21

632 145 5
                                    

***

Ini hari yang berbeda. Jiyong baru saja masuk ke rumah Lisa ketika langkahnya harus berhenti sebab ada banyak sepatu di depan pintu rumah gadis itu. Lisa yang mendengar pintunya di buka pun bergegas lari, menghampiri orang yang datang. "Oh! Oppa masih hidup?" tanya Lisa begitu melihat Jiyong datang. Menurut Lisa, mereka sudah satu minggu tidak bertemu, tapi tidak begitu menurut Jiyong.

"Huh? Kita bertemu di kelas tadi pagi," balas Jiyong, yang dengan kakinya menendang pelan sepatu di depan pintu. "Siapa yang datang?" tanyanya, dan di saat itulah beberapa orang menghampiri mereka. Menyapa sang profesor yang baru saja datang ke rumah wanitanya. Membungkuk dengan sopan sebab ada dosen mereka di sana.

Ada tujuh mahasiswa di rumah Lisa, termasuk Taeyong, Mina juga Jaehyun. Karena Jaehyun, Lisa akhirnya bersedia membantu club musik untuk konser akhir tahun mereka. Ia tidak bisa menolak Jaehyun, sebab katanya Lisa sudah melukai harga diri pria itu— insiden pergi ke kebun binatang. Jiyong telihat canggung dengan kedatangan beberapa mahasiswanya dan untungnya Lisa menyadari perasaan itu. "Lanjutkan yang tadi, rancangan dananya masih perlu diperketat," kata Lisa, yang selanjutnya berkata kalau ia akan keluar sebentar.

Rumah Lisa terlalu ramai untuk berbincang, jadi Lisa mengajak Jiyong untuk bicara di rumah pria itu. "Kau bilang, kau ada rapat dengan panitia konser, rapatnya di rumahmu?" tanya Jiyong setelah mereka masuk ke dalam rumahnya.

"Aku tidak bilang kalau rapatnya di rumahku?" Lisa balas bertanya. "Sepertinya aku sudah bilang... Tadi sore aku mengirim pesan padamu, aku ada rapat dengan panita konser untuk membicarakan masalah dana dan bla bla bla, lalu oppa membalasnya setelah dua jam, oppa baru selesai menguji dan oppa menyuruhku hati-hati. Lalu aku bilang aku kalau aku ada di rumah, oppa membalasku satu jam kemudian dan isinya— baiklah," ocehnya sembari membuka lemari es di rumah pria itu, melihat isinya yang sekarang hampir kosong. Hanya ada sekaleng kopi dan dua kaleng red bull di sana. Sudah lama Jiyong tidak pergi berbelanja.

"Sepertinya aku yang salah paham, aku pikir kau sudah pulang dan langsung pulang selesai rapat," kata Jiyong, yang kini duduk di meja makannya, di atas meja sembari memperhatikan Lisa yang mendengus karena tidak menemukan apapun yang bisa ia makan dari lemari esnya. "Apa yang kalian bicarakan? WINNER benar-benar akan datang ke acara itu? Gratis?" tanya Jiyong dan Lisa menggeleng.

Lisa menghampiri Jiyong di meja makan, duduk di atas mejanya sama seperti Jiyong, tepat di sebelah pria itu sembari menaikan kakinya ke atas kursi. Menatap lemari es yang sudah ia tutup pintunya, mencoba mencari tahu apa yang sedang Jiyong perhatikan dari duduk di sana. Ia tidak tahu, kalau dirinya lah yang sebenarnya sedang Jiyong perhatikan tadi.

"Hanya Mino," jawab Lisa. "Jadwalnya tidak cocok, Kim Jinwoo dan Lee Seunghoon punya rencana lain, kalau Seungyoon masih diusahakan. Mino dan Seungyoon bisa datang tanpa perlu membicarakan badget dengan agensi, mereka berdua bisa datang sebagai mahasiswa. Mereka bisa datang hanya untuk bermain. Tapi... Rasanya salah kalau mereka kemudian pulang dengan tangan kosong. Lalu ada masalah rundown juga. Lalu yang paling, bagaimana caranya menjual tiket karena sampai hari ini tiketnya belum banyak terjual. Kalau memasang wajah Mino dan Seungyoon di tiket, kami harus membayar ke agensi, mengatur kerja sama bla bla bla, waktunya terlalu sempit," cerita Lisa.

"Rekrut saja Mino sebagai panitia dan suruh dia menjual tiketnya," gumam Jiyong. "Tapi dia belum tentu mau," susulnya.

