga.

Keadaan rumah mewah itu kini lebih mirip hotel terbengkalai dengan bau bangkai. Ayahnya—Si Bangsat itu tertidur pulas. Masih dengan dua botol alkohol di genggamannya, namun bisa dipastikan Richard Blanxton benar-benar tertidur. Napasnya begitu tenang meski menguarkan bau rokok dan minuman keras.

Lucy marah. Dia ingin pulang. Ingin kembali pada kehidupannya di panti. Kalau saja Lucy tahu bahwa suatu saat ia akan kehilangan keperawanan, mental, hinga nyaris hidupnya, ia akan tetap memilih tinggal di ruangan sempit panti Mrs. Leonor. Ia akan dengan senang hati mengepel dan memasak untuk anak-anak sebatang kara lainnya. Ia tidak akan mau diadopsi oleh manusia anjing itu!

Maka, di umurnya yang ke-15 tahun, ia membersihkan seluruh rumah dengan sangat baik. Menatanya dengan rapi. Lalu, ketika lagu natal tahun itu tengah diputar, Lucy menutup semua jendela dan pintu, menguncinya. Ia berjalan pelan tanpa alas ke dapur, mengambil sebilah pisau. Dengan dress putih selutut milik Ibu angkatnya, gadis itu mulai menaiki anak tangga, sembari bersenandung lagu Jingle Bells dengan riang.

Kenop pintu itu tentu saja tidak dikunci. Richard Blanxton tertidur di sana, dengan kaos tipis hitamnya. Lucy membuka pintunya, dan perlahan mematikan lampu kamar. Ia mendekati Ayahnya—Manusia biadab—itu dan mencium keningnya. Dengan senyum menyeringai, Lucy Dhepɵnt mulai membuka resleting celana hitam itu. Menariknya pergi hingga menyisakan tubuh telanjang Richard. Gadis itu hanya melaksanakan tugas terakhirnya, bermain-main dengan pisau dapur yang sangat tajam di tubuh Ayahnya.

"Terimakasih sudah mengajariku banyak hal, Papa. Ini hadiah natal untukmu..."

Dan dress itu kini berwarna merah menyala.

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

TAMAT
Kumcer 25 - Happy Dying

HarmoniWhere stories live. Discover now