Sama Saja

147 17 9
                                    

Niki, lelaki bernama lengkap Tristan Ursa Aranniki, kini tengah memandang Jungwon yang uring-uringan. Selalu seperti ini, ketika Jungwon sedang marahan dengan Jay, ia pasti terlibat di dalamnya. Niki sebenarnya tak mau, hanya saja ia tak akan pernah bisa menolak sahabat kecilnya itu.

"Won udahan kenapa sih marahnya, chat Jay nggak mau lo bales? Udah lewat berapa hari lo ini"

"Gengsi Nik"

"Gila aja lo Won, Jay udah buang gengsi dan egonya jauh-jauh dengan ke sini dan ngebiarin gue di sini. Kalo lo masih gengsi berarti masalahanya di elo anjir"

"Lo mau ikutan salahin gue?"

"Jay juga salah Won, cuma sikap lo yang berlarut-larut kaya gini bikin semua tambah runyam"

"Tapi dia udah janji Nik, banyak janji yang udah dia langgar. Nggak ngerokok lah, nggak minum lah, nggak sering pulang malem lah. Tau instagramnya gue yang pegang tapi dia masih gatel aja balesin cewek-cewek yang entah kenal dari mana. Harus gue blok satu-satu biar pada mingkem"

"Anjir obsesive itu Won namanya"

"Nggak Niki gue udah lakuin ini dengan persetujuan Jay, dia harusnya konsekuen dong dengan segala pilihannya"

" Bisa jadi Jay selama ini ngeiyain lo karena ya biar lo diem aja anjir. Won, Jay itu besar dI Amerika land of freedom lah elu yang baru dateng tiba-tiba ngerecokin hidupnya yang bebas itu. Lo kira ngerubah yang udah ada sama dia dari lahir itu gampang?"

"Dia sering bilang 'cuma kamu Won yang bisa bikin aku lebih baik, makasih ya cimolku sayang' gitu. Berarti dia seneng kan gue atur-atur"

"Bisa gila anjir gue ngomong ama lo" ujar Niki sambil mengangkat tangannya.

"Lo emang gila" ucap jungwon sambil mencubit perut Niki.

"Won, gue bakal selalu berusaha ada buat lo. Tapi bukan berarti gue bakal selalu ada, kalo sikap lo kaya gini terus gue takut lo bakal disakitin orang banyak" ujar Niki sambil memegang pipi Jungwon. Keduanya memang sedekat itu.

Jungwon akhirnya mulai berpikir dengan jernih. Keputusannya kemarin tampaknya memamg berlebihan. Mendadak perasaan menyesal hadir dari dirinya yang belakangan mengabaikan Jay

"Kangen Jay, baikan kali ya?"

"Gitu kek dari kemarin anjir" balas Niki tak habis pikir.

"Nanti deh kalo Jay chat lagi. Sekarang temenin gue beli celana yuk buat Jay, kemarin dia pengen banget beli celana jeans baru cuma dianya belum sempat"

"Yaudah ayok, janji ya habis ini ngga usah marah-marahan kaya gini. Capek pol gue"

...

Yuna bersama Huening Kai kini tengah berjalan-jalan di sebuah Mall pusat kota Jakarta. Ia menemani Kai sang kekasih yang ingin membeli kemeja berwarna putih.

"Eh yang, itu si pacarnya Jay nggak sih?"

"Eh iya dia Jungwon ama yang pernah ribut ama Jay nggak sih" imbuh kai.

"Iya bener yang hampir bikin perang antar fakultas" jawab Yuna.

"Wah nggak bener nih kita harus bilang ke Jay" ujarnya sambil berusaha memfoto kedua orang yang sedang bergandengan dan terlihat sangat bahagia.

"Kita nggak berlebihan apa Yang? itu kan urusannya Jay ama pacarnya yang sekarang, kamu nggak usah ikutan lah" Balas Kai.

"Nggak bisa gitu Ningkai buleku sayang, walau udah mantan Jay itu orang baik. Gue nggak rela dia udah kaya orang mati di kosan malah pacarnya yang ngatur-ngatur itu lagi bahagia sama orang lain. Banyak yang lebih baik anjir, lagipula Jay tuh ga suka diatur ya. Nggak ada cocoknya sama yang ini" ujar Yuna memberikan pembelaan.

Back To YouWhere stories live. Discover now