Love On Top

781 74 34
                                    

"They say love hurts, and it's true"



✨Happy Reading ✨







Freen, membungkuk untuk melepas heels dikakinya. Perempuan itu beserta keluarganya baru saja menghadiri acara pernikahan sepupu laki-lakinya.

Masih dengan kebaya yang tersemat. Saat heelsnya sudah terlepas Freen langsung menggantinya dengan sandal jepit yang baru ia ambil di bagasi mobilnya dan berlalu dengan duduk depan kemudi untuk beristirahat.

Joknya ia mundurkan sedikit, saat ruangnya terasa jauh lebih luas, Freen menyenderkan punggungnya ke belakang. Ia lelah.

Tok…! Tok…! Tok…!

"Freen!" Freen membuka matanya sedikit, lalu kembali menghela napas ketika melihat siapa yang baru saja mengetuk kaca mobilnya. "Freen, saya nunggu kamu disana, kamu lelah? Kenapa disini?"

"Argh…!" Tangan Freen terulur untuk mengeraskan volumen musiknya, pintunya lalu ia kunci, kembali memejamkan mata seolah tak peduli dengan orang yang sedang mengajaknya bicara.

Saat ketukan pada kacanya semakin keras, Freen kalah. "Ya?" katanya ketus. Laki-laki itu langsung tersenyum saat kacanya sudah Freen turunkan.

"Ayo, saya tunggu kamu di aula"

Alis Freen mengernyit. "Buat apa? Acaranya udah mau selesai" dengan polos laki-laki itu menggeleng. "Belum, acaranya belum selesai sampai saya lamar kamu di hadapan mereka semua"

"Saya udah bilang berkali-kali kalau saya gabisa nikah sama kamu, paham?" Saat kaca mobil akan dinaikan lagi, laki-laki itu tegas menjawab. "Mau kamu tolak saya berkali-kali pun, saya akan tetap menikahi kamu, camkan baik-baik. Hanya saya yang bisa memberikan kamu kehidupan yang layak, uang, dan segalanya, kamu bakal hidup sejahtera jika menikah dengan saya Nona Sarocha"

"Dan satu lagi, saya menolak banyak perempuan hanya untuk menikah dengan kamu, kamu tidak bisa menolak saya!"

Freen tersenyum getir. "Kalau begitu saya akan menolak kamu lagi hari ini, tidak ada lamaran" 

"argh! Sarocha Freen, wanita tidak bisa apa-apa tanpa laki-laki kamu harus menikah dengan saya"

"Saya bisa melakukan apa saja tanpa laki-laki, jika saya menikah dengan kamu, hidup saya akan diperbudak seumur hidup hanya untuk melayani anda yang tidak saya cintai!"

Saat emosi Freen mulai memuncak, di waktu yang kurang tepat ibundanya datang menghampiri mereka berdua, Freen memasang wajah terbaiknya, senyum palsu ia tampilkan sedangkan laki-laki itu mendadak ramah dengan intonasi bicara yang penuh karisma dihadapan ibundanya.

"Kalian berdua ngapain disini? Freen kamu mau kemana ayo turun." Dibuka secara paksa. “Freen turun!” kuncinya langsung ia buka, Freen yang tak bisa melawan ibunya pasrah lalu keluar dari mobil. Saat kakinya menyentuh tanah, lutut Freen mendadak lemas karena masih lelah setelah seharian memakai heels.

"Dan kamu nak Diran ayo masuk ke dalam, banyak tamu penting yang harus kamu ajak bicara" kata ibunya.

Seperti cari muka di hadapan calon mertua. Laki-laki itu menjawab. "Freen sedikit lelah Bu, jadi saya harus kemari untuk menemani calon istri saya" sambil tersenyum mata laki-laki itu menatap lurus ke arah Freen yang sampai saat ini masih kesulitan berdiri.

"Sayang, masih lelah?" Diran melingkarkan lengannya di pinggang Freen. Freen yang risih dengan halus mundur perlahan. Menepisnya, lalu menghindar saat tubuh laki-laki itu ingin mendekatinya lagi.

"Gapapa, saya baik" Diran hanya mengangguk, sedangkan ibunya kini senyam-senyum melihat kemesraan yang dibuat oleh anak-anaknya.

"Bunda seneng liat kalian akur kaya gini, Freen ayo pake heelsnya, jangan pulang sebelum acaranya selesai, paham?!" Mengangguk, Freen menurut apa kata ibundanya.

One Day Imagine | AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang