12. Preman itu lagi

48 5 0
                                    

Arum tiduran di salah satu ranjang di UKS. Zion datang membawakan teh hangat dari kantin dan juga beberapa roti beraneka ragam rasa.

"Minum dulu teh angetnya." Zion menyodorkan gelas berisi teh hangat.

Setelah minum teh hangat yang dibawa Zion, Arum kembali membaringkan badannya sambil meringis menahan sakit. Yang ia butuhkan saat ini hanya tidur.

Arum terbangun saat mendengar bel berbunyi dan tak lama kemudian suara gadis-gadis berceloteh dengan nyaring, dan langkah sepatu yang menggema di koridor sekolah karena anak laki-laki berlarian keluar kelas dengan hebohnya.

Arum melihat jam yang ada di UKS. Ini sudah waktunya pulang. Lantas ia mengedarkan pandangannya hingga matanya jatuh ke arah Zion yang tertidur di ranjang di sebelahnya.

Namun fokus Arum tertuju ke arah tas miliknya.

Turun dari ranjang, gadis itu langsung menyambar tas miliknya lalu mengambil selembar kertas dan menuliskan kata terima kasih kepada Zion yang telah membantu dan menemaninya. Meskipun Arum tahu kalau alasan Zion menemaninya karena laki-laki itu ingin tidur di UKS.

Arum tak enak membangunkan tidur laki-laki itu yang tampak pulas. Sehingga ia memilih menuliskan kata terima kasih dan meletakkannya di atas tangan Zion yang terlipat di dada.

Arum buru-buru pergi. Gadis itu tersenyum lantaran langsung ada angkot yang berhenti setelah ia keluar dari gang.

Tak menunggu waktu lama Arum langsung naik. Namun hal yang tidak terduga terjadi, tiba-tiba Zion masuk ke dalam angkot, duduk di sampingnya.

"Jalan pak," ujar Zion.

"Nanti dek, itu masih ada yang mau naik juga," sahut sang sopir angkot saat melihat beberapa gadis berjalan mendekat.

Zion menyodorkan uang kertas berwarna merah sebanyak dua lembar kepada sopir angkot.

"Uang ini cukup kan bang buat sewa angkot ini?"

Terlihat cengiran diwajah sang sopir. "Cukup dek," sahut sopir angkot dan langsung melajukan angkot tak peduli dengan para calon penumpang yang hendak naik.

Tak lupa pria itu mengambil alih uang kertas dari tangan Zion.

"Pacarnya ya dek?" Sang sopir melirik Arum melalui kaca spion bagian tengah.

"Iya, cantik nggak bang?"

"Cantik, cocok sama adek," sahut sopir sambil terkekeh. Pria itu tampak sumringah setelah mendapat uang dua ratus ribu dari Zion.

Wajah Arum mendadak terasa panas. Pacar katanya?

"Kiri bang!" ujar Arum dengan wajah merah padam.

"Ini bang uangnya," ujar Arum menyerahkan sejumlah uang.

"Ambil aja dek, udah dibayar sama pacarnya," ujar sopir angkot yang melirik ke arah Zion. Dengan terpaksa Arum menyimpan kembali uangnya, lumayan untuk membeli sesuatu.

Arum berjalan diikuti oleh Zion di sampingnya.

"Rumah Lo di sekitar sini?" Zion mencoba memecah keheningan yang tercipta sedari tadi.

"Nggak," sahut Arum.

"Lo udah nggak pa-pa?"

"Iya, dan makasih udah nemenin di UKS," ujar Arum kikuk.

"Hmm," sahut Zion seraya melirik ke samping. Arum yang kebetulan menoleh menjadi semakin kikuk dan buru-buru mengalihkan pandangannya.

Zion tersenyum melihat reaksi Arum ketika ketahuan menatap wajahnya.

ZionWhere stories live. Discover now