"Itu mungkin dilakukan, tapi bagaimana caranya membujuknya?" gumam Lisa. "Ah... Biar mereka saja yang berfikir, aku hanya membantu. Bukan panitia sungguhan," katanya kemudian.

"Kalau begitu kembali lah, mereka pasti menunggumu sekarang," kata Jiyong. "Aku akan kembali bekerja," tambahnya.

Lisa menggelengkan kepalanya. Gadis itu kemudian melangkah ke sofa, berbaring di sana dan meminta Jiyong untuk mengizinkan tetap di sana. Ia lelah dan belum ingin kembali. "Dulu aku tidak tahu apa itu lelah, tapi sekarang aku berteman akrab dengannya," kata Lisa, yang justru memakai selimut tipis di atas sofa untuk menyelimuti tubuhnya. Gadis itu ingin tidur sebentar di sana, sebab sejak sore tadi Jaehyun dan teman-temannya tidak juga pergi dari rumahnya.

Profesor Kwon melangkah mendekati sofa. Ia usap dahi calon tunangannya, menyuruhnya beristirahat. Ia juga bilang kalau dirinya akan pergi ke kamar dan bekerja di sana, namun kata-kata Lisa menghentikan langkahnya. "Oppa, kalau kita menikah nanti, aku ingin tidur terpisah darimu," katanya tiba-tiba, tentu membuat Jiyong berhenti kemudian berbalik dan menatapnya. "Aku tidak mau tidur dengan makalah dan laptop, kalau oppa tidak bisa merelakan mereka, aku akan tidur di kamar lain- tidak, kalau kita menikah, kamar utama jadi milikku, bukan begitu? Oppa yang harus tidur di kamar lain. Karena itu, berlatihlah untuk tidur dengan wanita, jangan terus tidur dengan laptopmu, dia bahkan tidak cantik, she's so flat, kenapa kau suka sekali tidur dengannya?" susulnya.

"Berlatihlah untuk tidur dengan wanita? Aku boleh tidur dengan wanita lain? Sungguh?" tanya Jiyong, menunjukan wajah bingungnya meski ia tidak benar-benar merasa begitu. Dirinya tahu Lisa tidak sungguh-sungguh.

Lisa lantas sandar kalau ia baru saja memilih kata-kata yang salah. "Aku tarik lagi kata-kataku, laptopmu cantik, tidurlah dengannya," ralatnya, namun Jiyong tidak ingin mengakhirinya begitu saja.

"Kenapa kau menarik lagi kata-katamu? Bukan itu maksudmu? Uhm... Apa maksudmu kau ingin berlatih tidur denganku?" susul Jiyong, yang posisinya masih sama seperti sebelumnya— berdiri beberapa langkah dari sofa, dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. "Aku sudah lama tidur sendirian, berlatih tidur dengan seorang wanita kedengarannya menarik," susulnya, menggoda Lisa yang sekarang menutupi wajahnya dengan selimut.

"Pergilah bekerja, jangan menggangguku, aku ingin istirahat," kata Lisa kemudian, sebab ia tidak punya argumen apapun untuk membalas Jiyong.

"Heish... Tidak bisa begitu, kita harus menyelesaikan obrolan ini dulu," tolak Jiyong. "Mana yang kau maksud? Tidur dengan wanita lain, atau denganmu?" katanya, sembari menahan dirinya untuk tidak tertawa saat itu. Lisa yang sekarang malu, terlihat menarik baginya.

Sayangnya, Dewi Fortuna masih memihak pada Lisa. Sebab belum sempat gadis itu menjawab calon suaminya, bel pintu di rumah Jiyong sudah lebih dulu di tekan. Mendengar suara bel itu, Lisa buru-buru bangkit. Jiyong juga menoleh ke pintu, berencana untuk membukakan pintu itu namun ada gadis yang sudah lebih dulu berlari melewatinya, membukakan pintu dan melihat Jung Jaehyun yang ada di depan pintunya. Jaehyun mengatakan kalau mereka— ia dan teman-temannya— akan pulang sekarang. Urusan hari ini, bisa mereka bicarakan lagi di kampus, besok. Lisa baru saja diselamatkan dari pertanyaan menjebak yang tidak bisa ia jawab.

***
Aku ga bilang mau ngetik ending... emang mau bikin adegan sedih sih :( tapi kayanya masih perlu beberapa part pengantar sebelum adegan sedih itu. Biar ga tiba-tiba bom jatoh

Gasoline Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang