Jungwon

147 20 12
                                    

Jungwon kembali memandangi hujan rintik balik jendela kamar masa kecilnya. Ia sekarang tengah ada di rumah keluarganya di Bogor.

Jungwon telah izin selama seminggu dari kuliah karena asam lambungnya yang terus naik. Rasanya sakit, tapi sakit di hatinya jauh lebih mendominasi.

Segala hal seolah bisa mengingatkannya dengan Jay, pria yang ia cintai. Apalagi tentang hujan dan Bogor. Air matanya kembali naik ke permukaan. Ia lelah menangis, hanya sajal hal ini yang ia bisa lakukan. Tak ada lagi Jay dalam hidupnya.

Jungwon kemudian membuka balkon kamarnya. Ia tak mempedulikan hawa dingin atau air hujan yang sekali dua kali menjatuhi tubuhnya.

Ia kembali memeluk dirinya. Kini ia sendirian, siapa lagi yang akan memeluknya? Pikir Jungwon. 

"Dek, kamu ngapain malem-malem di situ? Sini masuk, mana belum sembuh kan kamu" ujar Eunha yang tanpa Jungwon sadari masuk ke dalam kamarnya. Kakaknya itu langsung menyeret Jungwon masuk.

Eunha kembali menarik nafasnya keras, Jungwon menangis lagi. Selama ia hidup, Jungwon adalah seseorang yang tangguh. Walau hatinya rapuh, ia selalu berusaha menjadi kuat.

Tapi kini lihatlah adik kecilnya yang selalu berusaha kuat ini. Ia tak sama sekali mencoba bangkit, hanya tangis yang selalu ia dengar tiap kali memasuki kamar adiknya.

Eunha lama-lama kesal dengan Jay, Ia sebenarnya masih kukuh tak ingin menghakimi. Hanya saja melihat Jungwon yang seperti ini, jiwanya sebagai seorang kakak mau tak mau bangkit.

"Jungwon udah dong nangisnya dek, nggak capek? udah seminggu ini loh kamu nangi terus" ujarnya mencoba sabar. Jungwon masih menangis.

"Dek udah! kalo emang bukan jodoh emang nggak bisa besatu. Dunia ini nggak selalu berjalan seperti yang kita mau. Lepas Jay dek, udah!"

"Nggak bisa kak hiks, nggak mau"

"Jungwon, kamu ini udah dibesarin mama papa penuh kasih sayang sampe sebegitunya. Kalo kamu kaya gini terus apa nggak kasihan sama mereka? Jay udah kasih apa sih buat kamu sampe kamu sebegini hancurnya? kamu udah diapain sama Jay sampe jadi orang kaya gini?" ujar Eunha kini meluapkan emosinya. Ia muak dengan Jungwon yang tak berdaya seperti ini.

"Aku udah kasih semuanya Kak" ujar Jungwon kini menangis semakin keras dan terduduk di lantai, mengenaskan.

"Jay pacar pertama aku kak, aku udah kasih semuanya buat dia. Aku, aku bahkan uldah kasih tubuh aku buat dia Kak. Aku sepercaya itu sama dia kak, tapi sekarang apa?" Jungwon kini semakin histeris.

"Semuanya udah aku kasihin ke Jay. Tapi dia semudah itu ninggalin aku Kak, aku nggak berharga!!" teriak Jungwon.

Eunha yang mendengarnya tentu kaget. Keluarganya bukanlah keluarga keraton yang penuh aturan dan ada istiadat. Hanya saja, mereka masih memegang norma dengan teguh. Dari kecil orang tua mereka menjelaskan dengan tegas mana yang salah ataupun benar.

Eunha selama ini tak begitu mempermasalahkan hubungan badan di luar nikah. Hanya saja mendengar adiknya yang melakukan, entah kenapa ada sedikit cubitan di hatinya.

Mereka dibesarkan dengan pola asuh yang sama, Eunha bisa tau sekecewa apa orang tua mereka kalau sampai tau. Dalam hati ia juga merasa bersalah, harusnya ia bisa menjaga Jungwon lebih baik.

...

flashback

Hampir empat bulan berpacaran dengan Jay, tentu banyak membuat perubahan bagi Jungwon. Ia setidaknya jadi lebih sedikit terbiasa dengan minuman keras hingga rokok yang kerap menjadi konsumsi kekasihnya itu.

Pergaulannya juga sedikit menjadi lebih bebas. Dulu, mana ada keluar malam. Tapi kini, ia kadang pulang dini hari karena mengikuti pacarnya. Bahkan sesekali ia juga ia harus menjemput pacarnya yang mabuk di suatu tempat pada jam 3 pagi. Jungwon jelas sudah mencoba mengingatkan namun bukan Jay namanya kalau tidak bebal.

Back To YouWhere stories live. Discover now