20. HILANG?

269 62 10
                                    

"Izin ke Byan dulu gak?" tanya Alen pada ketiga temannya, siapa lagi kalau bukan Divia, Dwinka, dan Raina.

"Izin. Takutnya dia curiga. Sekalian gue mau bilang ke Lala, Lia, sama Killa buat diem aja kalo Gea nanya-nanya," balas Dwinka.

Alen mengerutkan keningnya. Lalu menunjuk dirinya sendiri dan bertanya, "Gue yang izin?" Semuanya mengangguk. "Divia aja, ah. Gue males lihat muka nyebelin si Arga. Mereka lagi mainan PS, 'kan?"

Dwinka tersenyum menggoda. "Males-males gitu lama-lama juga demen."

"Iuhhh, gak. Jangan sampe."

"Ya udah, gue minta izin ke Byan dulu, deh," ucap Divia yang diangguki ketiga temannya. Mereka memang tengah mengobrol di tangga, duduk di anak tangga sembari memperhatikan gerak-gerik temannya yang lain.

Divia pun berjalan menuju ke ruang tengah, di mana Abyan dan beberapa anggota Geng A6 tengah bermain PS. Ada juga yang sedang bermain game di ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh.

Di sini memang susah sinyal, tetapi mereka bosan jika tak ada permainan apa pun.

"Anjir! Ngelag deui, ngelag deui," ucap Agas.

"Lah sampean ki piye, tho? Sampun diparingi kesempatan, kok, malah medal," sahut Arga. Setelah itu, mereka tertawa terbahak mendengar Arga yang berbahasa Jawa.

"Lagak lo ngomong Jawa. Giliran ditanya 'aku tresno karo koe' malah jawab 'aku yo tresno koe, tapi mung sewates konco," ujar Arion yang tengah fokus bermain PS bersama Abyan.

"Lo mending diem, Arioncom tahu! Main PS aja sana!" balas Arga.

"Ya gue cuma meluruskan ap--"

"Ekhem."

Divia berdeham ketika sampai di hadapan Abyan, membuat gadis itu menjadi pusat perhatian. Setelah itu Abyan memberi kode pada teman-temannya untuk mengalihkan perhatian mereka, supaya Divia tidak malu.

"Kenapa, Div?" tanya Abyan yang melihat kalau teman-temannya sudah kembali sibuk pada kegiatannya masing-masing.

"Gue mau minta izin lagi. Gue, Alen, Raina, sama Inka mau jalan-jalan gitu ke sekitar sini. Takut kalian nyariin, jadi kita mau minta izin."

Abyan mengangguk. "Jalan-jalan aja. Asal jangan sampe malem."

"Makasih, Yan."

"Iya."

"Uhuk, uhuk. Udah kayak istri aja, ya, harus izin dulu ke suami," goda Arga yang tak sengaja mendengar percakapan antara Abyan dan Divia.

"Berisik lu!" balas Abyan.

"Reti tah, sing salting ngunu," goda Arga lagi. Namun setelah itu mereka fokus bermain seperti tadi, hingga Divia, Dwinka, Alen, dan Raina benar-benar keluar dari vila nomor 13.

Saat sudah benar-benar keluar dari area vila, Alen bertanya pada Dwinka, "Tadi ada kecurigaan dari Gea gak, Ka? Pas lo ngomong sama Killa, Lia, Lala."

Dwinka menggeleng. "Gue gak lihat. Tadi cuma ada mereka bertiga doang."

Alen mengerutkan keningnya. "Lo masih sekamar sama Gea, 'kan, Div?" tanya Alen yang diangguki Divia. "Dia nanya-nanya ke lo gak pas GK kumpul?"

Divia menggeleng. "Gak ada, sih. Dia malah diam aja dan nyeritain tentang sekolahnya aja paling. Kalo gak cerita soal Byan yang nyebelin, suka ganggu gitu."

"Gue rasa dia gitu pasti biar lo juga gak curiga, Div. Soalnya kalo dia nanya-nanya, nanti kita bisa ngira dia kepo, 'kan? Padahal kita udah tau kalo Gea paling terlibat di sini," ucap Dwinka yang disetujui oleh Alen dan Raina. "Btw, nanti kita ke rumah Nek Ijah ngapain aja?"

13 ANAK REMAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang