sepotong kue dari Bunda

246 34 241
                                    

Happy reading

_*_*_*_*_*_*_

"Pagi cantiknya Raga."

Dania sedikit terlonjak ketika sepasang tangan melingkar erat di perutnya. Sang pelaku tertawa kecil ketika sebuah cubitan mendarat di lengannya. Bukannya berhenti, dia malah menelusup kan kepalanya di leher Dania. Menghirup aroma vanila yang mampu menenangkannya.

"Pagi juga gantengnya, Bunda. Kamu tuh, ya. Suka banget bikin Bunda kaget. " Dania- sang bunda membalas sapaan Raga dengan di akhiri sedikit omelan.

"Bunda masak apa?"

"Nasi goreng kesukaan gantengnya Bunda, dong."

Raga melepaskan pelukannya dari Dania. "Bunda ih, masih pagi udah bikin Raga malu."

Dania tertawa melihat Raga yang menutupi wajahnya. "Duduk gih, sana. Kita sarapan bareng."

"Siap." Raga memasang pose hormat sembari berlari kecil menuju meja makan.

Raga menatap hidangan di depannya dengan berbinar. Walaupun hanya dua piring nasi goreng, dia sudah sangat bahagia. Karena Dania-lah yang membuatnya. Baginya, masakan sang bunda melebihi restoran bintang lima. Ibu dan anak itu menyantap sarapannya masing-masing dengan khidmat.

"Hari ini Bunda ke toko?"

Dania mengangguk. "Kalau Bunda gak  pergi, siapa lagi yang ngurusin toko."

"Kalau gitu. Raga anterin,ya?"

"Gak--"

"Penolakannya, Raga tolak."

"Tuh kan. Kalau Bunda gak mau, pasti maksa."

_*_*_*_*_*_*_

Sesuai dengan janjinya, Raga mengantar Dania ke toko kue. Toko yang di bangun Dania setelah bercerai dengan Juan- suaminya sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu umur Raga baru menginjak tujuh tahun. Dia terpaksa kerja banting tulang untuk membangun toko itu, dan sekarang tokonya sudah berkembang pesat.

"Hati-hati di jalan. Jangan kebut-kebutan. Kalau ada apa-apa hubungi Bunda," ujar Dania memperingati.

"Iya Bun, iya. Raga pamit dulu." Raga mengambil tangan Dania dan menciumnya. Dia menyempatkan untuk mencium pipi sang bunda sebelum pergi ke sekolah. Itu sudah menjadi rutinitas nya setiap hari.

"Assalamualaikum. Cantiknya Raga."

"Wa'alaikumsalam. Gantengnya Bunda."

_*_*_*_*_*_*_

"Cinta di tolak dukun bertindak." Vano berujar dengan pelan. Raga yang duduk di sampingnya tentu saja mendengar dengan jelas apa yang cowok itu ucapkan. Matanya terbelalak kaget. Tidak menyangka Vano akan berbuat hal sekeji itu.

"Wahh, parah lo, Van. Kalau Gea gak mau sama lo terima kenyataan aja lah. Jangan pakai dukun segala. Kasian anak orang."

"Maksud lo apa, Ga?" tanya Bintang penasaran. Dia memutar badannya supaya berhadapan dengan Raga yang duduk di belakang.

"Nih, Vano mau guna-guna si Gea. Karena dia di tolak."

Vano menjitak kepala Raga, hingga si empu mengaduh sakit. "Enak aja lo ngomong. Gue cuma baca judul FTV bukan mau guna-guna Gea." elaknya. Tentu saja dia tak terima di fitnah seperti itu. Mau di taruh kemana wajah tampannya.

CINTA RAGAWhere stories live. Discover now